Senin, 23 Mei 2016

Laporan amphibi



LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA
IDENTIFIKASI, MORFOLOGI Dan KUNCI DETERMINASI AMPHIBI

OLEH
RIMA MELATI (1310421092)
KELOMPOK IV. A
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1.      FIRDAWATI FEBRINA R.        (1310421029)
2.      WILFADRI PUTRA J.                (1310421068)
3.      YIN RAMADANI                       (1310421105)
4.      NEZA PRICILIA                                     (1310422005)

ASISTEN PENDAMPING :
1. MUHAMMAD  ANUGRAH SAPUTRA
2. AFDHAL TISYAN
download.jpg


download.jpg




LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATIMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015







 

                                                                                   I.          PENDAHULUAN


1.1     Latar belakang
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata, yang mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Kedalam vertebrata dapat dimasukkan semua jenis Amphibi, pisces, reptile, aves, serta hewan mamalia (menyusui). Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai (Brotowidjoyo, 1989).
      Vertebrata pertama di darat adalah anggota kelas Amphibia. Saat ini kelas tersebut diwakili oleh kurang lebih 4000 spesies katak, salamander, dan caecilia (makhluk tak bertungkai yang membuat lubang untuk sarang di hutan tropis dan danau air tawar. Terdapat tiga ordo Kelas Amphibia yang masih hidup saat ini, yaitu Urodela (berekor ± salamander), Anura (tidak berekor ± katak, termasuk bangkong), dan Apoda (tak berkaki ±  caecilian). Hanya ada sekitar 400 spesies dari ordo Urodela. Beberapa diantaranya hanya hidup di air, tetapi yang lain hidup di darat sebagai hewan dewasa atau bahkan sepanjang masa kehidupan. Sebagian besar salamander yang hidup di darat berjalan dengan pembengkokan badan dari sisi ke sisi yang mirip dengan cara berjalan tetrapoda awal (Amphibianweb, 2014).
Ada sekitar 3000 spesies amphibi yang hidup di dunia, yang dikelompokkan dalam 3 golongan yaitu Anura (katak dan kodok), Caudata atau Urodela (salamander), dan Gymnophiona atau Apoda (Caecilia). Terminologi “amphibi” diterapkan pada anggota kelas ini karena sebagian besar hewan menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya di dalam air (Sukiya, 2005)
Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amphibi yang ada di dunia, yaitu gymnophiona dan anura. Ordo gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya, sedangkan ordo anura merupakan yang paling mudah ditemukan di Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis anura di dunia. Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia (Brotowidjoyo, 1989).
Meskipun Indonesia kaya akan jenis amphibi, tetapi penelitian mengenai amphibi di Indonesia masih sangat terbatas. Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau besar, belum banyak dilakukan penelitian mengenai amphibi, baru terbatas di Kawasan Ekosistem Leuser, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Pulau Sumatera sebagai pulau dengan beragam ekosistem dari pantai sampai pegunungan, memungkinkan menjadi habitat berbagai jenis amfibi, bahkan masih memungkinkan untuk menemukan catatan baru seperti Philautus sp. dan Leptobrachium sp. di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan  Megoprys parallela di Sumatera Barat (Iskandar 1996).
Amphibia memiliki manfaat yang cukup banyak bagi manusia. Meskipun tingkat ancaman pada amphibia terus meningkat, sampai saat ini belum satupun spesies amphibia Sumatera, bahkan Indonesia, yang masuk dalam daftar satwa terancam kepunahan dari IUCN. Hal ini terjadi karena minimnya data yang berkaitan dengan satu populasi dan daerah sebaran yang terdapat di Indonesia. Faktor ini mengindikasikan bahwa upaya konservasi amphibia yang mutlak dilakukan adalah usaha perlindungan dan pengelolaan habitat yang lebih baik dan efesian juga segera mengupayakan pencegahan spesies amphibia tertentu yang kondisinya rentan dari kepunahan ( Epilurahman, 2007).      
            Amphibi ini dengan jenis yang beranekaragam mempunyai potensi yang sangat besar dalam kehidupan manusia seperti menanggulangi hama serangga. Alasannya: pertama karena mangsa utama hampir seluruh jenis amfibi adalah serangga dan larvanya, kedua karena jenis dari klas Amfibi mudah dijumpai dimana saja. Amfibi juga sangat erat kaitannya dengan manusia, diantaranya dalam dunia kedokteran, amfibi telah lama dimanfaatkan untuk tes kehamilan yang banyak dijual di apotik seperti sekarang. Beberapa lembaga penelitian, saat ini tengah melakukan mencari berbagai bahan anti bakteri dari beberapa jenis amfibi yang diketahui memiliki ratusan kelenjar yang terletak di bawah jaringan kulit. Beberapa peneliti juga sedang meneliti kemungkinan memanfaatkan cairan kelenjar dari beberapa jenis amfibi yang biasa lengket untuk digunakan sebagai bahan perekat alami. Contonya seperti family dari mycrophyadae mempunyai sekret atau alat perekat yang di keluarkan oleh tubuhnya (Djuhanda, 1982).

1.2. Tujuan praktikum
Adapun tujuan diadakam praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri morfologi kelas Amphibi, menentukan klasifikasi dari masing-masing spesies serta membuat kunci determinasi dari masing-masing spesies.






















                                                                                                                                     II.            TINJAUAN PUSTAKA


Amphibia berasal dari kata amphi yang artinya rangkap, dan bios yang artinya kehidupan. Dan amphibia adalah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan,mula-mula dalam air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air  berlangsung sebelum alat reproduksinya masak, keadaan ini merupakan fase larva atau biasa disebut berudu. Amphibi mempunyai ciri-ciri, tubuhnya diselubungi kulityang berlendir, merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm artinya amphibia adalah hewan yang mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan.   amphibi mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan, yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yangterdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang diair, pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernafasannya berupa paru-paru (Djuhanda, 1982).
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat (Zug, 1993).
Amphibia dikelompokan kedalam empat Ordo yaitu Gymnophiona (Caecilians), Trachystomata (Sirens), Caudata dan Anura (Frogs and Toads). Sementara ahli lain membagi amphibi kedalam tiga ordo meliputi Gymnophiona (Caecilians), Caudata (Salamanders) dan Anura (Frogs and Toads). Ordo Caecilia ( Gymnophiona) Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda (Duellman, 1998).
Ordo Caecilia (Gymnophiona) mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal Pada ordo ini hanya memiliki satu family ichthyophidae dengan dua genus yaitu Caudacaecilia dan Ichthyophis. Contoh spesiesnya diantaranya Ichthyophis glutinosus dan Caecilia hypocyanea (Iskandar, 1996).
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorfosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp. (Epilurahman, 2007).
Ordo kedua pada kelas amphibi yaitu ordo Urodela atau Caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki timpanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air (Brotowidjoyo, 1989).
Ordo ketiga pada kelas amphibi yitu ordo Ordo Anura.  Anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana timpanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal (Berry,1965).
Anura merupakan Ordo yang memiliki jumlah spesies terbesar dibandingkan Ordo lainnya. Anura terdiri dari katak dan kodok yang mudah di kenali dengan ciri-ciri tidak punya ekor, tubuh pendek, tidak punya leher yang jelas  punya empat kaki dan dua kaki belakang lebih panjang dari dua kaki depan, memiliki mata yang besar, mulut lebar, kaki depan memiliki 4 jari dan kaki belakang memiliki 5 jari, terdapat webbing di sela-sela jari, terutama kaki belakang  Di indonesia terdapat 10  famili diantaranya Bufonidae, Bombinatoridae, Hylidae, Microhylidae, Megophrydae, Ranidae, Rhacophoridae, Myobatrachidae, Pelodryadidae dan Limnodynastidae. Di Sumatera Barat terdapat lima famili Anura yang umum didapatkan, yaitu Bufonidae, Megophrydae, Microhylidae, Ranidae dan Rhacophoridae (Iskandar, 1999).
Famili Ichtyopidae memiliki ciri-ciri Seperti cacing, kulit lembab yang muncul sempit tersegmentasi.Mata kecil, ditutupi dengan kulit, dan persepsi visual mereka terbatas untuk menentukan antara terang dan gelap.Mampu mengambil oksigen baik melalui kulit dan paru-paru.Memiliki ekor pendek, dan kloaka (pembukaan reproductory dan usus umum) dekat dengan ujung tubuh.Dua tentakel sensor kecil yang hadir di kepala yang mungkin membantu dalam menemukan sumber makanan (Inger, 1997).
Famili bufonidae memiliki ciri-ciri kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala.Mempunyai tipe gelang bahu arciferal.Sacral diapophisis melebar. Mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal (Djuhanda, 1982).
Famili Megophryidae memiliki ciri-ciri bertubuh pendek agak gendut.Kepala besar dengan runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung moncong. Sepasang runcingan kulit yang lain, yang lebih kecil yang terdapat di ujung-ujung rahang. Katak jantan lebih kecil daripada betinanya.Dorsal (bagian punggung) berkulit halus.Ventral (sisi bawah tubuh) abu-abu keputihan, dengan bintil-bintil agak kasar.Selaput renang di kaki sangat pendek (Inger dan Bacon, 1968).
Famili Ranidae memiliki ciri-ciri bentuk tubuhnya yang relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang.Kulit halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.Gelang bahu bertipe firmisternal.Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulut lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya ( Iskandar, 1999).
Famili dicroglossidae katak kecil gempal dengan kepala relatif besar.Mata yang besar dan memiliki murid celah berbentuk vertikal.Kulit berkutil, dan deretan besar, kutil sering kemerahan memanjang dari tympanum ke daerah pinggang.Warna bervariasi dari titik-titik hitam kecil, titik berwarna coklat sampai bintik zaitun atau hijau.Tenggorokan dan dada sering terlihat berwarna abu-abu (Sukiya, 2005).
Famili rachoporidae memiliki disc kaki.Katak ini memiliki anyaman luas antara tangan dan kaki, yang memungkinkan mereka untuk melayang di udara.Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal (Eprilurahman, 2007).











III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM


.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 dan Selasa, 17 Maret 2015 di laboratorium teaching 1, jurusan biologi, fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, universitas andalas, padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah penggaris, spons hitam, kamera dan worksheet.Bahan yang digunakan adalah Duttaphrynus melanotictus, Phryonidis asper, Ichtyopis glutinosus, Leptobranchium abbotti, Limnonectes kuhlii, Fejervarya cancrivora, Hylarana erithrea, Hylarana nicobariensis, Hylarana picturata,Odorana hosii, Huia sumatranadan Polypedates otilophus.
3.3 Cara Kerja
Awalnya sampel diletakkan di atas bak bedah dengan posisi kepala di sebelah kiri dan difoto. Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan melakukan pengukuran dan penghitungan. Adapun parameter yang digunakan dalam pengamatan tersebut adalah panjang badan(PB), lebar kepala(LK), panjang kepala(PK), panjang kaki depan(PKD), panjang kaki belakang(PKB), panjang tibio-fibula(PTF), panjang femur(PF), panjang moncong(PM), diameter tymphanium(DT), diameter mata(DM), jarak interorbital(JIO), jarak internares(JIN), urutan panjang kaki belakang(UPKB), urutan panjang kaki depan(UPKD). Selain itu dilakukan pengamatan terhadap morfologi yaitu proceccus odontoid, gigi former, lipatan dorsolateral dan warna membrane timpani. Setelah dilakukan pengamatan baik pengukuaran maupun ciri-ciri meristik, dilakukan pembuatan kunci determinasi dan karakter-karakter species.




IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1Deskripsi
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada Kelas Amphibia, hasil yang di dapatkan sebagai berikut:
4.1.1 Ichthyophidae
12-a88acbfd58.jpg4.1.1.1  Ichthyophis glutinosus
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Gymnophiona
Gambar 1. Ichthyophis glutinosus
 
Famili              : Ichthyophiidae
Genus              : Ichthyophis
Spesies            : Ichthyophis glutinosus (Linnaeus, 1758)
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species.
Status              : Least Concern
Dari praktiku yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ntuk nilai rasio pada  Ichthyophis glutinosus tidak diperoleh karena sampel yang diamati merupakan sampel awetan, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengukuran. Sedangkan dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Ichthyophis glutinosus merupakan hewan yang bentuknya seperti ular dan tubuhnya terdiri dari segmen-segmen dan berbentuk seperti silindris, tidak memiliki kaki, memiliki ekor yang sangat pendek dan meruncing pada bagian ujungnya, kloaka juga terdapat diujung, memiliki gigi dan rahang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Duellman and Trueb (1986), yang menyatakan bahwa karakteristik Ichtyopis glutinosus yaitu tubuh slindirs panjang, bersisik sangat halus, memiliki ekor yang sangat pendek, mata tereduksi, akuatik, tidak berkaki, dan memiliki gigi.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Iskandar (1996), yang menyatakan bahwa    tubuh Ichtyopis glutinosus  menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang.

4.1.2 Bufonidae
4.1.2.1 Duttaphrynus melanoctictus
full_size_20150317202655Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura                       
Gambar 2. Duttaphrynus melanoctictus
 
Famili              : Bufonidae
Genus              : Duttaphrynus
Spesies            : Duttaphrynus melanoctictus Schneider, 1799
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species.
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh Duttaphrynus   melanostictus yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter tympanum yaitu 10 : 5  = 2.  Berarti diameter timpanum 2 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 30  : 25  = 1.2 . Berarti panjang kepala sama dengan 1.2 mm kali dari lebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Perbandingan  panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 70 : 20 = 3.5. Artinya panjang kepala sama dengan 3.5 kali dari panjang kaki belakang.
            Data yang diperoleh dari pengmatan diperoleh hasil bahwa Duttaphrynus melanostictus memiliki disk yang berwarna hitam, warna timpanum jelas dan tidak memiliki gigi former dan tidak memiliki supra orbital. Hal ini sesuai dengan pendapat Mistar (2003), yang mengungkapkan bahwa Duttaphrynus melanostictus tidak memiliki alur-alur supraorbital dan memiliki selaput renang(webbing) yang penuh, tekstur kulit yang kasar, warna kulit cokelat kehijauan.

            Sedangkan menurut Iskandar (2003), Duttaphrynus melanostictus ini mempunyai garis supra orbital berwarna hitam, alur-alur supra-orbital dan supratimpanik menyambung, tidak ada alur parietal. Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, sampai kehitaman. Terdapat bintil-bintil kasar dibagian  punggung dengan ujung kehitaman.Tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek.

phrynoidis aspera.jpg4.1.2.2 Phrynoidis aspera
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Gambar 3. Phrynoidis aspera
 
Famili              : Bufonidae
Genus              : Phrynoidis
Spesies            : Phrynoidis aspera (Gravenhorst, 1829)
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species.
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh Phrynoidis aspera yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter tympanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter tympanum yaitu 7 : 4 =  1,4 Berarti diameter timpanum 1,4 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana rasio antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 30 : 35 = 0.85 artinya panjang kepala sama dengan 0.85  kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 70 : 45 = 1.56 artinya  panjang kepala sama dengan 1.56 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data diperoleh hasil bahwa Phrynoidis aspera memiliki tubercel pada tubuhnya, memiliki gigi former,  memiliki webbing yang berwarna putih, memiliki tympanum yang jelas dan tidak memiliki disk. Kemudian berdasarkan urutan jari kaki belakangnya jari yang terpanjang terdapat pada urutan nomor 4,sedangkan jari depannya, jari yang terpanjang yaitu jari nomor 3. Hal ini sesuai dengan pendapat Iskandar  (1998) yang menyatakan bahwa katak ini memiliki kelenjar parotoid bulat telur terhubung ke pinggiran supraorbital oleh punggungan supratimpanik. Kaki keempat adalah terpanjang, dan semua jari kecuali keempat sepenuhnya berselaput. Jantan memiliki bantalan perkawinan pada dasar jari pertama. Phrynoidis aspera biasanya coklat tua, abu-abu atau warna hitam, dengan bercak hitam bagian perut.
Menurut Inger dan Bacon (1968), Kulit katak ditutupi oleh tubercle atau kutil yang membuat kulit menjadi kelihatan kasar. Katak sungai memiliki kepala yang luas dan tumpul tanpa puncak tulang. Selain itu katak ini memiliki kelenjar paratoid berbentuk bulat telur terhubung ke punggungan supraorbital oleh punggung bukit supratymphanic, tymphanium tampak terlihat jelas dengan ukuran yang cukup sedang. Berdasarkan urutannya, jari kaki keempat merupakan jari terpanjang dan semua jari kecuali jari keempat berselapu penuh.
4.1.3 Megophryidae
4.1.3.1 Leptobrachium abbotti
leptobrachium abotii.jpgKingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                :  Anura
Gambar 4. Leptobrachium abbotti
 
Famili              : Megophryidae
Genus              : Leptobrachium
Spesies            : Leptobrachium abbotti (Cochran, 1926)
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species.
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh Leptobrachium abbotti yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter tmpanum yaitu 5: 3 =  1.7  Berarti diameter timpanum 1.7 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 20: 20 = 1 artinya  panjang kepala sama dengan 1 kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 50 : 25 = 2  artinya panjang kepala sama dengan 2 kali dari panjang kaki belakang.
Menurut Inger dan Stuebing (1997), Leptobrachium abbotti  merupakan, katak dengan karakteristik kepala lebar, mata besar, kaki ramping dan memiliki webbing. Jantan  mencapai 75 mm dengan betina hingga 95 mm. Warna kepala, punggung, dari samping adalah coklat atau hitam sementara perut ditandai dengan bintik-bintik putih dan hitam. Leptobrachium abbotti  mengeluarkan lendirnya saat berada dalam ancaman. Lendir ini sangat lengket dan juga mengandung racun yang berbahaya bagi musuh musuhnya. Leptobrachium abbotti  memiliki kaki depan, kaki belakang yang panjang dan sering terlihat berjalan dari pada melompat.
Dari data pengmatan diperoleh hasil bahwa Leptobrachium abbotti memiliki gigi former, memiliki webbing yang berwarna putih dan timpanumnya tidak begitu jelas dan tidak memiliki disk.. Hal ini sesuai dengan pendapat Inger dan Stuebing (1997), yang menyatakan bahwa Leptobrachium abbotti  memiliki selaput renang webbing dan timpanmnya tidak jelas atau berwarna kehitaman.

4.1.4. Dicroglossidae
4.1.4.1 Fejervarya cancrivora
fejerfaryaKingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Gambar 5. Fejervarya cancrivora
 
Famili              : Dicroglossidae
Genus              : Fejervarya
Spesies            : Fejervarya cancrivora (Gravenhorst, 1829)
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species.
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa rasio atau perbandingan tubuh Fejervarya cancrivora yang  pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana rasio antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 4 : 4 =  1 artinya diameter timpanum 1 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 14: 18 = 0.8 artinya panjang kepala sama dengan 0.8 kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 30 : 44 = 0.7,  artinya panjang kepala sama dengan 0.7 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan diperoleh bahwa Fejervarya cancrivora memiliki gigi former, timpanum berwarna gelap, memiliki webbing yang berwarna bening, tidak memiliki disk, memiliki dorsolateral folk, dan prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mistar (2003), bahwa  Fejervarya cancrivora berukuran besar, memiliki lipatan dorsolateral yang berwarna hitam. Warnanya seperti lumpur yang kotor dengan bercak- bercak tidak simetris berwarna gelap. Sering disertai dengan garis dorsolateral yang lebar. Penyebaran katak ini sangat luas sekali meliputi Asia Tenggara termasu India. Habitat dari species ini adalah hutan mangrove, muara, rawa, daerah pesisir, selokan, genangan air dan sawah serta sungai.
Menurut Lim and Lim (1992) Fejervarya cancrivora memiliki ukuran hingga lebih dari 8 cm, jari menunjuk, jari pertama lebih panjang dari jari kedua. Webbing hampir mencapai ujung jari kaki pertama, kedua dan ketiga di perbatasan luar dan di perbatasan bagian dalam tuberkulum kelima dan paling luar dari ujung kaki keempat. Warna badan hitam dengan sisi dan ekor abu-abu gelap kecokelatan, dengan bintik-bintik gelap bahkan sampai bagian sirip venters berwarna terang.




4.1.4.2. Fejervarya limnocharis
https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xap1/v/t1.0-9/10438224_545850012184714_5027837199788896893_n.jpg?oh=600039d7fc4f5e896791b84e7831d927&oe=55B43260&__gda__=1433590204_1a7906316ea40a5b104c2ce5e3381b24Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibia                                                                        
Ordo                : Anura
Text Box: Gambar 6. Fejervarya limnocharisFamili              : Dicroglossidae                                                 : Ranidae     
Genus              : Fejervarya
Species            : Fejervarya limnocharis Gravenhorst, 1829
Sumber            :  The IUCN Red List of Threatened Species
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh Fejervarya limnocharis yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 6 : 5 =  1.2  artinya diameter timpanum 1.2 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 17 : 20 = 0.8 artinya  panjang kepala sama dengan 0.8 kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 50 : 30 = 1.7 artinya panjang kepala sama dengan 1.7 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Fejervarya limnocharis memiliki gigi former, tutupan webbing tertutup penuh, prosessus odontoid tidak ada, lipatan dorsoventral ada, berwarna hitam coklat. Hal ini sesuai dengan  (Gordon andb tucker, 1965) yang menyatakan bhawa Webbing hampir mencapai ujung jari kaki pertama, kedua dan ketiga di perbatasan luar dan di perbatasan bagian dalam tuberkulum kelima dan paling luar dari ujung kaki keempat. Warna badan hitam dengan sisi dan ekor abu-abu gelap kecokelatan, dengan bintik-bintik gelap dibagian punggungnya.
Menurut Prakash (1988), Fejervarya limnocharis memiliki bentuk moncong yang meruncing, terproyeksikan di luar mulut. Ruang Internarial lebih panjang dari lebar interorbital, yang jauh kurang dari lebar kelopak mata atas. Timpanum berbeda, berukuran setengah sampai dua pertiga diameter mata. Kuku tumpul atau berselaput tuberkel subarticular kecil dan menonjol. Tubuh dengan tuberkel kecil, lipatan longitudinal yang kadang-kadang kecil, ventrum halus kecuali perut dan paha terdapat granular posterior.

leminocthes khulii4.1.4.3. Limnonectes kuhlii
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Famili              : Dicroglossidae
Gambar 7. Limnonectes kuhlii
 
Genus              : Limnonectes
Spesies            : Limnonectes kuhlii (Tschudi, 1838)
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species.
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa rasio atau perbandingan tubuh Limnonectes kuhlii yang  pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 7 : 5 =  1 artinya diameter timpanum 1.4 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu  34 : 33 =  artinya panjang kepala sama dengan 1 mm kali dari lebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 64  : 40 = 1.6  artinya panjang kepala sama dengan 1.6 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan Limnonectes kuhlii memiliki tubuh yang licin dan berwarna kecoklatan, memiliki gigi former, tympanum tidak jelas, memiliki webbing yang berwarna kecoklatan, memiliki disk, dan tidak memiliki dorsolateral folk, dan memiliki prosesus odontoid. Kemudian berdasarkan urutan jari kaki belakangnya jari yang terpanjang terdapat pada urutan nomor 4, sedangkan jari depannya, jari yang terpanjang yaitu jari nomor 2.
Menurut Berry (1965), Limnonectes kuhlii adalah katak yang berukuran cukup besar yang berwarna coklat. Katak ini dapat tumbuh hingga 70 mm hingga panjang moncongnya.. Timpanum (gendang telinga) tidak jelas atau tidak nampak. Jari kaki berselaput renang penuh hingga ke ujung. Kepala cukup luas dan pada jantan terdapat otot adduktor strog menggembung di belakang mata serta terdapat processus odontoid.Tekstur kulit berkerut, tertutup oleh bintil-bintil panjang yang tampak tipis, bintil-bintil ini biasanya memanjang parallel dengan sumbu tubuh.Warna kotor seperti lumpur dengan bercak-bercak yang lebih gelap.
20150317_140751.jpg4.1.4.4 Limnonectes blytii
Kingdom    : Animalia
Filum          : Chordata                                                                   
Kelas          : Amphibia
Ordo           : Anura
Gambar 8. Limnonectes blytii
 
Famili         : Dicroglossidae                                                               
Genus         : Limnonectes
Species       : Limnonectes blytii Boulenger, 1992                                
Sumber       : The IUCN Red List of Threatened Species
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh rasio dari tubuh Limnonectes blytii yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 6 : 10 =  0.6  artinya diameter timpanum 0.6 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 15 : 25 = 0.6 artinya  panjang kepala sama dengan 0.6 kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 50 : 30 = 1.7 artinya panjang kepala sama dengan 1.7 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pada Lymnonectes blythii ditemukan gigi former, tutupan webbing tertutup penuh, processus odontoid ada, bentuk ujung jari licin, lipatan dorsoventral ada, berwarna coklat. Hal ini sesuai dengan Iskandar (2003), yang menyebutkan berselaput renang penuh. Lymnonectes blythii memiliki ukuran tubuh yang besar dan ramping sehingga disebut dengan slender. Bentuk kepalanya seperti segitiga dan terlihat sangat jelas lipatan supra timpanum yang berwarna hitam. Spesies ini memiliki pertumbuhan geligi pada rahang yang disebut processus odontoi.
4.1.5 Ranidae
4.1.5.1  Hylarana erythraea
erytthreaKingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Gambar 9. Hylarana erythraea
 
Famili              : Ranidae
Genus              : Hylarana
Spesies            : Hylarana erythraea (Schlegel, 1837)
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species.
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa rasio atau perbandingan tubuh Hylarana erythraea yang  pertama yaitu Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh Hylarana erythraea yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 7: 25 =  0.3 artinya diameter timpanum 0.3 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu  20: 22 = 0.9 artinya i panjang kepala sama dengan 0.9 kali dari lebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 65: 44 = 0.7  artinya panjang kepala sama dengan 0.7 kali dari panjang kaki belakang.
             Menurut Inger dan Bacon (1968) pada umumnya, bagian dorsal katak berwarna hijau terang hingga hijau gelap dan bagian ventralnya berwarna keputihan Karakter lainnya katak hijau tua. Memiliki lipatan dorsolateral yang bervariasi dan terkadang berbatasan dengan warna hitam. Spesies ini memiliki kulit yang halus dan licin, alat ekstremitas dengan jari yang panjang serta dilengkapi dengan cakram beralur serta terdapat disk. Hal ini sesuai dengan data pengamatan diperoleh hasil bahwa Hylarana erythraea  memiliki tubuh yang licin dan halus dan berwarna kehijauan, memiliki gigi former, tympanum berwarna hijau, memiliki webbing yang berwarna kuning, memiliki disk, memiliki dorsolateral folk, dan tidak memiliki prosesus odontoid.
Hylarana erythraea memiliki warna krim pada lipatan dorso-lateral yang terkadang berbatasan dengan hitam. Tungkai kekuningan dengan bercak tidak teratur. Spesies ini memiliki kulit halus, dan panjang, jari bebas yang membesar ke dalam cakram dan beralur (Brown dan Alcala 1970).
4.1.5.2 Hylarana nicobariensis
hKingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Gambar 10. Hylarana nicobariensis
 
Famili              : Ranidae
Genus              : Hylarana
Spesies            : Hylarana nicobariensis (Schlegel, 1837)
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species.
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa rasio atau perbandingan tubuh Hylarana nicobariensis yang  pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 3: 3 =  1. Berarti diameter timpanum 1 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu  15 : 12 = 1.3 artinya  panjang kepala sama dengan 1.3 mm kali dari lebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 85: 35 = 2.4  artiya panjang kepala sama dengan 2.4 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan Hylarana nicobariensis memiliki tubuh yang licin dan berwarna kecoklatan. Memiliki gigi former, tmpanum berwarna hitam kecoklatan, memiliki webbing yang berwarna kecoklatan, memiliki disk warna kehitaman, memiliki dorsolateral folk, dan tidak memiliki prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan literatur Mistar (2003), yang menyatakan kulit katak licin, serta pada bagian tubuh terdapat lipatan dorsolateral yang memanjang dari kepala hingga ujung ekor .
4.1.5.3 Huia sumatrana
huia sumatranaKingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura                                
Gambar 11. Huia sumatrana
 
Famili              : Ranidae
Genus              : Huia
Spesies            : Huia sumatrana (Yang, 1991)
Sumber            :  The IUCN Red List of Threatened Species
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh yang pertama Huia sumatrana yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 4  : 3 =  1.3 artinya diameter timpanum 1.3 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 13: 1 = 13 artinya panjang kepala sama dengan 13 kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 32 : 32 = 1 artinya panjang kepala sama dengan 1 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa Huia sumatrana memiliki disk yang berwarna hitam, warna timpanum berwarna bening, memiliki dorsal lateral dan tidak mempunyai prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan literatur (Iskandar, 1999), yang menyatakan bahwa Huia sumatrana merupakan katak berukuran sedang berwarna coklat dengan bintik hitam di permukaan kulitnya. Katak ini berwarna coklat dan berwarna putih pada bagian bawah mulut. Kaki belakang katak ini juga panjang dengan terdapat disk pada bagian ujungnya. Spesies ini endemik di pegunungan Sumatera Barat (di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Provinsi Lampung).
rana hosii4.1.5.4 Odorrana hosii
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Gambar 12. Odorrana hosii
 
Famili              : Ranidae
Genus              : Odorrana              
Spesies            : Odorrana hosii (Boulenger, 1891)
Sumber            :  The IUCN Red List of Threatened Species
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh yang pertama Odorrana hosii yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 6 : 5 =  1. Artinya diameter timpanum 1.2 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 18 : 19 = 0.9 artinya panjang kepala sama dengan 0.9 mm kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 55 : 42 = 1.3 artinya panjang kepala sama dengan 1.3 kali dari panjang kaki belakang.
Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa Odorrana hosii memiliki disk, memiliki gigi former, warna timpanum berwarna gelap, memiliki dorsal lateral berwarna gelap dan tidak mempunyai prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan pendapat Inger dan Bacon (1986), yang menyatakan bahwa Odorrana hosii memili lipatan dorsolateral, memanjang hingga ke pinggang. Di sana-sini, garis gelap ini bercampur dengan bercak kehijauan, kekuningan atau keemasan. Webbing penuh mencapai pangkal piringan pada jari kaki, coklat gelap atau kehitaman warnanya

IMG_2538.JPG4.1.5.5 Hylarana picturata
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Gambar 13 . Hylarana picturata
 
Famili              : Ranidae
Genus              : Hylarana
Spesies            : Hylarana picturata (Boulenger, 1920)
Sumber             : The IUCN Red List of Threatened Species
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh Hylarana picturata yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter tympanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter tympanum yaitu 5 : 4 =  1.25.  Berarti diameter timpanum 1.25 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 13 : 11 = 1.18 artinya  panjang kepala sama dengan 1.18 kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 38 : 11 = 3.5 artinya panjang kepala sama dengan 3.5 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Hylarana picturata memiliki disk yang berwarna hitam, warna timpanum tidak jelas atau berwarna hitam, memiliki dorsal lateral yang berwarna bintik – bintik hijau dan oren pada gaaris dorsolateralnya dan tidak memiliki gigi former. Hal ini didukung dengan pendapat Inger and Stuebing (1997), yang menyatakan bahwa Hylarana picturata memiliki totol-totol berwarna kuning yang mencolok. Spesies ini mudah diidentifikasi dengan melihat garis-garis orange-coklat yang memanjang dari moncong hingga ke tungkai belakang. Pada beberapa populasi, misalnya di Kalimantan, bintik-bintik dan garis-garis berwarna hijau. Pada populasi lain tempat lebih besar dan bersatu, menciptakan pola belang-belang.
4.1.6 Rachoporidae
4.1.6.1 Polypedates leucomystax
20150317_141907Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Famili              : Rhacophoridae         
Gambar 14. Polypedates leucomystax.
 
Genus              : Polypedates
Species            : Polypedates leucomystax.                                                                                         (Kelaart, 1853) 
Sumber            :  The IUCN Red List of Threatened Species
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh rasio dari tubuh yang pertama  Polypedates leucomystax yaitu rasio antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 3 : 3  =  1 artinya diameter timpanum 1 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 10 : 12 = 0.8 artinya panjang kepala sama dengan 0.8 kali lebar kepala . Rasio ketiga perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 50 : 55 = 0.9 artinya panjang kepala sama dengan 0.9 kali dari panjang kaki belakang.
Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa Polypedates leucomystax memiliki disk yang berwarna hitam, warna timpanum berwarna bening, memiliki dorsal lateral dan tidak mempunyai prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan literatur Berry (1965), memiliki gigi former, timpanum berwarna coklat, webbing berwarna coklat bening, memiliki disk.
4.1.6.2 Polypedates otilophus
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Anura
Gambar 15. Polypedates otilophus
 
Famili              : Rhacophoridae
Genus              : Polypedates
Spesies            : Polypedates otilophus (Boulenger, 1893)
Sumber            : The IUCN Red List of Threatened Species
Status              : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh Polypedates otilophus yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 10 : 2 =  5.  Berarti diameter timpanum 5 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 25 : 33 = 0.7 artinya panjang kepala sama dengan 0.7 kali darilebar kepala . Rasio ketiga  yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 75 : 120 = 0.6 artinya panjang kepala sama dengan 0.6 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Polypedates otilophus memiliki disk yang berwarna hitam, warna timpanum berwarna cream, memiliki dorsal lateral dan tidak mempunyai prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan literatur (Inger, 1968), yang menyatakan bahwa Polypedates otilophus untuk katak berukuran besar dengan kepala berbentuk segitiga, agak meruncing pada sudut rahang. Terdapat tonjolan tulang belakang mata dan di atas tympanum. Mempunyai gigi former, tubuh umumnya kuat  dengan kaki ramping. Kulit di atas umumnya halus dan mungkin memiliki asperities spinose keputihan. Pada bagian bawah perut terdapat granular kasar, memiiki web yang hampir penuh.
            Menurut  Lim and Lim (1992), Polypedates otilophus  memiliki warna dan pola berkisar dari orange padat-cokelat, abu-abu dengan garis coklat, untuk cokelat yang sangat berpola, variasi krem, coklat dan abu-abu dengan empat garis-garis gelap turun dari kepala ke bawah belakang. Sisi ventral berwarna putih atau krim.  




















4.2 Kunci Determinasi
1. a. Tidak memiliki kaki………………………………….. Ichthyophis glutinosus
    b. Memiliki Kaki…………………………………………………….................2
2. a. Memiliki Kelenjar Paratoid…………………………………………………..3
    b.Tidak memiliki kelenjar paratoid…………………………………………….4
3. a. .Tidak memiliki supra orbital……………………...Dutaphrynus melanotictus
    b Memiliki supra orbital…………..……………………………...Phryonidis asper
4. a. Rasio kepala lebh besa dari badan………………………Limnonectes abbotti
    b.Rasio kepala tidak lebih besar dari badan.........................................................5
5. a. Memilikki Fejervarya line................................................................................6
    b.Tidak memiliki Fejervarya line.........................................................................7
6. a.Webbing lebih dari setengah penuh...... ………………..Fejervarya limnocharis
    b.Webbing tidak lebih setengah penuh..............................Fejervarya cancrivora
7. a. Memilikki dorsal lateral line.........................................…................................8 
    b.Tidak memilikki dorsal lateral line.................................................................10
8. a.Garis dorsal lateral line terputus.........................................Hylarana picturata
    b.Garis dorsal line tidak terputus........................................................................9
9. a. Garis dorsal lateral line warna kuning.................................Hylaran erythrea
    b. Garis dorsal tidak warna kuning..................................................................10
10.a.Kaki memilikki bercak hitam....................................................Odorana hosii
b.Kaki tidak memilikki bercak hitam...............................................................11
11.a. Panjang kaki sampai tympanum.............................................Huia sumatrana
b.Panjang kaki tidak sampai tympanum...........................Hylarana nicobariensi
12. a. Memilikki gigi former……………………………………………………13
      b. Tidak memilikki gigi former……………………………………………..14
13. a. Memilikki tubuh tegap……………………………..Leptobrachium abbotti
      b. Tidak memilikki tubuh tegap……………………..........Limnonectes kuhlii
14.a.Pada kaki belakang terdapat tonjolan……………….....Polypedates otilophus
     b.Pada kaki belakang tidak terdapat tonjolan………..Polypedates leucomystax

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 kesimpulan
Berdasarkan paraktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
1.      Icthyopis glutinosus, memiliki karakter, tubuh menyerupai cacing slindirs panjang, bersegmen, tanpa kaki.
2.      Phryonidis aspera, memiliki karakter, tubercle yang banyak, tidak mempunyai kelenjar paratoid,  selaput renang tidak penuh
3.      Dutaphrynus melanotictus, memiliki karakter kulit yang kasar dengan tubercle yang sangat banyak, memiliki kelenjar paratoid, tubuh dan mata besar.
4.       Fejervarya cancrivora, memiliki karakter, tutupan selaput renang penuh, tubuh gempal dan alat ekskremitas berkembang dengan baik.
5.      Fejervarya limnocharis memiliki ciri khas yaitu memiliki lipatan dorsiventral dan tutupan webbing penuh.
6.       Hylarana erythrea, memiliki karakter, tubuh berwarna hijau, lipatan dorsolateral kuning, kulit licin
7.      Hylarana nicobariensis, memiliki karakter, lipatan dorsolateral berwarna hitam, kulit licin, tutupan selaput renang sedikit
8.      Hylarana picturata, memiliki karakter, tubuh berwarna hitam, memilika garis dorsolateral berwarna oren serta bercak – bercak hjau pada tubuhnya.kaki memiliki disk dan webing tidak penuh.
9.      Odorana hosii, memiliki karakter, dorsal berwarna hijau, bagian samping berwarna coklat dan kaki berwarna coklat dan bercak coklat, tutupan selaput renang penuh.
10.   Huia sumatrana, memilki karakter, tubuh berwarna coklat kehijauan, bagian bawah perut berwarna kuning, timpanum jelas. Tutupan selaput renang penuh, panjang kaki belakang dua kali panjang badan
11.  Leptobrachium abotti memiliki webbing dan selaput timpani tidak jelas.
12.  Limnonectes kuhlii, memiliki karakter, tubuh berwarna coklat, mempunyai webing setengah serta memiliki gigi formes.
13.  Limnonectes blytii memiliki ciri khas yaitu adanya processus odontoid, serta tutupan webbing penuh dan memiliki warna tubuh coklat tua.
14.  Polypedates leucomystax memiliki ciri khas yaitu memiliki bentuk ujung jari disk yang membulat, adanya lipatan pada dorsal serta warna tubuhnya yang kuning.
15.  Polypedetes othilopus, memiliki karakter, tubuh berwarn krem, memiliki disk pada jarinya serta webing yang setengah, katak ini juga memiliki gigi formes.

5.2 Saran
Disarankan kepada praktikan agar pada praktikum selanjutnya lebih cepat dalam bekerja dan dalam melakukan pengukuran. Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya untuk pengukuran data morfometrik gunakan alat vernier califer dalam pengukuran dan sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

















DAFTAR PUSTAKA



Amphibiaweb. 2014. Amphibian. http://amphibiaweb.org.  18 Maret 2015.
Brotowidjoyo, M. D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 1. Bandung: Amrico
Duellman WE and Trueb CC. 1998. Reptile and Amphibian Behaviour in Hg Cogger and RG Zweifel 1998. Encyclopedia: San Fransisco
Epilurahman. 2007. Frogs and Toods of Derah Istimewa Yogyakarta Indonesia.         Internasional.
Inger, R. F., and Stuebing, R. B. 1997. A Field Guide to the Frogs of Borneo. Natural History Publications (Borneo) Limited, Kota Kinabalu.
Inger, RF, JP Bacon. 1968. Ahuran, Reproduksi dan Ukuran pada Katatk Hutan Tropik Sarawak. Copa: Malaysia.
Iskandar D, Mumpuni 2004.Leptobrachium abbotti. The IUCN Red List of Threatened Species.Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret2015.
Iskandar D, Mumpuni 2004.Polypedates otilophus. The IUCN Red List of Threatened Species.Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret2015.

Iskandar, M. 2004. Huia sumatrana. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 17 March 2015

Iskandar, D.T. and D.Y. Setyanto. 1996. The Amphibians and Reptiles of Anai Valley,West Sumatera. Annual Report of FBRT Project no.2
Iskandar, D.T dan Mistar. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang Biologi-LIPI: Bogor.
Iskandar, DT. 1999. Final Report Training on Monitoring Methods in Amphibians and Reptils Fauna at Surabaya and Gunung Air Station. Lauser National Park
Iskandar, D.T. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser : Jakarta

IUCN SSC Amphibian Specialist Group 2014.Hylarana erythraea. The IUCN  RedList Of Threatened Species.Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>.  Diaksespada 17 Maret 2015.

IUCN SSC Amphibian Specialist Group 2014.Phrynoidis asper. The IUCN Red  List Of Threatened Species.Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. diakses     pada 17 Maret 2015.

Lim, K.P., Lim, L.K.1992. A Guide to the Amphibians & Reptiles of Singapore. Singapore Science Centre.
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amphibia Kawasan Ekosistem Leuser Bogor. The Gibbon Foundation
Muhammad, S.K. Duttaphrynus melanostictus. The IUCN Red List  Of Threatened Species. Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret 2015.
Oommen V 2004. Ichthyophis glutinosus. The IUCN Red List of Threatened Species.Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret 2015.
Prakash, S. 1988. Genetic studies on Fejerfarya limnocharis. Unpublished Ph.D. dissertation, North Eastern Hill University, Shillong.
Robert, I. 2004.Odorrana hosii. The IUCN Red List of Threatened Species Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret2015.
Robert, I. 2004. Hylarana picturata. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 17 March 2015.
Sabitry bordoloi 2004.Limnonectes kuhlii. The IUCN Red List of Threatened SpeciesVersion 2014.3. <www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret 2015.
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press
Vijayakumar, S.P 2009.Hylarana nicobariensis. The IUCN Red List of  ThreatenedSpecies.Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret2015.
Yuan Zhigang. 2004. Fejervarya cancrivora. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 17 March 2015.
Zug, G. R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London

Tidak ada komentar:

Posting Komentar