Senin, 23 Mei 2016

Laporan taksis



I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu ciri dari makhluk hidup yaitu peka terhadap rangsang, respon  makhluk hidup terhadap lingkungannya. Mampu merespon berbagai impuls atau stimulus-stimulus yang ada disekitar lingkungannya. Lingkungan memberikan segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup dan saling berinteraksi. Lingkungan sangat  berperan penting bagi semua makhluk hidup. Lingkungan meliputi lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Lingkungan abiotik itu sendiri terdiri dari suhu, cahaya matahari, kelembapan, dan benda-benda mati lainnya yang tidak digunakan sebagai sumber daya seperti batu, tanah sebagai tempat tinggal sedangkan lingkungan biotik yaitu manusia, hewan dan tumbuhan (Pratiwi, 2007).
Hewan adalah organisme yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Gerakannya disebabkan oleh rangsang-rangsang tertentu yang datang dari lingkungannya.Jenis-jenis hewan pada umumnya dapat tinggal di suatu lingkungan hidup yang sesuai dengan ciri-ciri kehidupannya. Jika hewan berjalan atau berpindah ke tempat lain tidak mengalami perubahan bentuk, kecuali perubahan sifat-sifat fisiologisnya. Faktor-faktor yang merangsang gerakan hewan adalah makanan, air, cahaya, suhu, kelembaban, dan lain-lain. Beberapa hewan mampu menempuh jarak tempuh itu dipengaruhi batas toleransinya untuk merespon  perubahan lingkungannya (Melles, 2004).
Lingkungan menggambarkan jumlah keseluruhan kondisi fisik dan biotik yang memepengaruhi tanggapan makhluk. Lebih spesifik lagi, jumlah bagan hidrosfer, litosfer, dan atmosfer yang merupakan tempat hidup mkhluk kemudian disebut biosfer. Habitat adalah suatu perangkat kondisi fisik dan kimiawi (misalnya ruang, iklim) yang mengelilingi suatu species tunggal, suatu kelompok species, atau suatu komunitas besar. Biotop mendefinisikan suatu satuan menurut ruang atau topografik dengan suatu perangkat stauan yang karakteristik mengenai kondisi fisik serta kimiawi dan mengenai kehidupan tumbuhan dan hewan. Supaya makhluk dapat ada mereka harus memberi tanggapan dan menyesuaikan diri pada kondisi lingkungan mereka. Makhluk memberi tanggapan perbedaan dan perubahan dalam lingkungannya dalam empat cara mendasar adalah adaptasi morfologik, penyesuaian fisiologik, pola-pola kelakuan, dan hubungan komunitas (Adianto, 2004).
Berbagai faktor lingkungan misalnya suhu, kelembapan, maupun cahaya matahari merupakan faktor yang diperlukan oleh hewan, namun kadang-kadang dapat juga beroperasi sebagai salah satu faktor pembatas. Misalnya cahaya matahari bagi hewan-hewan yang hidup di tempat terlindung dapat dianggap sebagai suatu stimulus lain yang dapat menyebabkan hewan tersebut berespon menghindar terhadap cahaya tersebut demikian pula sebaliknya (Pratiwi, 2007).
Gerak pada makhluk hidup dapat dipengaruhi karena adanya rangsang dari luar atau rangsang dari dalam. Salah satu contoh gerak pada hewan yang dipengaruhi oleh rangsang dari luar dalam arti berasal dari stimulus-stimulus makhluk hidup yang ada di lingkungannya yaitu taksis. Taksis dapat dijumpai pada hewan-hewan invertebrata. Pada hewan-hewan ivertebrata memiliki suatu reseptor yang peka terhadap rangsang disekitarnya. Adapun  rangsangan atau stimulus-stimulus yang diterima hewan invertebrata baik itu dalam satu familii atau ordo bahkan gerak yang diperlihatkan berbeda untuk setiap hewan  karena ini dapat dipengaruhi lagi dari faktor lingkungan dimana hewan tersebut berada fakktor lingkungan abiotik dapat mempengaruhi seperti suhu, kelembapan dan  cahaya matahari (Melles, 2004).
Beberapa hewan dapat berpindah dengan menempuh jarak berberapa meter dari tempatnya semula, dan ada juga hewan yang  tidak mampu melakukan itu karena ada yang mempengaruhi yaitu batas toleransi untuk merespon suatu perubahan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, maka praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon yang diperlihatkan hidup yang hidup ditempat gelap terhadap stimulus berupa cahaya dan untuk mengetahui bagaimana respon yang diperlihatkan hewan-hewan di tempat yang terang terhadap stimulus berupa cahaya.


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Taksis adalah untuk mengetahui pergerakkan Perettima sp. yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, mengetahui pergerakkan Perettima sp. yang dipengaruhi oleh cahaya, dan mengetahui pergerakkan Poecillia reticulata yang dipengaruhi oleh arus air.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu yang mempelajari tentang pola perilaku hewan disebut ethologi. Perilaku pada hewan dapat dibagi kedalam tiga unsur yaitu tropisme, taksis, refleksi, insting, belajar dan menalar. Taksis adalah sumber rangsangan. Misalnya fototaksis merupakan rangsangan yang berasal dari sumber cahaya (Hasan dan Widipanestu, 2000).
            Suatu rangsangan tingkah laku (iritabilitas) suatu organisme disebut juga daya menanggapi rangsangan. Daya ini memungkinkan organisme menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya. Pada beberapa organisme terdapat sel-sel, jaringan atau organ-organ yang berdiferensiasi khusus. Pada organisme yang bergerak, tanggapan terhadap rangsangan disebut refleks. Suatu gerak taksis pada organisme yang diberikan rangsangan akan bergerak menjauhi atau mendekati rangsangan (Widiastuti, 2002).
            Taksis adalah suatu gerakan hewan menuju atau menjauhi suatu rangsangan yang terjadi. Taksis dibagi menjadi dua berdasarkan arah orientasi dan pergerakan, yaitu taksis positif dan taksis negatif. Taksis menurut macam rangsangannya juga dibedakan  menjadi fototaksis (rangsangan cahaya), rheoaksis (rangsangan terhadap arus air), kemotaksis (rangsangan terhadap bahan kimia) dan geotaksis (rangsangan terhadap kemiringan tempat), Fototaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya rangsangan dari sumber cahanya. Rheotaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya arus air pada suatu tempat. Geotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya kemiringan suatu tempat. Kemotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya zat kimia  (Michael, 1994). Suatu gerak taksis dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalh menuju atau mendekati rangsangan, sedangkan taksis negatif jika respon yang terjadi adalah menjauhi rangsangan (Virgianti, 2005).
            Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, syarat diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor itulah yang sebenarnya melakukan aksi. Perilaku dapat juga terjadi sebagai akibat stimulus dari dalam. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dalam (Kimball, 1992).
Taksis adalah suatu bentuk sederhana dari respon hewan terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya atau dalam proses penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungannya (Suin, 1989).
Fototaksis adalah gerak hewan karena adanya respon terhadap cahaya, tertariknya hewan terhadap cahaya melalui respon terhadap penglihatan dan rangsangan terhadap otak. Hewan yang tidak tertarik atau menjauhi cahaya disebut fotophobi (Michael, 1994).
Cahaya berpengaruh besar dalam orientasi migrasi ikan. Arah migrasi dapat berhubungan dengan cahaya matahari. Contoh ikan salmon berenan diwaktu siang hari dan istirahat didasar lautan pada malam hari. Sedang belut laut keluar dari dasar laut diwaktu sore hari dan malam hari, kemudian memasuki dasar lautan lagi disiang hari (Brotowijayo, 1999).
            Pengaruh cahaya terhadap masing-masing perlakuan adalah berbeda. Untuk perbedaan posisi atas dan bawah pengaruh cahaya jauh berbeda. Artinya pada posisi atas cahaya yang diterima jauh lebih besar dibanding di bawah.
Pola ikan pada umumnya akan membentuk schooling pada saat terang dan menyebar saat gelap dalam keadaan tersebar ikan akan lebih mudah dimangsa predator dibandingkan saat berkelompok adanya pengaruh cahaya buatan pada malam hari akan menarik ikan kedaerah dominansi sehingga memungkinkan mereka membentuk schooling dan lebih aman dari predator ikan-ikan yang tergolong fototaksis positif dan akan memberikan respon dengan mendekati sumber cahaya sedangkan ikan-ikan yang bersifat fototaksis negatif akan bergerak menjauhi sumber cahaya (Hasan, 2000).
            Pola kedatangan  ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda, tergantung jenis dan keberadaan  ikan di perairan. Pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour tidak dapat mengetahui jenis ikan yang berada di perairan, namun pergerakan kawanan  ikan yang ada di sekitar bagan dapat diketahui. Hasil pengamatan dengan  menggunakan side scan sonar colour memperlihatkan bahwa kawanan ikan berenang mendatangi sumber cahaya dari kedalamanan yang berbeda, yaitu ada yang berenang pada kisaran kedalaman 20-30 m dan ada pula yang berenang pada kisaran kedalam 5- 10 m. (Adianto, 2004).
Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk hidup untuk menerima rangsangan mekanis dari arus air karena gerakan. Misalnya pada planaria, cacing ini akan mengadakan reaksi terhadap arus air dengan reseptor yang ada pada seluruh permukaan tubuhnya (Adianto, 2004).
Informasi mengenai kedudukan tubuh dan lender dirasakan oleh propriseptor. Proprioseptor terdapat pada empat otot (otot lurik), pada tendon otot, pada selaput pembungkus otot berupa ujung saraf Paccini dan pada sendi. Proprioseptor merupakan suatu mekanoseptor. Proprioseptor penting untuk mengatur koordinasi aktifitas otot (Adianto, 2004).


III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Taksis ini dilakukan pada hari Senin, 23 April 2015 di Laboratorium Pendidikan IV Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum Taksis yaitu triplek ganda ukuran kertas HVS dengan engsel, cawan petri, kertas karbon, triplek penyangga dengan sudut  25o, 30o, dan 45o, senter, kertas HVS, kertas milimeter, aquarium, dan stopwatch. Bahan yang digunakan yaitu Pherettima sp., Poecilia reticulata, tepung beras, dan air.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Rheotaksis
Disediakan aquarium dan diletakkan didekat air yang mengalir. Aquarium dimiringkan dan diisi dengan air hingga air melimpah. Matikan kran air, kemudian Poecilia reticulata dimasukkan sebanyak 20 ekor secara bersamaan dan hidupkan air kembali. Amati pergerakkan dari Poecilia reticulata tersebut . lakukan tiga kali pengulangan.
3.3.2. Fototaksis
Disediakan cawan petri, senter, kertas karbon, dan dua ekor cacing dengan ukuran sama besar. Tutup sebagian cawan petri dengan kertas karbon dan sebagiannya lagi dibiarkan terbuka. Letakkan dua ekor cacing didalam cawan petri dengan posisi ditengah-tengah antara bagian yang gelap dan bagian yang gelap. Berikan cahaya dari atas dengan senter. Amati arah perpindahan cacing antara bagian yang gelap atau bagian yang terang dan catat waktu pada saat cacing sudah berpindah tempat. Lakukan dengan tiga kali pengulangan.


3.3.3. Geotaksis
Disediakan triplek ganda dengan engsel, sudut penyangga, tepung, dan lima ekor cacing. Letakkan sudut penyangga 25o, 30o, 45o pada triplek ganda. Tutupi permukaan triplek tersebut dengan kertas HVS dan taburi kertas HVS dengan tepung beras secara merata. Pada permukaan kertas yang sudah ditaburi dengan tepung beras dibagi menjadi empat kuadran. Letakkan lima ekor Pherettima sp. ditengah-tengah kuadran. Tunggu dan catat waktu pada saat Pherettima sp jatuh kebawah. Amati arah dan dikuadran mana Pherettima sp tersebut jatuh. Lakukan tiga kali pengulangan pada setiap sudut.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rheotaksis
Tabel 20. Hasil Pengamatan Rheotaksis pada Poecillia reticulata
Jumlah Poecillia reticulata
Waktu
Arah
Respom
96 ekor
60 detik
Melawan arus
Rheotaksis +
1 ekor
12,3 detik
Menjauhi arus
Rheotaksis -
1 ekor
13,72 detik
Menjauhi arus
Rheotaksis -
1 ekor
14,6 detik
Menjauhi arus
Rheotaksis -
1 ekor
29,5 detik
Menjauhi arus
Rheotaksis -

Berdasarkan paraktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa pergerakan Poecilia reticulata dipengaruhi atau dirangsang oleh arus air. Dilihat dari arah pergerakannya diketahui bahwa Poecilia reticulata merupakan rheotaksis positif. Poecilia reticulata yang diamati saat praktikum bergerak melawan arus air. Menurut Virgianti (2005), rheotaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya arus air pada suatu tempat. Suatu gerak taksis dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalh menuju atau mendekati rangsangan, sedangkan taksis negatif jika respon yang terjadi adalah menjauhi rangsangan.
             Poecilia reticulata lebih cendrung bergerak kearah dasar air dikarenakan arus pada dasar air lebih tenang dibandingkan dengan arus pada permukaan air. Hal ini sesuai dengan pernytaan Hasan (2000), bahwa kecepatan arus mempengaruhi keberadaan ikan ini. Habitat yang paling disukai Poecilia reticulata adalah perairan tawar yang arusnya tidak terlalu deras.
            Organisme di perairan terbagi ke dalam tiga jenis yaitu nekton, perifiton, dan plankton. Nekton merupakan organisme yang bisa bergerak melawan arus air, Poecilia reticulata  merupakan hewan yang termasuk ke dalam tipe nekton. Perifiton adalah organism yang tidak memiliki kemampuan melawan arus, namun dapat menempel pada substrat untuk mempertahankan diri, contoh perifiton yaitu lumut. Sedangkan plankton merupakan organism yang tidak memiliki kemampuan melawan arus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pramudiyanti (2009), pergerakan dari suatu organisme terbagi atas beberapa tipe yang pertama yaitu peryphyton (teritip/sesil) yang organisme baik tumbuhan atau hewan yang hidupnya menempel pada benda lain hidup atau mati (contoh lumut dan tiram). Tipe yang kedua yaitu benthos yang merupakan organisme baik hewan atau tumbuhan yang hidup didasar permukaan (kerang siput) epibentik tanah dasar.  Tipe yang ketiga yaitu nekton (ikan) merupakan semua organisme yang aktif bergerak dalam air.
4.2. Fototaksis
Dari praktikum fototaksis yang dilakukan pada Pherettima sp. didapatkan hasil pada tabel berikut.
Tabel 21. Hasil pengamatan fototaksis pada Pherettima sp.
Pherettima sp
Pengulangan (waktu)
Keterangan
1
2
1
19 detik
4 menit
Menjauhi cahaya
2
2 menit
1 menit 33 detik
Menjauhi cahaya

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Pherettima sp. 1 bergerak menjauhi cahaya dengan rata-rata waktu 19 detik. Sedangkan Pherettima sp. 2 bergerak menjauhi cahaya dengan rata-rata waktu 2 menit. Berdasarkan hasil ini diketahui bahwa cacing tanah selalu bergerak menjauhi cahaya, pada praktikum, cacing tanah ini selalu bergerak ke tampat yang gelap. Perilaku cacing tanah sesuai dengan pernyataan bahwa perilaku cacing tanah dengan membuat liang yang dangkal merupakan respon terhadap rangsang cahaya. Kelangsungan hidup suatu mahkluk hidup tergantung pada kemampuannya dalam menanggapi rangsang dan bagaimana organisme (cacing tanah) tersebut menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (Odum, 1993).
Cacing tanah selalu menjauhi cahaya karena cacing tanah merupakan hewan yang mwnyukai lingkungan yang lembab. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cacing tanah menyukai lingkungan yang lembab dengan bahan organik yang berlimpahan dan banyak banyak kalsium yang tersedia. Akibatnya, cacing tanah terdapat paling melimpah dalam tanah berstruktur halus dan kaya bahan organik dan tidak terlalu asam. Cacing tanah pada umumnya membuat liang dangkal dan hidup mencerna bahan organik yang terdapat didalam tanah (Nukmal, 2012).
4.3. Geotaksis
Adapun hasil praktikum geotaksis yang dilakukan pada Pherettima sp adalah sebagai berikut :
Tabel 22. Hasil pengamatan geotaksis pada Pherettima sp.
Sudut
Spesies
Pengulangan
Waktu
Kuadran
1
2
1
2
25o
1
1:09
3:24
III
III

2
1:19
3:59
III
IV

3
1:57
3:35
III
IV

4
2:03
4:57
III
IV

5
5:09
5:51
III
IV
30 o
1
4:19
4:10
IV
III

2
3:55
2:45
II
IV

3
4:03
3:41
I
IV

4
3:47
3:55
III
IV

5
4:22
4:11
IV
III
45 o
1
2:00
2:27
III
IV

2
3:02
3:22
III
III

3
3:01
1:50
III
III

4
3:00
2:40
III
IV

5
4:00
5:07
IV
III

Berdasarkan diketahui bahwa Pherettima sp. selalu bergerak kearah bawah, pergerakan Pherettima sp. kearah bawah yaitu pada sudut 450, sedangkan pergerakan Pherettima sp. jatuh kebawah yang paling lambat yaitu pada sudut 25o. Berdasarkan hal ini diketahui bahwa ketinggian dan gaya gravitasi mempengaruhi pergerakan Pherettima sp.. Menurut Michel (1994), geotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya kemiringan suatu tempat.
            Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa pergerakan Pherettima sp. merupakan geotaksis positif karena Pherettima sp. selalu bergerak ke arah bawah atau kea rah sumber gravitasi bumi. Pergerakan Pherettima sp. dikatakan geotaksis positif  karena sesuai dengan pernyataan Virgianti (2005), bahwa suatu gerak taksis dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalah menuju atau mendekati rangsangan, sedangkan taksis negatif jika respon yang terjadi adalah menjauhi rangsangan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.        Tipe pergerakan dari Poecilia reticulata rheotaksis positif. Poecilia reticulata merupakan organism yang mampu melawan arus (nekton)..
2.        Pherettima sp. bergerak menjauhi cahaya dan menyukai lingkungan yang gelap. Pherettima sp. merupakan contoh dari fototaksis negatif.
3.        Pherettima sp. mengikuti arah grafitasi bumi. Pherettima sp. merupakan contoh dari geotaksis pisitif
5.2. Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan pada setiap objek percobaan dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan memahami materi tentang objek yang akan dipraktikumkan sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA
Adianto. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethurus) Er Mull Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna raelata) Varietas Walet, Jurnal Matematika dan Sains, 20 oktober 2010.

Brotowidjoyo, M. D. 1999. Zoologi Dasar. Cetakan II. Erlangga, Jakarta.

Hasan, A. Dan I. Widipangestu, 2000. Uji Coba Penggunaan Lampu Lacuba Tenaga Surya pada Bagan Apung Terhadap Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Ratu, Jabar, Jurnal Ekologi dan Perikanan, 20 oktober 2010.

Kimball, J. 1983. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Michael, P. 1994. Metode Penelitian untuk Ekologi Penelitian Ladang dan Laboratorium. UI Press, Jakarta.

Melles, M. C. Jr. 2004. Ecology Concepts and Applications. Third edition. Mc Graw Hill. New Mexico.

Nukmal, N.2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Bandar Lampung.

Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi Edisi ketiga. UGM. Yogyakarta

Pramudiyanti.2009. Biologi Umum. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pratiwi, D.A. Sri Maryanti & Srikini. 2007. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta
          
Suin, N. M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Bandung

Virgianti, D.P. dan Hana A. P. 2005. Perdedahan Morsin Terhadap Perilaku Massa Prasapih Mencit. FMIPA. Bandung.

Widiastuti, E.L. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Universitas Lampung. Bandar lampung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar