Senin, 23 Mei 2016

Laporan mamalia



LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA
IDENTIFIKASI, MORFOLOGI DAN KUNCI DETERMINASI MAMALIA

OLEH
RIMA MELATI (1310421092)
KELOMPOK IV. A
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1.      FIRDAWATI FEBRINA R.        (1310421029)
2.      WILFADRI PUTRA J.                (1310421068)
3.      YIN RAMADANI                      (1310421105)
4.      NEZA PRICILIA                         (1310422005)

ASISTEN PENDAMPING :
1. MUHAMAD  ANUGRAH SAPUTRA
2. AFDHAL TISYAN
download.jpg







LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATIMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015

I. PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
Indonesia adalah negara yang mempunyai biodiversitas tertinggi kedua setelah Brazil. Kawasan Indonesia yang membentang dari barat ke timur lebih dari 6.000 km adalah tempat bagi berbagai jenis hewan mamalia yang berappendix 1 dan 2 (sangat langka atau terancam punah dan langka atau extincted). Indonesia merupakan negara yang terbesar dan yang paling penting dari tiga negara di dunia. yang mencakup mamalia tipe asia dan australia.  Indonesia dibanggakan sebagai salah satu negara yang memiliki kebanyakan jenis dan sumber daya alam yang luas biasa besarnya. Negeri ini tercatat memiliki kekayaaan alam dan jenis tertinggi didunia. Misalnya dalam jenis binatang menyusui (mamalia) menempati nomor satu; dari 515 jenis binatang menyusui 35 jenis diantaranya endemik artinya tidak ditemukan dinegara lain (Suyanto, 2002).
Berdasarkan  Checklist of The Mammal of Indonesian,  keragaman  spesies  Mamalia yang terdapat  di Indonesia sebanyak 710 spesies. Di  Sumatera terdapat 196 spesies  mamalia yang merupakan bagian terbanyak dibandingkan daerah Indonesia lainnya. Pemanfaatan dan pengeloalaan diperlukan pengetahuan tentang jumlah  spesies,  aspek biologi  dan konservasinya. Pengamatan terhadap fauna di habitat dapat dilakukan secara langsung atau  tidak langsung melalui jejak, kotoran, sisa tubuh dan suara. Inventarisasi  dengan penggunaan perangkap kamera  dapat memberikan kemudahan karena  efektif untuk  mengenali  hewan–hewan yang menghindari  kontak langsung dengan manusia (Hariadi, Nvarino dan Rizaldi, 2012).
Dalam kehidupan alaminya mammalia memiliki fungsi yang penting dan memiliki manfaat bagi manusia misalnya sebagai pemencar biji dan penyerbuk tanaman, termasuk tanaman bernilai ekonomi tinggi (tanaman buah dan tanaman berkayu), termasuk penyubur tanah, berperan dalam mempercepat daur ulang unsur hara, pengendali hama secara biologi bagi kesejahteraan manusia, mammalia berperan sebagai sumber protein hewani, bahan sandang (dari kulit mammalia), penghasil pupuk (guano) yang dapat dipergunakan dalam pertanian, penghasil bahan parfum (dari kelenjar sebacea), obata-obatan, bahan percobaan, dan lain-lain (Jasin, 1992).

1.2. Tujuan praktikum
Adapun tujuan diadakam praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri morfologi kelas mamalia menentukan klasifikasi dari masing-masing spesies serta dapat membuat kunci determinasi dari masing-masing spesies.






















II. TINJAUAN PUSTAKA


Mammalia merupakan hewan yang menyusui, memiliki rambut dan berbulu serta memiliki tulang belakang dan reproduksinya secara melahirkan. Pada 144 dan 65 juta tahun yang lalu, mammalia memiliki tubuh seperti tikus yang hidup pada zaman sekarang. Mammalia memiliki tulang pendengaran dalam setiap telinga dan satu tulang di setiap sisi rahang bawah. Vertebrata lain yang memiliki telinga hanya memiliki satu tulang pendengaran, yaitu stapes dalam setiap telinga dan paling tidak tiga tulang lain di setiap sisi rahang (Payne, Francis, Phillipps dan Kartikasari, 2000).
Mammalia merupakan kelas vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjer susu, yang ada pada betina untuk menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya, berdarah panas, otak mengatur sistem peredaran darah dan jantung beruang 4. pada era mesozoid, ilmuwan yakin bahwa mammalia purba bertubuh kecil karena mereka menjadi mangsa dinosaurus dan mammalia berukuran sebesar musang korbannya nuri berukuran 13 cm. Mammalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata dan mammalia therian yang berplasenta dan bergantung atau marsupial (Suyanto, 2002).
Mammalia merupakan hewan yang reproduksinya secara melahirkan dan menyusui. Penyebaran mammalia sangat luas hampir ke seluruh pelosok dunia. Kepulauan Indonesia yang terbentang dari daratan indonesia yang sekarang ataupun yang dahulu ditutupi oleh hutan. Dimana hal ini sangat menguntungkan bagi jenis-jenis mammalia yang hidup di pohon (Kimball, 1999).
            Dalam pengenalan mammalia adalah ciri binatang dewasa untuk melihat kedewasaan mammalia bisa dilihat dari munculnya puting susu untuk betina, berkembangnya penis dan testis untuk jantan, menutupnya ujung tulang-tulang panjang pada mammalia, sudah tidak ada lagi gigi susu, menutupnya sutura basiciopital dan adanya gigi yang permanen (Suyanto, 2002).
Menurut Payne et al.  (2000), mammalia yang sulit untuk diidentifikasi, karena ukuran dan warnanya yang sering berbeda dengan yang dewasa. Mammalia muda dari jenis yang berukuran kecil, seperti binatang pengerat ataupun kelelawar, iundividu mudanya sering terlihat sendirian. Masalah ini khususnya sulit diantara jenis-jenis tikus, karena rambut sangat penting untuk pengidentifikasian. Tikus muda sering memiliki rambut yang lebih halus dan berwarna lebih gelap daripada tikus dewasa, dan kadang dapat dikenali dari gigi barunya dan belum semuanya yang keluar gusinya. Kelelawar mudapun biasanya dapat dikenali dari rambutnya yang lebih abu-abu dan tulang sayapnya yang belum terbentuk sempurna. Jika dipegang di dekat lampu maka sendi-sendi kedua sayapnya terlihat seperti belang karena tulang rawan belum terganti.
Menurut Brotowidjoyo (1989), kelas mammalia memiliki 2 subkelas yaitu prothoteria dengan satu ordo yaitu monotremata dan subkelas theria yang mempunyai 17 ordo seperti rodentia, marsupial, chyroptera, insectivora. Mammalia tersebar hampir pada daerah tropis, subtropis hingga kutub, darat, air dan udara. Di dunia terdapat sekitar 4400 jenis hewan mammalia yang sudah teridentifikasi.
            Ordo rodentia termasuk golongan binatang yang terkecil diantara mammalia yang lain, sehingga mareka merupakan pemangsa bagi banyak yang aktif pada malam hari (Nocturnal). Tikus dan mencit merupakan bianatang yang sangat langka dijumpai dan hanya dapat ditemukan pada malam hari. Hewan ini sangatlah lincah karena badannya yang sangat kecil (Alikodra, 2002).
            Salah satu famili dari ordo rodentia ini yaitu famili muridae dan famili sciuridae. Famili muridae memiliki rambut yang lebih halus pada bagian badan, sedangkan pada bagian ekor memiliki rambut yang kasar dan jarang. Famili muridae dominan di sebagian kawasan di dunia, di mana family ini memiliki 730 jenis dalam 150 genera dan 5 subfamili. Sekitar 150 jenis diantaranya dapat ditemukan di Indonesia. Sedangkan famili sciuridae memiliki karakteristik  mata besar, telinga bervariasi, ekor biasanya pendek dan berambut, bersifat diurnal dan herbivors. Contoh: lariscus insignis (Carters, 1978).
Ordo Lagomorpha hewan ini umumnya memiliki kaki depan yang lebih panjang dari kaki belakang, berjari 5 dan bercakar, gigi seri dapat tumbuh terus. Ekornya sangat tereduksi/tidak ada sama sekali, gerakan hanya lateral, makanannya adalah tumbuhan. Ordo Lagomorpha contohnya adalah kelinci (Leporus sp). Lepus termasuk binatang berambut halus dan tebal. Hewan ini berbadan padat dengan daun telinga yang pendek atau panjang serta ekor yang pendek. Arnab sumatera merupakan kelinci yang ditemukan di Indonesia. Lagomorha mempunyai dua famili yang masih hidup 11 genera dan 65 spesies. Lagomorpha mempunyai tiga pasang gigi seri atas waktu lahir, namun pasang terluar segera menghilang. Pada dewasa pasangan kedua gigi seri atas yang lebih kecil terletak tepat dibelakang pasang gigi pertama ( Nowak, 1983).
Ordo Carnivora merupakan hewan pemakan daging yang hidup terrestrial, kakinya berjari 5, kadang-kadang 4 dan bercakar. Taringnya kuat dan tajam, gerahamnya runcing, hewan ini beradaptasi radial, di seluruh dunia kecuali pulau-pulau tertentu yang terletak di tengah samudera. Famili prionodontidae berbulu panjang, berekor panjang, kaki pendek, bercakar dan berkerabat dekat dengan felidae. Famili felidae juga merupakan bangsa karnivora. Daun telinga kebanyakan berbentuk segitiga dan tegak. Taring jelas dan besar karena semua anggotanya adalah pemakan daging (Suyanto, 2002).
Ordo Chiroptera, merupakan mammalia yang dapat terbang dengan kedua kaki ndepan yang berkembang menjadi sayap. Hanya sedikit hewan yang sangat tergantung pada terbang dan bergerak seperti kelelawar. Kelelawar merupakan golongan binatang menyusui yang paling primitif. Anak-anaknya lahir dalam keadaan hidup dan minum susu induknya, ketika masih kecil induknya membawa mereka untuk berburu makanan. Kelelawar adalah nocturnal artinya mereka aktif pada malam hari dan untuk tidur pada siang hari, karena mereka harus berburu makanan. Ketika kelelawar terbang, mereka mengeluarkan suara-suara tinggi. Suara-suara ini terlalu tinggi untuk dapat ditangkap oleh telinga manusia. Gema suara ini dipantulkan kembali ke kembali ke kelelawar dengan penerbangannya. Kelelawar dapat mengetahui apakah gema itu datang dari rintangan atau dari tempat jauh dan dapat mengubah arahnya untuk dapat menghindari dari benturan rintangan. Kelelawar memiliki peranan yang penting dalam ekosistem antara lain sebagai pengontrol serangga, penyerbukan bunga dan penyebar biji-bijian serta penghasil guanum yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk (Jenkins, 2002).




























III.  PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 28 April 2015 di Laboratorium Pendidikan I, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah penggaris, spons hitam, kamera dan worksheet. Bahan yang digunakan adalah Felis domesticus, Lepus sp. Prionodon linsang,  lariscus insignis, dan Chiropodonys major, , Hipposideros cineraceus, Hipposideros larvatus, Cynopterus sphinx, Myotis ater, Cynopterus horsfieldii , Cynopterus brachyotis,  Myotis ater , Kerivoula papillosa.

3.3 Cara Kerja
Objek yang akan diamati diletakkan pada bak bedah dengan posisi kepala di sebelah kiri dan ekor di sebelah kanan, lalu di foto untuk dokumentasi. Kemudian diamati dan dilakukan pengukuran terhadap objek tersebut dengan menggunakan alat ukur yaitu penggaris. Adapun parameter yang diukur adalah panjang total (PT), panjang badan (PB), lebar kepala (LK), tingi telinga (TT), tinggi badan (TB), panjang kaki belakang (PKB), panjang ekor (PE), jumlah jari kaki depan, jari (PJKD) , jumlah jari kaki belakang (PJKB), panjang tengkorak (Pt), panjang telapak kaki (PTK), jenis kelamin, rumus gigi dan warna tubuh. Setelah itu, dibuat kunci determinasi. 









IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1.1 Famili Felidae
4.1.1. 1 Felis domestica (Kucing)
Klasifikasi      
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
Ordo                : Omnivora                                                 
Gambar 1. Felis domestica
 
Famili              : Felidae                                 
Genus              : Felis                                      
Species            : Felis domesticus, Miller 1900
Sumber            : Iucnredlist.org
Status              :  -
Berdasarkan hasil praktikum maka didapatkan data sebagai berikut bahwa Felis domesticus betina yang pertama memiliki panjang total (PT) 680 mm, panjang badan (PB) 450 mm, lebar kepala (LK) 80 mm, tingi telinga (TT) 50 mm, tinggi badan (TB) 240 mm, panjang kaki belakang (PKB) 210 mm, panjang ekor (PE) 250 mm. Jumlah jari kaki depan 4 jari (PJKD) , jumlah jari kaki belakang (PJKB) 4 jari, panjang tengkorak (Pt) 80 mm, panjang telapak kaki (PTK) 40 mm. Warna coklat belang – belang. Felis  domesticus betina yang kedua memiliki panjang total (PT) 620 mm, panjang badan (PB) 420 mm, lebar kepala (LK) 65 mm, tingi telinga (TT) 50 mm, tinggi badan (TB) 115 mm, panjang kaki belakang (PKB) 190 mm, panjang ekor (PE) 195 mm. Jumlah jari kaki depan (PJKD) 5 jari , jumlah jari kaki belakang (PJKB) 4 jari, panjang tengkorak (Pt) 95 mm, panjang telapak kaki (PTK) 25 mm. Warna hitam belang – belang hitam putih.
Menurut Corbet & Hill (1992), kucing dianggap sebagai karnivora yang sempurna dengan gigi dan saluran pencernaan yang khusus. Gigi premolar dan molar pertama membentuk sepasang taring di setiap sisi mulut yang bekerja efektif seperti gunting untuk merobek daging. habitat hidup teristerial atau di darat, memiliki cakar, gigi taring yang tajam yang berguna di dalm merobek dan mengunyah hewan hasil tangkapan atau mangsanya. Jenis hewan ini memakan daging dan memangsa mamilia kecil lainnya. Felis domestica merupakan jenis hewan yang memiliki tubuh yang ditutupi oleh rambut-rambut halus, yang biasanya memiliki warna rambut yang cukup menarik. Jenis hewan ini merupakan jenis hewan yang sering dijumpai di rumah-rumah atau menjadi hewan peliharaan (Suyanto, 2002).
Felis domesticus merupakan sejenis karnivora.  Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6.000 tahun SM, dari kerangka kucing di Pulau Siprus. Orang Mesir Kuno dari 3.500 SM telah menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung yang manyimpan hasil panen. Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung (Jenkins, 2002).
4.1.2 Famili Leporidae
4.1.2. 1Oryctolagus cuniculus
Klasifikasi      
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata                  
Kelas               : Mammalia
a
 
b
 
Ordo                : Legomorpha                                     
Gambar 2. Lepus sp. Jantan (a), Betina (b)
 
Famili              : Leporidae                                         
Genus              : Lepus
Spesies            : Lepus sp                                 
Sumber            : Murray, & Smith. 2008
Status              :  -
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan Lepus sp. betina memiliki panjang total (PT) 250 mm, panjang badan (PB) 180 mm, lebar kepala (LK) 30 mm, tingi telinga (TT) 55 mm, tinggi badan (TB) 90 mm, panjang kaki belakang (PKB) 130 mm, panjang ekor (PE) 30 mm. Jumlah jari kaki depan 4 jari (PJKD), jumlah jari kaki belakang (PJKB) 4 jari, panjang tengkorak (Pt) 55 mm, panjang telapak kaki (PTK) 30 mm. Warna putih. Lepus sp.  jantan memiliki panjang total (PT) 195 mm, panjang badan (PB) 145 mm, lebar kepala (LK) 45 mm, tingi telinga (TT) 55 mm, tinggi badan (TB) 105 mm, panjang kaki belakang (PKB) 60 mm, panjang ekor (PE) 35 mm. Jumlah jari kaki depan 4 jari (PJKD), jumlah jari kaki belakang (PJKB) 4 jari, panjang tengkorak (Pt) 60 mm, panjang telapak kaki (PTK) 30 mm, Warna hitam
         Menurut Suyanto (2002), Lepus sp.  sering disebut dengan kelinci.  Kelinci memiliki telinga yang panjang dengan ekor yang berukuran pendek, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, mempunyai rambut putih, gigi taring tereduksi dengan gigi depan berkembang dengan baik. Iris berwarna merah, mempunyai rambut yang halus. Daun telinga tidak ditumbuhi oleh rambut dan terlihat kapiler darah berwarna agak kemerahan di daun telinga yang transparan.          Lepus cuniculus memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada tikus, telinga yang panjang ke atas dan bulunya halus. Hewan ini dapat dipelihara sebagai hewan peliharaan. Kelinci memiliki gigi seri yang mirip pahat, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan dan diadaptasikan untuk berlari dan melompat
 Kelinci liar berasal dari Eropa dan Afrika, dari merekalah kita dapati kelinci sebagai pet saat ini. Manusia mulai mendomestikasi kelinci pada abad pertengahan. Tapi mereka mulai dikenal sebagai pet di USA pada awal 1700an. Jenis Angora adalah salah satu breed yang awal-awal dikenal Pada 1800an, Polish dan generasi awal Dutch, mulai dikembangkan dengan baik di USA. Pada abad 20an, 1950an banyak ras baru yang bermunculan di USA yang kemudian berkembang hingga sekarang. Kalau di Indonesia sendiri, kemungkinan kelinci masuk bersamaan dengan masa penjajahan Belanda. Walaupun sebenarnya Indonesia memiliki juga kelinci asli Indonesia (Nesolagus netscheri dan Lepus negricollis) (Payne et al. , 2000).
Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, yakni jenis Kelinci jawa (Lepus negricollis) dan kelici sumatera (Nesolagus netseherischlgel). Kelinci jawa, diperkirakan masih ada di hutan-hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna bulunya cokelat perunggu kehitaman. Ekornya berwarna jingga dengan ujungnya yang hitam. Berat Kelinci jawa dewasa bisa mencapai 4 kg. Sedangkan Kelinci sumatera, merupakan satu-satunya ras kelinci yang asli Indonesia. Habitatnya adalah hutan di pegunungan Pulau Sumatera. Panjang badannya mencapai 40 cm. Warna bulunya kelabu cokelat kekuningan (Alikodra, 2002).
4.1.3  Faili Prionodontidae
4.1.3.1 Prionodon linsang
Kingdom      : Animalia
Filum            : Chordata
Kelas            : Mammalia
Ordo             : Carnivora
Gambar 3. Prionodon linsang

 
Famili           : Prionodontidae
Genus           : Prionodon                                                      
Spesies          : Prionodon linsang (Hardwicke, 1821)           
Sumber         : Duckworth, & Azlan. 2008
Status           : Least concern
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, Prionodon linsang memiliki panjang total 665 mm , panjang badan 25 mm, lebar kepala 55 mm, tinggi teliga 15 mm, tinggi badan 45 mm, panjang kaki belakang 90 mm, panjang ekor 52 mm, warna hitam belang kuning, jumlah jari kaki depan 5, jumlah jari kaki belakang 5, panjang tengkorak 90 mm, panjang telapak kaki 11 mm.
            Menurut Carters (1978), Prionodon linsang memiliki badan yang panjang, dengan kaki pendek. Hampir semua spesies memiliki tubuh kekuningan dengan belang-belang hitam. Prionodon linsang merupakan hewan karnivora, makanan utamanya adalah kelompok binatang pengerat lainnya, burung kecil, kadal, dan serangga. Prionodon linsang aktif di malam hari, umumnya habitatnya dipohon dan hidup secara soliter.
4.1.4 Famili Sciuridae
4.1.4.1 Lariscus insignis
Kingdom      : Animalia
Filum            : Chordata
Kelas            : Mammalia
Ordo             : Rodentia
Gambar 4. Lariscus insignis
 
Famili           : Sciuridae
Genus           : Lariscus                                                                       
Species         : Lariscus insignis (F.Cuvier, 1821)                                                      
Sumber         : Hedges, Duckworth, Lee, & Tizard. 2008.
Status           : Least concern
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, Lariscus insignis  memiliki panjang total 315 mm, panjang badan 155 mm, lebar kepala 35 mm, tinggi teliga 43 mm, tinggi badan 40 mm, panjang kaki belakang 25 mm, panjang ekor 30 mm, warna coklat dengan garis belang hitam pada bagian dorsal, jumlah jari kaki depan 4, jumlah jari kaki belakang 5, panjang tengkorak 25 mm, panjang telapak kaki 5 mm.           
Dari pengamatan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil dan data sebagai berikut lariscus insignis memiliki panjang total (PB) 315 mm, panjang badan (PB) 155 mm, panjang ekor (PE) 30 mm, Panjang telinga (PT) 7 mm, panjang kaki belakang  (PKB) 5 mm, warna rambut coklat belang kehitaman. Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut, didapatkan hasil sesuai dengan pendapat Payne et al. (2000) bahwa Lariscus insignis memiliki panjang total 250-300 mm, panjang badan 190 mm, panjang ekor 97-118 mm, Panjang telinga 7 mm, panjang kaki belakang  21 mm.       
Menurut Suyanto (2002), Lariscus insignis merupakan spesies yang hidup didaerah hutan hujan primer. Spesies ini dapat ditemukan dari Thailand selatan melalui Semenanjung Malaysia ke Sumatera, Brunei Darussalam. Di Indonesia  spesies ini dapat ditumakan didaerah Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.
4.1.5 Muridae
4.1.5.1 Chiropodomys major
Kingdom      : Animalia
Filum            : Chordata
Kelas            : Mammalia
Ordo             : Rodentia

 
Famili           : Muridae
Gambar 5. Chiropodomys major
 
Genus           : Chiropodomys                                    
Species         : Chiropodomys major Thomas, 1893                          
Sumber         : Lunde, Ruedas, & Helgen. 2008.       
Status           : Data deficient
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, Chiropodomys major memiliki panjang total 270 mm, panjang badan 112 mm, lebar kepala 26 mm, tinggi teliga 10 mm, tinggi badan  25 mm, panjang kaki belakang 45 mm, panjang ekor 115 mm, warna tubuh coklat muda dan dorsal coklat tua, jenis kelamin jantan, jumlah jari kaki depan 4, jumlah jari kaki belakang 5, panjang tengkorak 30 mm, panjang telapak kaki 19 mm.
            Menurut (Van, 1979) Chiropodomys major memiliki ciri-ciri panjang ujung kepala sampai ekor 400-580 mm, ekor 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga 29-32 mm. Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut putih kecoklatan. Tikus jenis ini banyak dijumpai di daerah berawa, padang alang-alang, dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah. Pandai mengorek lubang dan ada lorong atau bagian di dalam lubang itu digunakan untuk menyimpan makanan. Deskripsi (Van, 1979) tidak semuanya sesuai dengan data yang diperoleh pada saat pengukuran. Hal ini dapat disebabkan karena ukuran Chiropodomys major yang berbeda saat melakukan pengukuran. Deskripsi (Van, 1979) menyatakan bahwa  Chiropodomys major memiliki panjang total tubuh yaitu 400-580 mm sedangkan data yang diperoleh pada saat praktikum yaitu Chiropodomys major memiliki panjang total  270 mm, panjang badan 112 mm, panjang ekor 115 mm, panjang kaki belakang 45 mm dengan warna tubuh kuning kecoklatan.
4.1.6 Famili Hipposideridae
4.1.6.1 Hipposideros cineraceus
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
a
 
Kelas               : Mammalia
b
 
Gambar 6. Hipposiderus cineraceus, a) depan, b) samping.

 
Ordo                : Chiroptera    
Famili              : Hipposideridae
Genus              : Hipposideros
Spesies            : Hipposideros cineraceus Blyth, 1853
Sumber            :  Csorba, G., et al. 2008
Status              : Least concern
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa Hipposideros cineraceus betina memiliki panjang total (PT) 105 mm, fore am (FA) 65 mm, (HF) 6 mm, (PE) 15 mm, (TB) 24 mm, (TV) 11 mm, (DM) 7 mm, (D2MCl) 40 mm, (D3MCL) 42 mm, (D4MCL) 39 mm, (D5MCL) 38 mm, (D3P1L) 30 mm, (D4P1L) 22 mm, (D5P1L) 18 mm, (D3F2L) 38 mm, (D4P2L) 27 mm, (D5P2L) 20 mm. Status reproduksi hamil, pinggiran telinga berwarna putih.
            Menurut Suyanto (2002), Hipposideros cineraceus merupakan jenis spesies yang termasuk kedalam suku hipposideridae memiliki panjang lengan bawah antara 47 - 51 mm ada memiliki warna tubuh abu-abu kecoklatan, bagian kepala berwarna coklat lebih gelap. Hipposideros cineraceus memiliki panjang ekor mencapai 33 - 38 mm. Hal ini tidak sesuai dengan data yang diproleh pada saat pengukuran, karena biasa saja ukuran Hipposideros cineraceus yang digunakan untuk pengukuran berbeda.
Hipposideros cineraceus memilki ukuran tubuh kecil, dan menggunkan frekuensi untuk ekolokasi Persebaran spesies ini mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Malaysia, Singapura, Thailand, ietnam, Cina, Myanmar dan India( Suyanto, 2002).
h larvatus sh. larvatus d4.1.6.2 Hipposideros larvatus
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
b
 
a
 
Ordo                : Chiroptera
Gambar 7. Hipposiderus larvatus, a) samping, b) depan.
 
Famili              : Hipposideridae
Genus              : Hipposideros
Spesies            : Hipposideros larvatus (Horsfield, 1823)
Sumber            : Bates, P., 2008
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, Hipposideros larvatus didapatkan hasil sebagai berikut : total lenght (TL) 80 mm, for arm (FA) 55 mm, hind foot (HF) 8 mm, panjang telinga (PT) 20 mm, tibia (TB) 20 mm, panjang ekor (PE) 22 mm, eye diameter (ED) 1 mm,  D2MCL 42 mm, D3MCL 40 mm, D4MCL 42 mm, D5MCL 33 mm, D3PIL 18 mm, D4PIL 14 mm, D5PIL 14 mm, D3P2L 22 mm, D4P2L 11 mm, D5P2L 10 mm, jumlah daun hidung 4 buah, merupakan jantan dewasa.
Menurut Suyanto (2002), yang mengatakan bahwa Hipposideros larvatus merupakan spesies dari suku hipposideride yang berukuran sedang dengan panjang lengan bawah sayap sekitar 53,2 - 61 mm. Hipposideros larvatus terdapat 3 lipatan kulit lateral tambahan pada daun hidung, daun hidung bagian tengah lebih lebar dari pada daun hidung posterior. Warna tubuh coklat keemasan, bagian atas badan berwarna coklat hingga coklat kehitaman, bagian bawah badan berwarna lebih pucat, membran sayap berwarna coklat, noseleaf dan tiga lateral leaflet berwarna pink dengan ujung kecoklatan, bagian anterior noseleaf  yang berukuran cukup besar, dan telinga berbentuk triangular. Deskripsi tersebut sesuai dengan data yang diperoleh pada sata pengamatan bahwa Hipposideros larvatus  memiliki 3 lipatan lateral tambahan dan memiliki noseleaf.  Hipposideros larvatus  dapat ditemukan mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Cina, Myanmar dan India.
4.1.7 Famili Pteropodidae
4.1.7.1 Cynopterus sphinx
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
b
 
a
 
Kelas               : Mammalia
Gambar 8. Cynopterus sphinx a), depan (a) samping, (b).

 
Ordo                : Chiroptera
Famili              : Pteropodidae
Genus              : Cynopterus
Spesies            : Cynopterus sphinx Vahl, 1797
Sumber            : Csorba, G., et al. 2008
Status              : Least concern
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan data bahwa Cynopterus sphinx betina memiliki panjang total (PT) 70 mm, fore am (FA) 55 mm, (HF) 25 mm, (E) 15 mm, (TB) 20 mm, (TV) 25 mm, (DM) 5 mm, (D2MCl) 40 mm, (D3MCL) 40 mm, (D4MCL) 40 mm, (D5MCL) 35 mm, (D3P1L) 15 mm, (D4P1L) 10 mm, (D5P1L) 15 mm, (D3F2L) 18 mm, (D4P2L) 8 mm, (D5P2L) 8 mm. Status reproduksi hamil, Nose leaft 1 pasang.
Menurut Suyanto (2002), bangsa Chiroptera dicirikan oleh adanya selaput kulit yang menghubungkan jari-jari dan pergelangan tangan yang memanjang. Famili Pteropodidae biasanya dicirikan dengan tragus atau antitragus tidak ada, tepi telinga tidak membentuk cincin yang sempurna, tonjolah geraham tumpul, jari ke dua dan ka tiga sayap mudah dipisahkan dengan jelas. Kebanyakn jari ke dua sayap bercakar (kecuali Eonycteris). Kelelawar kelompok ini dikenal sebagai pemencar biji tumbuhan yang buahnya berdaging, dan penyerbuk bunga tumbuhan yang mekar bunganya pada malam hari. Masa bunting 3-6 bulan, dan umumnya hanya seekor anak yang dilahirkan. Chironax melanocephalus memiliki moncong yang pendek, warna kepala hitam kontras degan warna bagian badan yang lain.
Menurut Van, dan Derlzon (1979), selain mempunyai penglihatan yang baik, kelelawar lebih mengandalkan pada suaranya yang nyaring untuk menuntunnya terbang. Ia mengeluarkan bunyi yang dinamakan "Ultrasonic" yang tidak dapat didengar manusia. Getaran bunyi ini mempunyai frekuensi antara 25.000 - 50.000 Hz. Jika menabrak suatu obyek atau benda, getaran suaranya itu memantul kembali, lalu ditangkap telinganya yang lebar yang berfungsi sebagai radar baginya. Proses ini hanya memakan waktu sepersepuluh detik, cukup bagi kelelawar untuk mengetahui apa yang ada di depannya, kemana arahnya dan berapa kecepatannya. Hidungnya yang berbentuk aneh seperti misalnya kaki kuda, trisula dengan tonjolan, membuatnya dapat mengeluarkan ultrabunyi.
11136194_10200413438495064_7285968231488115862_o11164761_10200413438255058_7328381514792456429_o4.1.7.2 Cynopterus horsfieldii
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
b
 
a
 
Ordo                : Chiroptera
Gambar 9. Cynopterus horsfieldii, a) depan, b) samping.
 
Famili              : Pteropodidae
Genus              : Cynopterus
Spesies            : Cynopterus horsfieldii Gray, 1843
Sumber            : Bates, P.2008
Dari pengukuran dan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut : total lenght (TL) 100 mm, for arm (FA) 65 mm, hind foot (HF) 10 mm, panjang telinga (PT) 15 mm, tibia (TB) 20 mm, panjang ekor (PE) 22 mm, eye diameter (ED) 8 mm,  D2MCL 40 mm, D3MCL 38 mm, D4MCL 38 mm, D5MCL 39 mm, D3PIL 30 mm, D4PIL 20 mm, D5PIL 20 mm, D3P2L 38 mm, D4P2L 25 mm, D5P2L 23 mm, merupakan jantan dewasa.
Menurut Corbet and Hill (1992), Cynopterus horsfieldii merupakan kelelawar berukuran sedang, dengan panjang lengan bawah 63 - 77 mm. Cynopterus horsfieldii memiliki ciri-ciri khusus yaitu yaitu pada bagian tepi telinga berwarna putih. Distribusi Cynopterus horsfieldii yaitu diThailand, Malaysia Barat, Sumatera, Kalimantan dan Jawa
4.1.7.4 Cynopterus brachyotis
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
Gambar 10. Cynopterus brachyotis, a) depan, b) samping.
 
a
 
b
 
Ordo               : Chiroptera
Famili               : Pteropodidae
Genus              : Cynopterus
Spesies            : Cynopterus brachyotis  (Müller, 1838)              
Sumber            : Csorba, G . 2008
Dari praktikum yang telah dilakukan, secara morfometrik Cynopterus brachyotis memiliki TL 105 mm, FA 75 mm, TL 105 mm, HF 13 mm, E 13 mm, TB 30 mm, TV 4 MM, Ed 8 mm, D2MCL 30 mm, D3MCL 45 mm, D4MCL 40 mm, D5MCL 42 mm, D3P1L 32 mm, D4P1L 25 mm, D5P1L 20 mm, D3P2L 25 mm, D4P2L 28, DP2L 45 mm, warna bagian tepi telinga putih, tipe moncong seperti anjing  dan jenis kelamin jantan.
Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan, Cynopterus brachyotis memiliki panjang total 105 mm, tipe moncong seperti anjing dan bagian tepi telinga berwarna putih. Hal ini didukung dengan pernyataan Suyanto (2002), yang meyatakan bahwa Cynopterus brachyotis berukuran sedang, panjang lengan bawah 59 - 74 mm, moncong terlihat tebal dan gemuk (robust). Cynopterus brachyotis memiliki permukaan tubuh berwarna coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah jingga tua lebih terang pada jantan dewasa, kekuningan pada betina. Tulang-tulang pada tepi sayap bertepi putih.
Menurut Hinde (1996), Cynopterus brachyotis memiliki dua pasang gigi seri bawah. Cynopterus brachyotis biasanya ditemukan bertengger secara berkelompok kecil pada pepohonan, di bawah dedaunan atau di gua-gua yang cukup terang. Makanannya berupa buah-buahan, namun terkadang memakan nektar dan tepung sari. Cynopterus brachyotis dapat ditemukan di Pakistan, India ke Timur sampai ke Indocina dan Malaysia, Sumatera, Bali dan Sulawesi.

4.1.8 Famili Vespertilionidae
11212590_10200413433934950_5313993130968610999_o11109297_10200413434214957_1573816393226294069_o4.1.8.1 Myotis ater
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
b
 
a
 
Kelas               : Mammalia
Gambar 11. Myotis ater, a) samping, b) depan

 
Ordo                : Chiroptera
Famili              : Vespertilionidae
Genus              : Myotis
Spesies            : Myotis ater (Peters, 1866)                                                                      
Sumber            :  Wiles, G. 2008
Status              : Least concern
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan data bahwa Myotis ater  jantan dewasa memiliki panjang total (PT) 63 mm, fore am (FA) 47 mm, (HF) 18 mm, (E) 10 mm, (TB) 20 mm, (TV) 20 mm, (DM) 2 mm, (D2MCl) 48 mm, (D3MCL) 45 mm, (D4MCL) 42 mm, (D5MCL) 35 mm, (D3P1L) 15 mm, (D4P1L) 10 mm, (D5P1L) 8 mm, (D3P1L) 40 mm, (D4P2L) 17 mm, (D5P2L) 10 mm, Bentuk hidun nose lips, lateral leaf 2 buah.
Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan,  Myotis ater memiliki panjang total 63 mm, bentuk hidung nose lips. Hal ini didukung dengan pernyataan Wiles (2008), yang menyatakan bahwa Myotis ater memiliki panjang lengan 50-60 mm, memilikki moncong yang cukup panjang. Merupakan hewan berdarah panas. Bulunya sangat pendek, dan tebal bewarna kuning emas.
Menurut Wiles (2008), Myotis ater merupakan kelalawar yang identik dengan telinga yang mirip tikus. Makanannya berupa serangga kecil. Hidup bertengger di lubang tanah, pohon. Spesies ini merupakan hewan yang terancam punah. Persebaran spesies ini di Malaysia, Brazil, Smithsonian Washington. Memilikki gigi yang runcing dan tajam, keempat tungkai sama panjang. Sedangkan menurut Corbet & Hill (1992), Jenis ini memiliki distribusi mulai dari Pakistan, India, Burma,Thailand, Laos, Vietnam, Sumatra, Kalimantan, Kepualaun Kangean dan dimungkinkan sampai dengan Filipina dan dari kawasan Indonesia bagian barat sampai dengan Papua Niugini.
4.1.8.2 Kerivoula papillosa
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
b
 
a
 
Kelas               : Mammalia
Gambar 12. Kerivoula papillosa, samping a), depan b)
 
Ordo                : Chiroptera
Famili              : Vespertilionidae
Genus              : Kerivoula
Spesies            : Kerivoula papillosa (Temminck, 1840)
Sumber            : Hutson, A.M. & Kingston, T. 2008.
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut  Total Lenght 80 mm, FA 35 mm, HF 5 mm, E 8 mm, Tb 13 mm, TV 2 MM, Ed 1 mm, D2MCL 36 mm, D3MCL 35 mm, D4MCL 35 mm, D5MCL 15 mm, D3P1L 15 mm, D4P1L 10 mm, D5P1L 10 mm, D3P2L 18 mm, D4P2L 10, DP2L 19 mm, warna bagian tepi telinga hitam dan jenis kelamin jantan.
    Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan,  Kerivoula papillosa memiliki panjang total 80 mm. Hal ini didukung dengan Suyanto (2002), yang menyatakan bahwa Kerivoula papillosa berukuran sedang dengan panjang lengan bawah antara 38 - 49 mm, tubuh bagian atas berwarna coklat hingga abu-abu, sedangkan tubuh bagian bawah berwarna coklat muda dengan pangkal rambut berwarna hitam. Sedangkan menurut Corbet & Hill (1992), Kerivoula papillosa termasuk kelelawar berukuran sedang dengan panjang lengan bawah antara 38 - 49 mm yang memiliki ciri khusus yaitu tubuh bagian atas berwarna coklat hingga abu-abu, sedangkan tubuh bagian bawah berwarna coklat muda dengan pangkal rambut berwarna hitam. Di Indonesia terdapat 10 jenis dari Marga ini dan terdistribusi sangat luas mulai dari India ke timur sampai Cina Selatan dan Filipina, ke selatan melewati Malaysia Barat, ke seluruh Indonesia, kecuali Maluku dan Papua Barat.

4.2 Kunci Determinasi
1. a. Mamalia tidak terbang………………………………………………………….2
    b.Mamalia terbang ……………………………………………………..............5
2. a. Tipe gerak platigrade………………………………………………………...3
    b. Tipe gerak floxsortal………………………………………………………...4
3. a. Telinga panjang……………………..................................................Lepus sp
    b Telinga pendek…………..……………………………..............Felis domesticus
4. a. Memiliki garis kuning ditubuh dorsal………………………Lariscus insignis
    b. Tidak emiliki garis kuning ditubuh dorsal..........................Prionodon linsang
5. a.Tubuh berukuran besar....................................................................................6
    b.Tubuh berukuran besar....................................................Chiropodomys major
6. a.Leher berwarna kemerahan...... ………………………………Cynopterus sphinx
    b. Leher berwarna tidak kemerahan.................................Cynopterus brachyotis
7. a. Daun hidung seperti ludam kuda.................................Hipposiderus larvatus
    b. Daun hidung tidak seperti ludam kuda.................. Hipposiderus cineraceus















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1.         Felis domesticus yaitu memiliki kaki yang hampir sama panjang, pola warna yang bervariasi, memiliki cakar, dimorfisme.
2.         Lepus sp. memiliki telinga yang panjang, terdapat ekor, kaki depan lebih pendek daripada kaki belakang, memiliki rambut yang cukup panjang dan terdapat pada seluruh tubuh.
3.         Prionodon linsang memiliki tubuh langsing dengan kepala agak runcing, berwarna belang hitam dan orange.
4.         Lariscus insignis mempunyai ekor yang berambut, moncong panjang serta berwarna coklat.
5.         Chiropodomys major mempunyai ekor yang berwarna hitam.
6.         Hipposideros cineraceus ukuran tubuh kecil, menggunakan frekuensi untuk ekolokasi, dan bentuk lurus-sisi dari septum internarial
7.         Hipposideros larvatus memiliki noseleaf dan tiga lateral leaflet berwarna pink dengan ujung kecoklatan, bagian anterior noseleaf berukuran cukup besar, dan telinga berbentuk triangular.
8.         Cynopterus sphinx leher berwarna coklat merah terang pada hewan jantan, dan kuning pada betina.
9.         Cynopterus horsfieldii ciri-ciri khusus yaitu ada tonjolan di tengah permukaan kunyah gigi geraham depan dan belakang (Premolar 4 dan Molar 1).
10.     Cynopterus brachyotis ciri-ciri khusus yaitu pada telinga terdapat garis tepi berwarna putih.
11.     Myotis ater tidak memiliki lipatan kulit lateral dan sekat rongga hidung meluas pada bagian tengah
12.     Kerivoula papillosa pada tubuh bagian atas berwarna coklat hingga abu-abu, sedangkan tubuh bagian bawah berwarna coklat muda dengan pangkal rambut  berwarna hitam.

5.2 Saran
Disarankan kepada praktikan agar selanjutnya mengamati juga karakter morfologi selain yang dicantumkan di worksheet.





























DAFTAR PUSTAKA



Alikodra, S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbitan Fakultas IPB

Bates, P., Bumrungsri. 2008. Cynopterus horsfieldii. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Akses 06 May 2015.


Bates, P., Bumrungsri.2008. Cynopterus sphinx. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. akses 06 May 2015.
Bates, P., Bumrungsri.2008. Hipposideros larvatus. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. akses 06 May 2015.

Brotowidjoyo, D. M. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Carters, V.W. 1978. Mammalia Darat Indonesia. Edisi Bahasa Indonesia.
Csorba, G., Bumrungsri. 2008. Cynopterus brachyotis. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. akses 06 May 2015.

Csorba, G., Bumrungsri. 2008. Hipposideros cineraceus. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. akses 06 May 2015

Duckworth, J.W. & Azlan, M.J. 2008. Prionodon linsang. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 29 April 2015.

Hariadi,B. Novarino,W. dan Rizaldi. 2012. Inventarisasi Mamalia di Hutan Harapan Sumatra Selatan. Jurnal Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 1(2) – Desember 2012 : 132-138

Hedges, S., Duckworth, J.W., Lee, B. & Tizard, R.J. 2008. Lariscus insignis. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 29 April 2015.

Hutson, A.M. & Kingston, T. 2008. Kerivoula papillosa. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 06 May 2015
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya

Jenkins, B. 2002. Learning mammalia. Dominant Publisher and Distribotors.
Kehutanan IPB : Bogor.

Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Kimball, J.W. 1999. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Lunde, D., Ruedas, L. & Helgen, K. 2008. Chiropodomys major. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 29 April 2015.

Murray, D. & Smith, A.T. 2008. Lepus americanus. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 29 April 2015.

Nowak, R.M and J.L Pardiso. 1983. Walkers Mamals of the World. The jhons hopkins university press baltimore and London

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society-Indonesia Programme dan WWF Malaysia. PT Intermassa. Jakarta.

Prasetyo PN, Noerfahmy S dan Tata HL. 2011. Jenis-jenis Kelelawar Agroforest Sumatera. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. 75p.

Suyanto, A. 2002. Mammalia di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Biodiversity Conservation Project. Bogor University Pres. Baltimore dan London.

Van, dan Derlzon ,A.P.M. 1979.Mammalia of Indonesia.Draft version UNDP/FAO National Park Development Project:Bogor – Indonesia.

Veevers dan Carter. 1978. Mamalia Darat Indonesia,Edisi Bahasa Indonesia. PT. Intermasa . Jakarta.

Wiles, G. 2008. Myotis ater. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 06 May 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar