Senin, 23 Mei 2016

Laporan metode lapangan



LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA
METODE LAPANGAN


OLEH
RIMA MELATI (1310421092)
KELOMPOK IV. A
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1.      FIRDAWATI FEBRINA R.        (1310421029)
2.      WILFADRI PUTRA J.                (1310421068)
3.      YIN RAMADANI                       (1310421105)
4.      NEZA PRICILIA                                     (1310422005)

ASISTEN PENDAMPING :
1.      M. ANUGRAH S
2.      AFDHAL TISYAN
download.jpg







LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATIMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015
METODE LAPANGAN
Metoda lapangan merupakan metoda yang digunakan dalam menangkap jenis- jenis  hewan vertebrata di lapangan. Dari kelas pisces sampai kelas mamalia masing- masing memerlukan metoda yang khusus untuk menangkapnya. Dengan metode lapangan ini, kita dapat mengidentifikasi dan mengamati hewan tersebut baik dengan jarak dekat maupun jarak jauh. Metoda lapangan ini pada umumnya melakukan suatu cara dengan memanfaatkan alam sebagai pelaku utama. Penggunaan alat yang tidak merusak kesetimbangan lingkungan atau habitat ekologi hewan tersebut. Metoda lapangan ini sangat diperlukan karena masing-masing hewan vertebrata mempunyai cara hidup yang berbeda-beda. Dengan demikian dibutuhkan keahlian khusus, alat bantu dan teknik tertentu maupun tips dan trik dalam pemilihan metoda.
Metoda lapangan dibagi dua yaitu metoda aktif dan metoda pasif. Metoda aktif merupakan metoda yang tidak memerlukan alat bantu, si penangkap langsung terjun dan berinteraksi dengan hewan- hewan di lapangan untuk mengakapnya, sedangkan metoda pasif sepenuhnya memerlukan alat bantu, penangkap hanya perlu memasang alat/perangkap dan setelah itu hanya menunggu dan mencek selama beberapa waktu apakah hewan yang diinginkan sudah tertangkap atau belum.
Beberapa metoda yang dapat kita lakukan dalam penangkapan atau pengoleksian hewan vertebrata di lapangan, diantaranya adalah : Fish trap, pit fall trap, mist net, digiscoping, harpa trap, camera trap, small mamal trap, dan auditory sensus. Metoda tersebut merupakan suatu metoda yang pada umumnya peneliti gunakan pada saat di lapangan.
I. Kelas Pisces
1.1    Metode Aktif
1.1.1 Setrum listrik
setrum listrik merupakan salah satu metoda lapangan aktif yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu kotak sumber arus dan tongkat penyalur arus ke air. Biasanya juga dilengkapi dengan tanggukan untuk menangkap ikan yang pingsan terkena arus listrik. Sumber arus yang digunakan adalah batrai atau accu motor. Alat ini dipasang sedemikian rupa pada kotak sumber arus dan alat ini siap dipakai. Perlu diingat untuk keamanan, pemakai alat ini sebaiknya menggunakan sepatu boot karet. Namun, penggunaan alat setrum kurang efektif karena akan merusak ekosistem air dan juga alat ini berbahaya bagi penggunanya apabila kurang berhati-hati.
1.1.2 Pancing, Jala dan Tangguk
Pancing, jala dan tangguk merupakan alat penangkap ikan yang bentuknya sederhana dan sering digunakan. Cara penggunaan alat-alat tersebut juga sangat mudah dan hanya membutuhkan keahlian dari sipengguna alat tersebut.








 Gambar 1. Tangguk. Tangkai tangguk (a), Jaring tangguk (b).

 







1.2 Metode Pasif
1.2.1 Fish trap
Fish trap adalah salah satu metoda lapangan pasif dengan menggunakan jebakan atau perangkap untuk menangkap ikan. Alat ini dipasang di daerah gelembung pada badan sungai. Daerah gelembung adalah daerah pada aliran sungai yang memiliki ketinggian berbeda sehingga air yang turun menimbulkan buih. Pada daerah ini dapat ditemukan ikan dalam jumlah yang cukup besar karena di sini terdapat banyak oksigen.
            Fish trap memakai umpan berupa makanan ikan (pelet). Pelet dibungkus dengan kain kasa yang diikatkan ke kawat bagian bawah. Tujuannya adalah agar pelet yang mengembang karena terkena air tidak melayang dan keluar dari perangkap. Namun, molekul-molekul kecil yang tidak tersaring oleh kain kasa akan keluar dari perangkap dan hanyut mengikuti arus sungai hingga dapat menarik perhatian ikan-ikan untuk menuju ke perangkap. Adapun dalam penggunaannya fish trap harus diikatkan ke ranting pohon agar tidak hilang terbawa arus.

















Gambar 2. fish trap. Pelet ikan (a), Kawat penutup  fish trap
 







1.2.2 Bubu
Bubu merupakan metoda penangkapan ikan yang tradisional yang berbentuk tabung. Bubu dikenal juga dengan istilah lukah. Bubu terbuat dari bambu yang dirakit tipis da  berbentuk seperti botol yang melengkung. Cara kerja bubu hampir sama dengan dengan fish trap tetapi bubu menggunakan cacing sebagai umpan yang ditusuk pada bilah  melengkung dan dimasukkan ke bagian dalam bubu tersebut. Ikan akan terperangkap dan tidak bisa keluar lagi. Bubu  diletakkan di air sungai yang banyak gelembung karena mengandung banyak oksigen sehingga ikan banyak yang terperangkap. Bubu biasanya hanya bisa menangkap ikan yang bertubuh kecil.













c
 





Gambar 3. Bubu, Pintu masuk (a), Tempat meletakkan umpan (b), Pintu keluar (c).
 











II. Kelas Amphibi
2.1  Metode Aktif
2.1.1 Night visual ecounter
Night visual ecounter merupakan metoda aktif untuk menagkap jenis Ampibi dan Reptil. Dalam metoda ini si penangkap melakukan pencariang langsung ke lapangan pada malam hari dengan alat bantu penerangan.  Metoda ini biasa dilakukan denga menyusuri sungai atau badan perairan yang berkemungkinan besar ditemukan Amphibi dan Reptil. Cara kerjanya ketika melihat hewan sasaran ,arahkan cahaya ke arah mata hewan untuk membutakannya dan langsung dicengkram dengan tangan atau tongkat. Hewan ini dilumpuhkan dibagian pinggang dan dimasukkan kedalam kantong palstik untuk sementara waktu sebelum diidentifikasi.
2.2 Metoda Pasif
2.2.2 Pitfall trap
Pitfall trap merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk menangkap hewan melata seperti hewan amphibi dan reptil . Pitfall trap merupakan metoda pencarian pasif pada hewan amphibi dengan menggabungkan antara perangkap jatuh dan pagar pengarah. Metoda pitfall trap menggunakan terpal sebagai pagar pengarah dan kaleng sebagai wadah penampung. Metoda ini dilakukan dengan cara menanamkan kaleng atau mensejajarkannya dengar permukaan tanah. Kaleng ditanam pada dua blok yang berlawanan. Antara dua blok dibatasi denga terpal yang bewarna gelap. Pemasangan terpal harus langsung jatuh ke bibir kaleng. Pemberian terpal ini dengan maksud untuk mengelabui hewan yang diiinginkan dan terjebak didalam kaleng. Mulut kaleng dan sisi bagian dalamnya diberi sabun colek supaya licin sehingga Ampibi dan Reptil yang masuk tidak dapat keluar lagi.
Pitfall Trap merupakan metoda gabungan antara perangkap dengan pemakaian pagar pengarah. Metoda biasanya diterapkan pada daerah teresterial untuk menangkap hewan Amphibi atau Reptil yang aktif bergerak dan berukuran lebih kecil. Alat ini biasanya dipasang pada muara sungai dimana hewan amphibi air hidup sebagai habitatnya.
Cara kerjanya, pertama tancapkan bambu ke tanah, ikat terpal ke bambu, masukkan ke dalam tanah kira-kira dengan kedalaman 10 cm. Tanah di gali dibalik terpal tersebut sebagai tempat meletakkan beberapa ember. Posisi ember di kanan kiri dibuat secara silang agar hewan yang datang tidak mudah lolos. Pada permukaan bawah ember tersebut sebaiknya dilubangi supaya air yang masuk bisa keluar dengan mudah dan tidak tergenang dalam ember. Letakkan serasah supaya terjadi kelembapan dalam ember tersebut. Oleskan sabun colek di mulut ember supaya licin. Agar hewan yang terperangkap tidak bisa keluar lagi. Pemasangan hedaknya pada sore hari, dan dibiarkan semalam. Paginya di cek apakah ada hewan yang terjebak, hal ini dilakukan karena hewan Herpetofauna hanya aktif pada malam hari, sehingga pemasangan pitfall trap dilakukan pada malam hari.
Gambar 4. Pitfall trap. Penyangga atau pancang (a), terpal (b), Ember yang dilobangi (c)
 
c
 
a
 
b
 

III. Kelas Reptil
3.1 Metoda aktif
3.1.1 Snake hook
Snake hook merupakan metode aktif yang digunakan untuk menangkap ular. Dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa tongkat. Selain menggunakan snake hook ,penangkapan ular juga bisa dilakukan dengan snake glue. Snake glue merupakan lem yang dapat memerangkap hewan yang lewat diatasnya. Lem ini direkatkan pada pohon yang diperkirakan sering dilewati oleh kadal dan ular pohon. Metoda lain dalam penangkapan ular adalah dengan metoda paralon. Cara kerjanya pertama tutup salah satu ujung paralon dan masukkan umpan. Sehingga ketika ular  masuk kedalam paralon , hewan tersebut tidak bisa keluar lagi, karena pada prinsipnya ular tidak bisa bergerak mundur.
3.2 Metode Pasif
Metoda yang digunakan untuk menangkap reptil pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan metoda yang digunakan untuk menangkap amphibi. Pada reptil juga dilakukan dengan metoda pitfall trap yang merupakan metode pasif. Bedanya pada amphibi pitfall trap diletakkan pada daerah pinggi sungai. Sedangkan pada reptil pitfall diletakkan disemak-semak.
IV. Kelas Aves
4.1Metoda Aktif
4.1.1Digisoping
Digisoping merupakan metoda pengamatan jenis aves menggunakan teropong yang dipasangkan pada trypot. Teropong yang digunakan adalah teropong monokuler yang memiliki 1 lensa. Trypot berfungsi sebagai tempat berdiri sehingga kita lebih mudah dalam melakukan pengamatan dan kita bisa menggunakan kamera untuk mengambil gambar aves yang terlihat dalam teropong. Dalam pengamatan ini kita menggunakan MacKinnon atau buku identifikasi untuk mengidentifikasi jenis burung yang terlihat. Cara kerja dari digiscoping yaitu dengan meletakkan tripod di atas permukaan tanah, setelah itu lensa monokuler dipasang diatasnya, kemudian lakukan pengamatan. Untuk mengambil gambar hewan tersebut dapat disambungkan dengan kamera digital.
Teknik digiscoping memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari penggunakan digiscoping yaitu jenis burung yang tidak bisa ditangkap dengan menggunakan mist net bisa dilihat dengan menggunakan digiscoping. Bahkan dengan kemajuan teknologi resolusi gambar yang didapatkan bisa lebih baik dan jelas. Sedangkan kelemahan dari penggunaan digiscoping yaitu kita hanya bisa melihat gambar dari burung dan tidak dapat memegang dan mengkoleksi secara langsung

d
 
a
 
c
 
b
 
 


Gambar 5. Digisoping. monokuler  (a), Threepot (b), MacKinnon (c) dan binokuler (d).


 
 


4.2 Metoda Pasif
4.2.1 Mist net
Mist net merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menangkap burung. Mist net dibuat dengan menggunakan jala yang terbuat dari nilon berwarna gelap sehingga tidak terlihat oleh burung.  Jala ini memiliki ukuran yang berbeda-beda dari 6,9,12 sampai 18 meter, dengan tinggi 2,5 meter. Pemasangan jala ini agak longgar agar burung yang terperangkap pada jala tidak bisa lepas. Mist net biasanya terdiri dari empat kantong dan terdiri atas 4 tali dengan tali pertama memilki warna yang berbeda dari tali lainnya , tujuannya agar memudahkan saat pemasangan net pada galah.
             Cara pemasangan mist net yaitu dengan memakai dua buah tiang kayu. Mist net direntangkan pada daerah yang sering dilewati oleh hewan sasaran. Jika tidak bisa memasang mist net, kita dapat menggunakan tongkat. Sebaiknya mist net dipasang pada pepohonan yang rimbun dan juga pepohonan yang berbuah banyak yang menjadi makanan bagi burung. Pemasangan mist net sebaiknya 50 cm diatas permukaan tanah.
            Mist net mulai dipasang pada pukul 06.00 sampai 18.00, dengan pemeriksaan setiap satu jam. Burung yang tertangkap pada mist net dilepaskan secara berurutan dimulai dari kaki ,sayap kemudian kepala dan ekor. Tujuannya agar burung tidak terlepas dan mist net tidak rusak. Saat melakukan metode ini sebaiknya memakai pakaian yang tidak berwana terang agar burung sasaran tidak takut.
Kelebihan dari penggunaan mist net adalah kita bisa menangkap berbagai jenis burung dalam jumlah banyak bahkan sampai ratusan dalam sehari. Sedangkan kekurangan dari penggunaan mist net adalah burung yang terjerat bisa mati jika terlambat saat pengecekan. Selain itu burung yang bisa ditangkap hanya jenis burung yang terbang rendah.



























Gambar.6. Mist net. Pancang/tonggak (a), Jala (b), Tali raffia (c), pancang pendek (d).
 









V. Kelas Mamalia
5.1 Metode Aktif
 5.1.1 Auditory sensus
Auditory sensus merupakan metoda yang digunakan untuk menghitung dan mengidentifikasi suatu hewan dengan cara mendengarkan suara dari hewan tersebut. Metoda ini biasanya dilakukan pada hewan yang memiliki suara nyaring seperti ungko dan siamang. Metoda Auditory census dilakukan dipagi hari sekitar pukul 06.00- 08.00 , karena hewan primata biasanya bersuara dipagi hari yang disebut dengan Morning Call. Alat-alat yang digunakan adalah  kompas, alat perekam dan GPS.
Cara kerja dari metode ini adalah pertama cari tempat yang sering terdengar suara primata. Setelah itu terdengar suara priamata yang akan diidentifikasi cari tempat yang nyaman untuk melakukan pengamatan. Usahakan agar suasana sehening mungkin agar primata tidak terusik. Tentukan arah utara tempat posisi kita berada dengan menggunakan kompas. Setelah itu kita tentukan posisi dengan menggunakan GPS. Setelah mendengarkan suara primata, perkirakan jarak suara dengan posisi kita berdiri. Dari suara primata kita juga bisa memperkirakan jumlah individu yang berada dilokasi tersebut. Selain menentukan jumlah individu kita juga bisa menentukan jenis kelamin dari primata. Salah satu contohnya adalah siamang, suara siamang betina berbeda dengan siamang jantan. Suara siamang betina cenderung lebih panjang dan melengking dubandingkan dengan suara siamang jantan, begitu juga dengan ungko. Setelah mendengarkan suaranya kita dapat merekamnya agar mempermudah proses identifikasi.








Gambar 7. GPS. Tombol gps (a)
 






5.2 Metode Pasif
5..2.1 Harpa trap
Harpa trap merupakan metoda kusus dalam menangkap mamalia jenis kelelawar/ chiroptera. Perangkap ini terdiri dari barisan senar nilon yang terpasang pada bagian tegak lurus penahan besi dan dibawahnya terdapat lapisan kantong dengan permukaan yang licin.
            Cara kerja dari alat ini adalah setiap kelelawar yang terbang  dan kemudian  terbentur dengan barisan senar akan terjatuh pada kantong dan akan kesulitan untuk dapat bergerak pada permukaannya yang licin Hal ini terjadi karena bangsa kelelawar buta, mereka hanya bisa mendeteksi suara. Setelah itu keluarkan kelelawar dari kantong dengan menggunakan sarung tangan dan bungkus dengan kain.




































5.2.2 Camera trap
Camera trap digunakan untuk menginventarisasi jenis hewan mamalia besar pada suatu lokasi dengan menggunakan kamera. Kamera trap sebaiknya dipasang dipunggung bukit. Cara kerjanya yaitu pertama kamera diikat pada pohon sekitar 50 cm diatas permukaan tanah yang kira-kira sering dilalui oleh hewan sasaran. Kemudian kamera diberi pelindung agar tidak kehujanan dan juga dilindungi dengan rantai agar kamera tidak dicuri. Selain itu sebagai kamulflase kamera, pelindung kamera sebaiknya berwarna senada dengan pohon. Dengan kemajuan teknologi resolusi gambar yang didapatkan bisa lebih baik dan jelas bahkan bisa merekam video sekaligus mengambil gambar. Kamera trap modern berukuran lebih kecil dan gambar yang dihasilkan bukan lagi hitam putih tetapi gambar berwarna.













Gambar 9. Camera trap. Remote control (a), Pengatur cahaya (b).
 











5.2.3 Mammal trap 
Mammal trap  merupakan suatu metode yang digunakan untuk menangkap mamalia kecil sampai ukuran medium. Alatnya berbentuk persegi panjang yang seluruh bagiannya ditutupi dengan kawat. Mammal trap ini terbagi 2 yaitu yang berukuran kecil (small mammal) dan menengah (medium mammal). Alat yang memberikan hasil yang memuaskan adalah mammal trap ukuran kecil, sedangkan mammal trap berukuran sedang jarang memberikan hasil yang maksimal. Small mammal dan medium mammal sama- sama menangkap hewan mamalia tetap dalam keadaan hidup atau lebih dikenal dengan istilah live trap. Ada juga perangkap mamalia yang mebuat hewan yang ditangkap langsung mati karena terjepit, sasarannya adalah tikus atau mencit. Alat ini dinamakan perangkap mencit. Mencit akan terpancing karena pada alat tersebut diletakkan umpan dan tikus akan memakannya. Dan saat tikus mengambil makanan dan menginjakkan kakinya pada alat tersebut, tikus akan langsung terjepit dan mati.
Cara kerja alat ini yaitu pertama letakkan perangkap dipermukaan tanah. Kemudian didalamnya diletakkan umpan untuk memancing agar hewan sasaran masuk kedalam perangkap. Ketika hewan sasaran masuk kedalam perangkap pintu akan tertutup dan hewan tersebut tidak akan bisa keluar lagi. Umpan yang dimasukkan sebaiknya berbau menyengat.



                                               








a
 


b
 

c
 

 









f
 
e
 
d
 
Gambar 10.  Mammal trap . Multiple trap (a), Medium mammal (b), Snap trap (c).Small mammal trap (d), (e), (f).
 
                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar