Senin, 23 Mei 2016

Laporan minimal area



I.       PENDAHULUAN
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya (hubungan timbal balik). Kehidupan organisme yang ada pada wilayah atau habitat tertentu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan abiotikmaupun biotik. Faktor lingkungan tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap organisme dalam proses perkembangannya. Apabila terjadi gangguan terhadap lingkungan maka secara langsung akan berdampak pada populasi dari organisme tersebut (Odum, 1971).                                                      Keanekaragaman hayati khususnya tanaman atau tumbuhan yang berada di selatan wilayah Indonesia, biasanya menjadi salah satu sumber pokok kehidupan para petani sebagai mata pencahariannya. Upaya pemanfaatan tanaman atau tumbuhan bagi masyarakat terlebih dahulu diadakan inventarisasi dengan tujuan mengetahui potensi fungsi, peranan dan manfaat yang ada dari bagian organ dari tanaman. Beberapa tipe lahan memiliki berbagai fungsi ekologis, terutama dalam menyimpan keanekaragaman hayati. Ekologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antar organisme dengan lingkungannnya, dimana bebrapa jenis tumbuhan saling interaksi berdasarkan tingkatan trofiknya masing-masing (Indriyanto, 2006). Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Dalam komunitas ada batasan dalam melakukan interaksi antar organimse yaitu kumpulan atau kesatuan komposisi taksonomi yang membentuk suatu kesatuan secara relatif seragam, komunitas dengan organisasi topik dan pola organism tertentu. Komunitas yang terbentuk secara alami mempunyai bentuk yang berbeda antara suatu tempat dengan tempat lainnya (Odum,1992). Suatu komunitas tidak pernah statis atau berubah-berubah selama masa waktu. Perubahan suatu komunitas dibagi menjadi dua hal yang penting, yaitu suksesi berupa perubahan-perubahan siklis pada suatu komunitas berupa perubahan tak berarah yang fluktuasi disekitar harga tengah. Suatu populasi dan komunitas tidak terbentuk sama sekaligus seperti terlihat sekarang. Proses tersebut bergerak mulai dari yang tidak ada organisasi yang ada disana, barulah terdapat jenis baru lainnya yang hidup disana, barulah terdapat jenis baru lainnya hidup disana, sehingga menjadi komunitas yang kompleks (Odum, 1978).
            Dalam penelitian kuantitatif, populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan. Populasi adalah wilayah generasli yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh penbeliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan begitu juga sebaliknya (Odum, 1992).
Dalam penelitian atau penyelidikan ekologi tumbuhan di butuhkan metode dalam melakukannya, salah satu metodenya disebut minimal area. Minimal area merupakan suatu metode dasar dalam penyelidikan ekologi tumbuhan yang menggunakan plot. Ukuran plot dibuat sedemikian rupa agar plot benar-benar dapat menjadi representative untuk mengambil data. Dengan metode ini dapat ditentukan apakah daerah ini dapat dijadikan daerah peternakan atau tidak (Odum, 1992).      
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang sangat bervariasi keadaannya. Keberadaannya merupakan himpunan dan spesies populasi yang sangat berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas untuk setiap vegetasi, cara mengamati komunitas atau vegetasi tersebut dan berapa banyak sampel yang harus di amati sehingga dikatakan representatif bila di dalamnya terdapat semua atau sebaagian besar jenis tumbuhan yang membentuk komunitas atau vegetasi tersebut. Daerah minimal yang mencerminkan kekayaan. Komunitas atau vegetasi disebut luas jumlah kuadrat minimum (Syafei,1990).                                            Untuk menunjang pengatahuan dan penambahan wawasan praktikan yang masih kurang pemahaman, oleh karena itu dilakukan praktikum ini secara langsung ke lapangan. Hal tersebut yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini.

1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukkan ukuran plot yang representatif pada suatu area.








II. TINJAUAN PUSTAKA

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel (ahli biologi Jerman). Ekologi berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan Logos = ilmu), sehingga secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme hidup dalam rumahnya. Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi, ekologi merupakan suatu pengkajian ilmiah atau ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi atau kajian ekologi memiliki tingkat organisasi komponen biologis yang salah satu dianataranya adalah komunitas (Resosoedarmo, 1985).                                                                                         Komunitas merupakan suatu prinsip ekologi yang menekankan pada keteraturan yang ada dalam keragaman organisme yang hidup dalam habitat apapun. Suatu komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan dan tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain, namun mengandung kekhasan taksonomi, dengan pola hubungan tropik metabolik tertentu. Konsep komunitas sangatlah penting dalam penerapan praktis prinsip-prinsip ekologi karena cara terbaik untuk mendorong dan membasmi pertumbuhan suatu organisme adalah dengan memodifikasi komunitas dan bukannya menganiaya secara langsung. Suatu komunitas dan populasi tidak terbentuk sama sekaligus seperti yang terlihat sekarang. Proses tersebut bergerak mulai dari tidak ada organisasi, menjadi beberapa organisme yang ada disana, barulah terdapat jenis baru dan lainnya hidup disana, sehingga akhirnya menjadi komunitas kompleks (Michael, 1994).    
Adapun komponen dari komunitas adalah formasi, asosiasi, konsosiasi, sosiasi dan koloni. Formasi adalah komunitas yang terbentuk dibawah kondisi iklim tertentu. Kesatuan komunitas ini merupakan unit-unit utama dari vegetasi. Asosiasi merupakan kesatuan masyarakat tumbuh-tumbuhan pada suatu tempat tertentu. Dalam asosiasi bila terjadi lebih dari satu spesies yang yang dominan. Variasi adalah bila dalam suatu asosiasi terdapat banyak spesies yang dominan tetapi jumlah tersebut kurang dari jumlah total dalam asosiasi yang bersangkutan. Komunitas terbentuk secara alamiah. Vegetasi adalah gabungan dari tumbuh-tumbuhan dalam kondisi lingkungan tertentu. Vegetasi ini terus berkembang yang dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, sehingga bentuk vegetasi tersebut dapat dicirikan pleh spesies-spesies yang membentuknya (Ashby,  1971).    
            Minimal area merupakan suatu metode dasar dalam penyelidikan ekologi tumbuhan yang menggunakan plot. Ukuran plot dibuat sedemikian rupa agar plot benar-benar dapat menjadi representative untuk mengambil data. Dengan metode ini dapat ditentukan apakah daerah ini dapat dijadikan daerah peternakan atau tidak (Odum, 1992).                                   
           
Area adalah bagian permukaan bumi, daerah, wilayah geografis yg digunakan untuk keperluan khusus: hutan ini akan dibuka untuk pertanian; Ling wilayah geografis yg memiliki   ciri-ciri  tipologi bahasa yg bersamaan, spt ciri-ciri lafal, leksikal, atau gramatikal. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan ((Michael, 1984).
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang sangat bervariasi keadaannya. Keberadaannya merupakan himpunan dan spesies populasi yang sangat berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas untuk setiap vegetasi, cara mengamati komunitas atau vegetasi tersebut dan berapa banyak sampel yang harus di amati sehingga dikatakan representatif bila di dalamnya terdapat semua atau sebaagian besar jenis tumbuhan yang membentuk komunitas atau vegetasi tersebut. Daerah minimal yang mencerminkan kekayaan. Komunitas atau vegetasi disebut luas jumlah kuadrat minimum (Syafei,1990).
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut (Ashby, 1971).


III. PELAKSANAAN  PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ekologi umum mengenai suksesi dan minimal area ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 19 Maret 2014 di laboratarium Pendidikan IV di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, tali, pancang, celurit dan alat tulis.
3.3 Cara kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pertama –tama Plot dibuat dengan ukuran 25x25 cm. Kemudian diamati jenis tumbuhan yang masuk dalam area plot (berada dalam plot), selanjut jumlahnya dihitung dan dicatat jenis-jenis tumbuhan yang terdapat dalam area plot. Kemudian persentase dihitung dan pertambahan tumbuhan. Apabila hasil yang didapatkan >10% maka lakukan perbesaran plot dua kali lipat, seperti 25x50 cm, 50x50 cm, dan seterusnya sampai hasil yang didapat  kecil sama dengan 10 %.

         

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil pengamatan pada plot 25 x 25 cm
Jenis
Jumlah
Keterangan
Nephelium sp.
1
Berbeda jenis dengan spesies lain
Cyperus rotundus
2
Berbeda jenis dengan spesies lain
Tabel 12. Hasil pengamatan pada Plot 25 X 50 cm
 


Jenis
Jumlah
Keterangan
Stacitaperta sp
1
Berbeda jenis dengan spesies lain
Graminae
2
Berbeda jenis dengan spesies lain
Melastoma malabathricum
1
Berbeda jenis dengan spesies lain

Rumus: M =  x 100 %
             M =  x 100 % = 60 %

Tabel 13. Hasil pengamatan pada Plot 50 x 50 cm
Jenis
Jumlah
Keterangan
Sp 1
1
Berbeda jenis dengan spesies lain
Sp 2
2
Berbeda jenis dengan spesies lain
Sp 3
1
Berbeda jenis dengan spesies lain
Scelaria sp.
2
Berbeda jenis dengan spesies lain

Rumus:  M =  x 100 %
  M =  x 100 % = 44%

Tabel 14. Hasil Pengamatan pada Plot 50 x 100 cm
Jenis
Jumlah
Ket
Sp 4
2
Berbeda jenis dengan spesies lain
Sp 5
1
Berbeda jenis dengan spesies lain
Rumus: M =  x 100 %
             M =  x 100 % = 18%

Tabel 15. Hasil Pengamatan pada Plot 100 x100 cm
Jenis
Jumlah
Ket
-
-
-
Rumus: M =  x 100 %
M =  x 100 % = 0%

Pada tabel diatas plot 25 x 25 cm ditemukan 2 jenis tumbuhan yaitu Nephelium dan Cyperus rotundus. Pada plot 25 x 50 cm ditemukan 3 jenis tumbuhan yaitu Stacitaperta sp dan Graminae, Melastoma malabathricum dengan persentase 60%. Pada plot 50 x 50 ditemukan 4 jenis dengan persentase 44 %. Sedangkan tumbuhan pada plot 50 x100 ditemukan 2 jenis tumbuhan dengan persentase 18 %. Semakin di perluas ukuran plot tingkat persentase menurun yaitu pada plot 10x100 tidak ditemukan jenis tanaman. Pada plot kedua ditemukan 3 jenis individu yang berbeda, sehingga nilai pi masih besar, kemudian diperbesar kembali, dan pada plot ke 4 ditemukan 2 jenis individu, hasil perhitungan Pi masih menurun. Persentase Pi semakin lama semakin menurun, apabila ukuran plot diperluas. Hal ini dikatakan minimal area, karena kecenderungan tumbuhan jenis lain tumbuh kecil.                      Dari tabel diatas dapat dilihat, ditemukannya dua belas jenis spesies pada plot terakhir tanpa ada lagi penambahan jenis baru, sehingga tidak dilanjutkan lagi pada  plot berikutnya. Penyebaran minimal area yang diambil untuk dianalisis sangat ditentukan keadaan medan dan keadaan topografi. Untuk itu terlebih dahulu harus dilakukan survai tinjauan umum dan pendahuluan. Dari survai tinjauan tersebut baru ditentukan bentuk penyebaran minimal area yang akan diambil untuk dianalisis (Odum, 1994).                     
Inilah yang dikatakan dengan metode minimal area. Metode minimal area merupakan metode yang cepat, tepat dan sederhana. Metode ini digunakan untuk menentukan komposisi komunitas, frekuensi spesies dan kisaran kondisi. Dengan metode didapatkan plot-plot memuat spesies tertentu yang merupakan angka  presentase (Resosoedarmo).                                                                                             Suin (2003) mengatakan bahwa ukuran petak contoh atau plot  harus ditentukan dengan jelas sebelum dilakukannya analisis. Berbeda ukuran tumbuhan yang dianalisis berbeda pula ukuran petak contoh yang diambil. Ukuran petak contoh tidak boleh kecil dari minimal area yang cocok  bagi vegetasi yang dianalisis. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum. Michael (1995) mengatakan petak contoh dapat dibuat bermacam-macam bentuknya. Petak contoh dapat  berupa lingkaran, bujur sangkar, atau persegi. Pemilihan bentuk petak contoh lebih  banyak didasarkan pada kemudahan dalam menganalisis. Petak yang berbentuk lingkaran, baik sekali digunakan untuk menganalisis padang rumput dan belukar, sedangkan pada hutan petak berupa lingkaran tidak efisien
Suin (2000) mengatakan bahwa analisis minimal area ini tergantung pada tiga factor yaitu populasi dalam minimal area yang dibuat contoh yang diambil harus dapat dihitung dengan tepat, luas satuan tiap petak jelas dan pasti dan petak contoh yang diambil harus dapat mewakili seluruh area daerah penelitian


V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam dalam menentukan frekuensi spesies dan kisaran kondisi dengan menggunkan plot dengan metode minimal area. Hasil akhir yang didapatkan dengan perluasan plot 100 x 100 cm yaitu 0%. Dapat dikatakan Plot representatif yaitu >10%

5.2 Saran
Praktikan diharapkan melakukan kuliah lapangan dengan disiplin, agar hasil data yang didapatkan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.. Selain itu, saat pengambilan sampel di lapangan yang tidak diketahui, agar mengambil  bagian-bagian khusus dari species yang dapat mendukung identifikasi.







DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto. 2006.Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Michael P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratarium. UI Press. Jakarta.

Michael P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratarium. UI Press.  Jakarta.

Odum, 1998. Dasar- Dasar Ekologi. Gadjah mada University Press.  Yokyakarta.

Odum, Eugene P. 1978. Dasar-dasar Ekologi. UGM University Press. Yogyakarta.

Resosadarmo, S. 1984. Pengantar Ekologi.  Remaja karya. Jakarta.

Suin, N.M.2000. Metode Ekologi. Andalas University Press. Padang.

Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. PPGSM. Malang

Syafei, E. 1990.Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar