Senin, 23 Mei 2016

Estimasi populasi



I.     PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang membicarakan tentang hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya serta antara organisme itu sendiri. Dalam proses hubungan timbal balik atau interaksi ini, organisme saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan dengan lingkungan sekitar, begitu pula lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup organisme. Semua individu yang hidup dalam suatu daerah membentuk suatu populasi. Dan beberapa populasi spesies yang cenderung untuk hidup bersama di suatu daerah geografis tertentu membentuk suatu komunitas ekologi dimana suatu komunitas tersebut beserta lingkungan fisik dan kimia disekelilingnya secara bersama-sama membentuk suatu ekositem yang dipelajari dalam ekologi (Rustamsyah, et all. 1990).
            Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta.1992).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin.N.M.1989).
            Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)
            Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.    Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Hadisubroto.T.1989).
            Menurut Soetjipta (1992), kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya atau dengan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi.
            Untuk menaksir besarnya populasi hewan dapat dihitung dengan kepadatan absolute dan kepadatan relative. Metoda yang digunakan dapat bermacam-macam tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Dalam memilih metoda dan teknik pengambilan sampel harus dipertimbangkan alat, tenaga dan waktu yang tersedia. Misalnya metoda sensus (total count) merupakan metoda yang dapat memberikan hasil perhitungan populasi secara absolute namun membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Untuk itu agar lebih efisien dapat dilakukan perhitungan populasi secara relative. Kelemahannya adalah hasil estimasi yang diperoleh tidak seakurat perhitungan secara absolute (Suin, 1989).

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah menaksir populasi kumbang beras (Sitophilus oryzae) pada substrat tepung dan menaksir populasi hewan tanah (makrofauna) pada suatu habitat dengan Hand sorting method dan untuk menaksir populasi hewan tanah (makrofauna) pada suatu habitat dengan hand sorting method.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Populasi adalah sehimpunan individu atau sekelompok individu dalam satu spesies yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan tata ruang tertentu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan (density). Empat parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi adalah natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi (Tarumingkeng, 1994).
Estimasi populasi adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit  atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan relatif relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinytakan dalam bentuk presentase (Suin, 1989).
            Beberapa metode yang digunakan dalam estimasi populasi adalah Pitfall trap, Capture Mark Release Recapture. Hand sorting method. Pitfall trap adalah suatu metoda jebakan yang digunakan untuk menangkap hewan  yang aktif di permukaan tanah, seperti Arthropoda tanah. Cara ini dilakukan dengan menanam bejana hingga rata dengan tanah. Yang perlu diperhatikan adalah penempatan perangkap, prilaku hewan, kegiatan musiman dan penyebaran hewan itu sendiri. Metoda light trap adalah metoda yang digunakan untuk menaksir populasi serangga yang aktif terbang malam hari (nocturnal). Dengan cara pemasangan cahaya pada ketinggian yang tepat (Poole, 1974).
Metoda sortir tangan (Hand sorting method )adalah metoda pengambilan makrofauna tanah yang paling baik,dan hasilnya paling baik digunakan dan dibandingkan dengan metoda lainnya. Kelemahan metoda ini hanyalah karena metoda ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga dan ketelitian yang tinggi. Pada metoda ini tanah diambil pada kuadrat yang telah ditentukan luasnya dan kedalamannya, dan tanah itu dimasukkan kedalam suatu kantong dan selanjutnya makrofauna yang terdapat didalamnya langsung disortir. Makrofauna yang didapat dibersihkan dan langsung dihitung dan ditimbang beratnya dan selanjutnya diawetkan dalam formalin 10%. (Arnita, 1990).
            Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar (Hadisubroto.T. 1989).
            Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode capture-recapture. Merupakan metode yang sederhna untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metode Capture Mark-Recapture ditujukan merupakan salah satu metode inventarisasi satwa liar yang digunakan untuk memperkirakan berbagai parameter populasi antara lain kepadatan populasi, laju kematian, kelahiran, emigrasi dan imigrasi.Pada metode ini dilakukan penangkapan satwa, kemudian satwa yang telah ditangkap ditandai dan dilepaskan kembali. Dalam periode waktu tertentu, dilakukan penangkapan kembali sehingga didapatkan individu yang bertanda dan tidak bertanda. Selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan (kelahiran atau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah populasi (Poole, 1974).
            Umumnya semua asumsi dalam studi CMR dapat terpenuhi kecuali asumsi ke-2. Metode CMR dapat dilakukan selama beberapa bulan atau beberapa tahun (multiple cencus) dengan melakukan beberapa periode penangkapan. Jika hal ini dilakukan, maka akan diketahui dinamika populasi sehingga dapat diperkirakan laju kelahiran ataupun laju kematian dari suatu populasi (Krebs, 1978).
Dalam melakukan metode CMR, Poole (1974) menjabarkan asumsi yang harus dipenuhi yaitu individu yang bertanda bercampur dengan individu lain yang tidak tertangkap pada periode pennagkapan pertama. Selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan (kelahiran atau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah populasi. Individu yang bertanda tidak terpengaruh atau terganggu terhadap tanda yang diberikan. Kedua sampel diambil secara acak dan tiap individu mempunyai peluang yang sama untuk tertangkap. Tanda yang dipasang tidak hilang selama dilakukan studi. Penangkapan pertama tidak mempengaruhi kemungkinan individu tertangkap pada penangkapan kedua (beberapa jenis satwa menunjukkan perilaku senang tertangkap)
Pada metode ini dilakukan setidaknya dua sampel studi. Pertama dilakukan penangkapan dan jumlah inidividu satwa yang tertangkap diberi notasi n1. Semua satwa yang tertangkap pada sampel pertama diberi tanda kemudian dilepaskan kembali ke habitatnya. Kemudian selang beberapa waktu (bisa hari atau minggu) dilakukan penangkapan kedua, dimana jumlah individu satwa yang tertangkap pada penangkapan kedua ini diberi notasi n2, dimana sejumlah individu satwa yang tertangkap pada penangkapan kedua ini bertanda dan diberi notasi sebagai m2 (Poole. 1974).
Untuk mencari nilai pendugaan populasi pada suatu kawasan dapat menggunakan rumus Chapman  yang memodifikasi pendugaan Lincoln-Petersen, yakni sebagai berikut:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPOTconnLm45k-OMapWWEFxMP45rW7TAQPE0NbdgkARAdTCrFXFWxydZ36xqmK_McU6skHJzf9PTF9xAtULPptxi40OSlGiQ2d8OojFS76w5qPExJma9atWjrS1U3X1rWu6wlKN5SI2NvE/s320/WWWWWW.JPG 






 Maka populasi yang sebenarnya berada pada kisaran= N ±2S. Persamaan ini umumnya dapat berbeda pada berbagai sumber, seperti pada Introduction of Quantitative ecology yang disusun oleh Poole (1974) maupun buku sejenis yang disusun oleh  Krebs (1974).
            Individu-individu yang diambil sebagai sample haruslah acak sehingga dapat mewakili populasi. Ukuran besar kecilnya sa,pel sangatlah penting. Dalam hal ini semakin besar sample maka semakin mewakili populasi. Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta,1992).
            Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu Simulasi Estimasi Populasi. Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk Menerapkan metode Capture – Mark – Release – Recapture untuk memperkirakan besarnya populasi simulan (objek simulasi) dan membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus yaitu rumus Petersen dan Schnabel. Kepadatan pupolasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tapat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relative. Kepadatan relative dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relative biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin.N.M,1989).


III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum “Metoda Estimasi Populasi” ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 Maret 2011, pukul 09.00 WIB di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 capture recapture
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki, penggaris, tipe-X, kertas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tepung beras 2kg, kutu beras (Sitophilus oryzae) 50 ekor.
3.2.2 hand sorting method
Alat yang digunakan dalam hand sorting method adalah cangkul/sendok semen, pancang 4 buah, tali rafia, plastik 1 kg 16 buah, karet gelang secukupnya.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 capture recapture
Tepung beras dimasukkan ke dalam wadah yang ketebalannya setengah dari dalamnya wadah, kemudian kumbang beras dilepaskan ke  dalam tepung, lalu diaduk sehingga penyebarannya merata di dalam wadah. Diatakan dan dibiarkan selama 1 jam. Setelah hampir 1 jam, dibuat petak-petak kecil (grid) berukuran 5cm x 5cm. Setelah itu dilakukan pencuplikan sebanyak 5 cuplikan diantara grid tersebut. Kumbang beras yang diperoleh dari penangkapan pertama ini seluruhnya ditandai bagian toraknya disebut F1. Kemudian dilepaskan kembali dan dibiarkan selama 1 jam. Setelah itu kumbang diambil kembali seperti pada pencuplikan pertama. Dihitung jumlah kumbang bertanda dan tidak bertanda sebagai F2, sedangkan kumbang yang bertanda saja sebagai F3.
Estimasi Populasi = Jumlah Individu yang Ditandai pada Penangkapan Pertama
                                Proporsi Populasi yang Bertanda pada Penangkapan Kedua

Dengan proporsi populasi yang ditandai =    F3
                                                                        F2
Maka,                        N (Total Populasi) =   F1 x F2
                                                                          F3
           
3.3.2 hand sorting method
Tentukan habitat yang akan ditaksir populasi hewan tanahnya, misalnya semak padang rumput dan hutan. Pada habitat tersebut dibuat plot ukuran 1m x 1m dan plot ini dibagi atas subplot 25cm x 25cm. Kemudian setiap plot digali dengan sendok dompol sampai kedalaman ±10 cm. Hewan yang terdapat selama penggalian tersebut dikumpulkan dan dimasukkan kedalam plastic atau botol kecil. Setelah didapatkan sampel seluruh plot, hitung jumlah individu masing-masing jenis yang didapatkan. Setelah didapatkan jumlah tersebut analisis data tersebut.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Capture Recapture
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 18. Pengamatan estimasi populasi metoda capture recapture pada Sitophilus oryzae (kumbang beras)         
Cuplikan
Jumlah S. Oryzae

Bertanda
Tidak bertanda
Total N
I
-
5 ekor
40 ekor
II
1 ekor
7 ekor

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa saat pengambilan kumbang beras dalam pengamatan populasi menggunakan metode capture recapture, saat pengambilan cuplikan pertama kumbang beras yang dianggap sebagai hewan yang akan ditandai (F1) diperoleh hasil jumlah yang tertangkap adalah 5, kemudian Sitophilus oryzae yang didapat diberi tanda, dan pada cuplikan kedua  menunjukkan nilai F2 sebanyak 8 ekor dan jumlah kumbang beras yang sudah bertanda pada cuplikan kedua menunjukkan nilai F3 yaitu sebanyak 1 ekor. Kemudian ditemukan nilai N sebanyak 40 ekor.
            Pada proses perhitungan estimasi populasi Sitophilus oryzae, baki yang digunakan untuk meletakkan tepung dibagi menjadi beberapa plot dengan ukuran  sekitar 5 cm x 5 cm. Kemudian cuplikan di ambil pada 5 buah plot. Cuplikan inilah yang disebut sebagai sampel. Kemudian sampel itu diestimasi sehingga dapat dihasilkan populasi sebanyak 40 ekor  Sitophilus oryzae yang terdapat di dalam area yang diamati, jumlah populasi ini mendekati jumlah populasi yang sebenarnya yaitu sebanyak 50 ekor. Namun dari hasil dapat kita lihat terjadi penyimpangan atau galat pada populasi sebenarnya. Pernyataan diatas sesuai dengan literatur menurut Suin (1989), bahwa estimasi menggunakan sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus.
            Dari percobaan dapat terlihat bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, hewan, maupun tumbuhan. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi (Soetjipta, 1992).
            Bila kita meneliti seluruh unsur populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila jumlah populasi terbatas. Sensus memang, tidak selamanya sempurna. Hasil sensus yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam, modus, atau (range), disebut parameter. Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat parameter dari statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih (Hadisubroto, 1989).
            Saat pengambilan cuplikan pertama kumbang beras yang dianggap sebagai hewan yang akan ditandai (F1) kemudian Sitophilus oryzae yang didapat diberi tanda, dan pada cuplikan kedua  menunjukkan nilai F2 dan jumlah kumbang beras yang sudah bertanda pada cuplikan kedua menunjukkan nilai F3. Model ini menurut pendapat Agus (1994) disebut juga sebagai model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan ke-2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi individu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak validan dalam metode Patersen. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali.

4.2 Hand SortingMethod
Tabel 19. Analisis hasil pengamatan hewan tanah dengan metoda hand sorting  
NO
TAKSA
K(ind/m2)
KR(%)
F
FR(%)
Konstanta
1.
Polyrachis sp.
10
40
0,25
26
Assesori
2.
Pheretima sp.
7
28
0,19
20
Aksidental
3.
Iulus sp.
2
8
0,125
13
Aksidental
4.
Sp 1
3
12
0,19
20
Aksidental
5.
Componatus sp.
3
12
0,19
20
Aksidental
Jumlah
25
100 %




Berdasarkan pada tabel yang telah didapatkan ada lima jenis hewan yang ditemukan pada plot yaitu  Polyrachis sp,  Pheretima sp, Iulus sp, Sp 1, Componatus Hewan yang selalu ada pada 4subplot yaitu ada dua jenis hewan Paretima sp. Hal Ini menandakan pada daerah tersebut merupakan habitat yang cocok tempat hidup jenis hewan itu. Pada setiap subplot ditemukan keragaman  organisme dan menandakan adanya penyebaran hidup pada jenis hewan tersebut.
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai K dan KR tertinggi adalah Polyrachis sp. sedangkan yang paling rendah terdapat pada Iulus sp. sedangkan FK terttinggi terdapat pada Polyrachis sp. Hal ini membuktikan bahwa kepadatan populasi  suatu jenis dapat dilkuakn perkiraan jumlah spesies yang menempati suatu daerah. Sesuai dengan pernyataan  Suin (1989), bahwa dalam mengetahui kepadatan populasi suatu jenis organisme di habitatnya maka dilakukan perhitungan, dapat dihitung dengan kepadatan absolute atau kepadatan relative. Metoda yang digunakan dapat bermacam-macam, tergantung kepada tujuan yang hendak dicapai.
Metoda hand sourting merupakan metoda yang hanya dapat dilakukan pada hewan tanah yang berukuran besar. Cara ini dapat dilakukan langsung dengan praktek lapangan dengan memiliki hewan dari contoh tanah yang diambil. Efisiensi dari metoda ini berkisar dari 59-90%. Hewan tanah dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuhnya yaitu mikrofauna (ukuran tubuh 20 - 200 mikron), mesofauna (ukurna tubuh 200 mikron - 1cm) dan makrofauna (ukuran tubuh lebih besar dari 1cm) (Suin, 1989). Sehingga metoda yang digunakan sesuai dengan literatur.
Metoda sortir dengan tangan ini lebih efektif jika dilakukan untuk estimasi populasi cacing tanah (Pheretima sp.) , karena cacing  bergantung hidupnya pada tanah atau habitatnya ditanah. Namun dari hasil kepadatan populasi dan frekuensi nilai Polyrachis sp lebih tinggi dari Pheretima sp . ini terjadi mungkin karena pada area plot yang digunakan terdapat makanan yang banyak untuk Polyrachis sp Menurut teorinya Michael (1994). Struktur suatu komunitas bergantung pada cara dimana hewan tersebar didalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri, keragaman tidak terbatas dari pola penyebaran yang terjadi didalam alam secara kasar dapat dibagi tiga kategori, salah satunya, keberadaan acak atau kebetulan dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat.





/pV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan hasil table yang didapatkan  diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pada metoda capture recapture total perhitungan estimasi populasi kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah 40 ekor mendekati jumlah populasi sebenarnya 50 ekor.
2.      Pada metoda hand sorting Kerapatan dan kerapatan relative yang paling besar ditemukan nilai K dan KR tertinggi adalah  pada Polyrachis sp. sedangkan yang paling rendah terdapat pada Iulus sp.

5.2 Saran
untuk praktikum ini adalah praktikan harus memahai tentang teori praktikum dan mengerjakan praktikum sesuai dengan prosedur erja yang ada agar tidak terjadi kesalahan, praktikan harus teliti dan sungguh-sungguh dalam pelaksanaan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA
Agus, S. 1994. Penuntun Ekologi Umum. Universitas jambi. Jambi

Hadisubroto, T. 1989. Ekologi Dasar. DEPDIKBUD. Jakarta.

Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum .Gita Media Press. Jakarta.

Krebs, C.J.  1978.  EcologyThe Experimental Analysis of Distribution and Abundance  Second Edition.  Harper and Row. New York.

Michael, R.1994. Introduction Ecology. McGraw Hill Company. New york.

Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press. Yogyakarta

Poole, R. 1974. Introduction to Quantitative Ecology. McGraw-Hill. New York.

Rustamsyah. Zulaika, Erny. Nurhatina, Sri dan Gani, N.A.1990. Biologi. Jurusan Kimia Fakultas MIPA ITS. Surabaya.

Soetjipta.1992. Dasar-dasar Ekologi Hewan. DEPDIKBUD DIKTI. Jakarta

Suin, N.M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.

Tarumingkeng, R.C.1994. Metode Sampling Biotik Untuk Menduga Populasi Hewan Bergerak. Universitas Negeri Hasanudin. Makasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar