1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di
alam organisme tidak hidup sendirian tetapi berdampingan dan saling
berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap
tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak
sejenis. Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat
bersifat positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan
negatif- negatif. Namun dalam praktikum ini yang diteliti adalah kompetisi yang
terjadi antara Cyperus rotundus dan Allium cepa. Kompetisi tersebut dapat
berbentuk perebutan sumber daya yang terbatas (resource competition)
atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis dengan kekuatan fisik (interference
competition). Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut
sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individuyang tidak
sejenis disebut interaksi interspesifik (Odum, 1971)
Dalam usaha
mengkomposisikan jenis-jenis tanaman misalnya untuk keperluan estetika, perlu
diketahui bahwa hubungan sesama tanaman tertentu memerlukan bantuan tanaman
tertentu pula, misalnya untuk perlindungan. Tumbuh-tumbuhan dapat mengahasilkan
zat-zat yang dapat merangsang atau meracuni jenis tumbuhan lain.
Senyawa-senyawa ini dapat meracuni biji-biji tanaman yang ada disekitarnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
hubungan sesama tanaman yaitu adanya kompetisi yang disebabkan
kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang terbatas seperti sinar
matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut juga alelospoli.
Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia
yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebut allelopati.
Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak
sebagai tuan rumah atau inang (Irwan, 2007).
Kompetisi
dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang
saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan
waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah
satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara,
cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono, 2005).
Persaingan
dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific
competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda
(interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih
awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang
terjadi antar jenis yang berbeda. Sarana pertumbuhan yang sering menjadi
pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya air, nutrisi,
cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya
lebih berat karena terjadi pada waktu yang lebih awal. Faktor utama yang
mempengaruh persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya kerapatan.
Pengaruh persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi
tanaman dan diameter batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta
komponen dan daya hasil (Molles, 2002)
Secara
teoritis, apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka
akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat
bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas
ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang
sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih
populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.
Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi
menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang
serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive
exclusion principles ). Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua,
yaitu kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau
exploitative competition ), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara
bersama-sama sumber daya yang terbatas dan Inferensi (inference competition
atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan
kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara
tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringi dengan pengeluaran senyawa kimia
(allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain (Odum, 1971).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan pratikum kompetisi adalah untuk
mengetahui kompetisi antara Allium cepa
dengan Cyperus rotundus
dengan berbagai perlakuan.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Interaksi
adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang
lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu
intraspesifik dan interspesifik. Interaksi interspesifik adalah hubungan yang
terjadi antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi
intra spesifik adalah hubungan antara organisme yang berasal dari spesies yang
berbeda. Secara garis besar, interaksi interspesifik dan intraspesifik dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu (1) netralisme
yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling menguntungkan dan saling
merugikan satu sama lain, (2) mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis
makhluk hidup yang saling menguntungkan, (3) parasitisme yaitu hubungan yang
hanya menguntungkan satu jenis makhluk hidup saja, sedangkan yang lainnya
dirugikan, (4) predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk
hidup terhadap makhluk hidup lain, (5) kooperasi yaitu hubungan antara dua
makhluk hidup yang bersifat saling membantu antara keduanya, (6) komensalisme
yaitu hubungan antara dua makhluk hidup yang satu mendapat keuntungan sedang
yang lain dirugikan, (7) antagonis yaitu hubungan dua makhluk hidup yang saling
bermusuhan (Elfidasari, 2007).
Beberapa
spesies dapat hidup berdampingan di dalam sebuah komunitas sepanjang mereka
mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam suatu relung ekologi, meskipun relung
mereka saling tumpang tindih. Kehidupan demikian dapat terpenuhi selama
kebutuhan hidup terhadap sumber yang sama tersedia dalam jumlah yang
berlebihan. Akan tetapi jika sumber kebutuhan terbatas, maka hubungan
antarspesies akan berubah menjadi suatu bentuk persaingan atau kompetisi.
Kompetisi adalah interaksi antara dua makhluk hidup yang mengakibatkan kedua
makhluk hidup tersebut mengalami kerugian. Kompetisi terjadi sejak awal
pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin
meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun secara
bertahap. Saat tanaman peka terhadap kompetisi , hal itu disebut periode kritis
(Soejono, 2009).
Kompetisi
adalah interaksi antara dua organisme yang berusaha untuk hal sama. Interaksi
kompetisi biasanya interspesifik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan proses
bertahan hidup oleh dua atau lebih spesies populasi. Interaksi kompetisi
biasanya melibatkan ruang lingkup, makanan, nutrisi, cahaya matahari, dan
tipe-tipe lain dari interaksi. Kompetisi interspesifik dapat menghasilkan
penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari satu populasi menggantikan
yang lain (Odum, 1983).
Kompetisi
terjadi apabila tanaman mencapai tingkat pertumbuhan tertentu dan akan semakin
keras dengan pertambahan ukuran tanaman dengan umur. Kemampuan suatu tanaman
dipengaruhi oleh kemampuan suatu organ yang melakukan kompetisi. Daun dan akar
merupakan bagian yang berperan aktif dalam kompetisi. Akar yang memiliki luas
permukaan lebar, daun yang banyak, lebar, dan tersebar di seluruh tubuh tanaman
akan meningkatkan kompetisi, akibatnya kompetisi tanaman pun tinggi (Fuller dan
Caronthus, 1964).
Kompetisi
menujukkan suatu tipe interaksi di mana dua individu atau lebih bersaing untuk
mendapatkan makanan yang jumlahnya terbatas, tempat hidup, dan lain-lain.
Kompetisi inter spesifik bukanlah suatu kompetisi yang sederhana karena
melibatkan berbagai tipe organisme sehingga memungkinkan terjadi hasil yang
berbeda-beda. Jika dua spesies atau lebih terlibat dalam kompetisi secara
langsung untuk memperebutkan hal yang sama, salah satu dari semuanya, lebih
efisien dalam memanfaatkan sesuatu yang diperebutkan tadi maka individu itu
akan bertahan hidup, sedang yang tidak dapat memanfaatkan secara efisien yang
diperebutkan tadi akan punah (Clapham, 1973).
Dalam artian
yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang
memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu
yang sejenis ataupun antara individu yang berbeda jenis. Persaingan yang
terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik
sedangkan persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut
sebagai persaingan interspesifik (Setiadi, 1989).
Persaingan
yang terjadi antara organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan
hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan (Odum, 1971). Setiap organisme yang
berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya.
Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara,
sinar matahari, dan lain – lain (Setiadi, 1989). Faktor-fator intraspesifik
merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut
mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang
di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu
(Wirakusumah, 2003).
Harter (1961), mengatakan bahwa persaingan intraspesifik di gunakan untuk
menggambarkan adanya persaingan antar individu-individu tanaman yang sejenis.
Persaingan intraspesifik terdiri atas
persaingan aktivitas dan persaingan sumber daya alam. Dua jenis populasi
tumbuhan dapat bertahan bersama bila individu-individunya secara bebas di
kendalikan oleh hal – hal sebagai berikut: perbedaan unsur hara, perbedaan
sebab – sebab kematian, kepekaan terhadap berbagai senyawa racun, kepekaan
terhadap faktor – faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang berbeda.
Beberapa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan
interspesifik pada tumbuhan, yaitu jenis tanaman.Faktor ini meliputi sifat
biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis.
Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran yang
menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara.
Bentuk daun yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi
sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air. Kemudian faktor kedua
adalah kepadatan tumbuhan. Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan
dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara
yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman. Selanjutnya penyebaran
tanaman. Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau
melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai
kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan
rimpang. Namun persaingan yang terjadi karena faktor penyebaran tanaman sangat
dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan
air. Terakhir waktu. Lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat
memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman.
Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka
terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi(Harter, 1961).
Menurut Rao
(2000), gulma dapat menjadi kompetitor dan merupakan faktor pembatas penting
bagu produktivitas kedelai. Besarnya tingkat kerugian akibat persaingan dengan
gulma sangat bervariasi bergantung pada populasi dan macam spesies gulma yang
ada. Gulma yang sering dijumpai termasuk kategori noxious weed (gulma berbahaya
dan sangat merugikan) serta sulit dikendalikan oleh herbisida maupun
penyiangan, yaitu alang-alang dan teki (Budi, 2009).
Seleksi
tanaman di lingkungan optimal memang memiliki banyak keuntungan, yaitu ditandai
oleh heretabilitas tinggi dan kemajuan seleksi yang lebih besar karena ekspresi
potensi genetik tanaman dapat mencapai maksimal dan terjadi akumulasi gen.
Dengan terbatasnya lahan subur, maka budidaya tanaman mengarah pada lingkungan
suboptimal. Kedelai yang ditanam secara tunggal dapat disebut sebagai budidaya
pada lingkungan optimal. Sedangkan kedelai dan jagung disebut sebagai tanaman
pada lingkungan yang suboptimal. Pada cara tanam secara tumpang sari, kompetisi
hara air, dan radiasi surya adalah faktor lingkungan yang menyebabkan kedelai
tumbuh dan berkembang pada kondisi suboptimal (Budi, 2009).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Kamis 5
Maret 2015. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu, berakhir hingga 29 April 2015
di rumah kaca, Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Padang.
3. 2 Alat dan Bahan
Adapun alat
yang digunakan adalah alat tulis, pisau, timbagan, dan label
tempel, poybag ukuran 5 kg, Sedangkan bahan yang digunakan yaitu tanah kebun yang dicampur
pupuk (pupuk kandang), Allium cepa
dan
Cyperus rotundus.
3.2 Cara Kerja
Dimasukkan tanah gembur tanpa pupuk ke dalam polibag sebanyak dua per tiga
bagian dari volume polybag, polybag petama
ditanam dua buah Allium cepa dan diberi label,
polybag kedua ditanam dua Allium cepa dan dua Cyperus rotundus dan
diberi label, polybag tiga ditanam dua Allium cepa dan empat Cyperus rotundus dan diberi
label, polybag empat ditanam dua Allium cepa dan enam Cyperus rotundus dan diberi
label, polybag lima ditanam dua Allium cepa dan delapan Cyperus
rotundus dan diberi label. Kemudian dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan
jumlah daun setiap minggu selama delapan minggu dan dilakukan perhitungan berat
basah dan berat kering pada masing-masing perlakuan.
1V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum
yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan
minggu ke 1 kompetisi Allium cepa dan
Cyperus rotundus
Perlakuan
|
Tanaman
|
Tinggi (cm)
|
Jumlah daun
(buah)
|
Keterangan
|
||
Kontrol
|
Alium cepa 1
|
3
|
3
|
Allium cepa tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Allium cepa belum tumbuh
|
||
A2C2
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Allium cepa belum tumbuh
|
||
|
Alium cepa 2
|
2
|
2
|
T tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus1
|
24,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus
rotundus
2
|
12
|
6
|
tumbuh segar
|
||
A2C4
|
Alium cepa 1
|
3,4
|
7
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
5,5
|
5
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus1
|
15
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus12
|
9
|
2
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
12,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
22,5
|
2
|
tumbuh segar
|
||
A2C6
|
Alium cepa 1
|
6
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
7,5
|
7
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 1
|
19
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 2
|
16,5
|
2
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
18
|
2
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
23
|
2
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 5
|
7
|
2
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 6
|
26
|
2
|
tumbuh segar
|
||
A2C8
|
Alium cepa 1
|
13,5
|
5
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
3
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 1
|
15,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 2
|
24,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
6
|
-
|
Daun tidak
dihitung
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
20
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 5
|
8
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 6
|
12,5
|
2
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 7
|
11,5
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 8
|
13,5
|
4
|
tumbuh segar
|
Tabel 2.
Pengamatan minggu ke 2 kompetisi Allium
cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan
|
Tanaman
|
Tinggi (cm)
|
Jumlah daun
(buah)
|
Keterangan
|
||
Kontrol
|
Alium cepa 1
|
33
|
26
|
Allium cepa tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Allium cepa belum tumbuh
|
||
A2C2
|
Alium cepa 1
|
24,5
|
12
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
11
|
7
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus1
|
34
|
5
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus
rotundus
2
|
27
|
4
|
tumbuh segar
|
||
A2C4
|
Alium cepa 1
|
33
|
22
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
33
|
15
|
tumbuh segar
|
||
A2C4
|
Cyperus rotundus1
|
22,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 2
|
41,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
31,2
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
43
|
3
|
tumbuh segar
|
||
A2C6
|
Alium cepa 1
|
35
|
18
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
32
|
17
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 1
|
42
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 2
|
29
|
2
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
43
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
44,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 5
|
36
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 6
|
48
|
5
|
tumbuh segar
|
||
A2C8
|
Alium cepa 1
|
30
|
13
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
28
|
13
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 1
|
26
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 2
|
41,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
35
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
33
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 5
|
18,5
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 6
|
32
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 7
|
33
|
5
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 8
|
33,5
|
5
|
tumbuh segar
|
Tabel 3.
Pengamatan minggu ke 3 kompetisi Allium
cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan
|
Tanaman
|
Tinggi (cm)
|
Jumlah daun
(buah)
|
Keterangan
|
||
Kontrol
|
Alium cepa 1
|
42,5
|
28
|
Allium cepa tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
5
|
5
|
Allium cepa sudah tumbuh
|
||
A2C2
|
Alium cepa 1
|
42,5
|
19
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
||
|
Cyperus rotundus1
|
37
|
6
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus
rotundus
2
|
32,5
|
9
|
tumbuh segar
|
||
A2C4
|
Alium cepa 1
|
42,2
|
27
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
46
|
17
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus1
|
23
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 2
|
53
|
5
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
42,2
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
47
|
3
|
tumbuh segar
|
||
A2C6
|
Alium cepa 1
|
42
|
23
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
41,5
|
21
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 1
|
46
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 2
|
58,5
|
5
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
51
|
3
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
44,2
|
6
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 5
|
58,5
|
5
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 6
|
30
|
3
|
tumbuh segar
|
||
A2C8
|
Alium cepa 1
|
46
|
13
|
tumbuh segar
|
||
|
Alium cepa 2
|
40,3
|
16
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 1
|
30
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 2
|
53
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 3
|
45
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 4
|
-
|
-
|
Daun tidak
terhitung
|
||
|
Cyperus rotundus 5
|
37,5
|
5
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 6
|
15
|
2
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 7
|
47
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
Cyperus rotundus 8
|
38,5
|
4
|
tumbuh segar
|
||
|
|
|
|
|
Tabel 4. Pengamatan minggu ke 4 kompetisi Allium
cepa dan Cyperus rotundus
perlakuan
|
Tanaman
|
Tinggi
(cm)
|
Jumlah daun
(buah)
|
Keterangan
|
Kontrol
|
Alium cepa 1
|
37,5
|
36
|
Allium cepa tumbuh segar
|
|
Alium cepa 2
|
39
|
14
|
Allium cepa tumbuh segar
|
A2C2
|
Alium cepa 1
|
49
|
20
|
Allium cepa tumbuh segar
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
55
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
21
|
4
|
Cyperus tumbuh
segar, tetapi ada 1 daun yang layu
|
|
Anakan Cyperus 2
|
50
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C4
|
Alium cepa 1
|
43
|
25
|
Allium cepa tumbuh segar
|
|
Alium cepa 2
|
44
|
16
|
Allium cepa tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 1
|
24
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
65
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
48
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
54
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 4
|
23,5
|
2
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C6
|
Alium cepa 1
|
47
|
25
|
Allium cepa tumbuh segar
|
|
Alium cepa 2
|
46
|
20
|
Allium cepa tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 1
|
58,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
36
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
63,5
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
58,5
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
38
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
67
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C8
|
Alium cepa 1
|
52
|
15
|
Allium cepa tumbuh segar
|
|
Alium cepa 2
|
46
|
20
|
Allium cepa tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 1
|
30
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
58
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
30
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
48
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
45,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
16
|
2
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 6
|
58,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 7
|
51
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 8
|
42,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
Tabel 5. Pengamatan
minggu ke 5 kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
perlakuan
|
Tanaman
|
Tinggi (cm)
|
Jumlah daun
(buah)
|
Keterangan
|
Kontrol
|
Alium cepa 1
|
44
|
19
|
Daun hijau mulai layu
|
|
Alium cepa 2
|
44
|
13
|
Daun banyak menguning
|
A2C2
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
54,5
|
7
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
20
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 2
|
48
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C4
|
Alium cepa 1
|
34
|
9
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Alium cepa 2
|
40
|
22
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 1
|
22
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
64,5
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
42
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
55
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 4
|
26
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C6
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
42
|
13
|
Daun hijau mulai layu dan menguning
|
|
Cyperus rotundus 1
|
58
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
69
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
60
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
36
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
37
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
46
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C8
|
Alium cepa 1
|
38
|
12
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C8
|
Alium cepa 2
|
40
|
14
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 1
|
31
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
56
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
46
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
46
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
45
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
59
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 7
|
55
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 8
Anakan Cyperus rotundus 8
|
43,5
20
|
5
1
|
Cyperus tumbuh segar
Cyperus tumbuh segar
|
Tabel 6. Pengamatan
minggu ke 6 kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
perlakuan
|
Tanaman
|
Tinggi (cm)
|
Jumlah daun
(buah)
|
Keterangan
|
Kontrol
|
Alium cepa 1
|
19
|
6
|
Daun
sedikit menguning dan layu
|
|
Alium cepa 2
|
42
|
17
|
Daun
sedikit menguning dan daun banyak yang sudah mati
|
A2C2
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
59
|
7
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
57,5
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 2
|
20
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C4
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
21
|
7
|
Layu
|
|
Cyperus rotundus 1
|
22,3
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
49,5
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
32,5
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
51,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Ankan
Cyperus rotundus 4
|
46,7
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C6
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
53
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
20
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
23
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
48,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
36
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
52,5
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C8
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
28,9
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
55,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
61
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
44
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
37,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
58,5
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 7
|
53,5
|
2
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 8
|
42
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 8
|
25
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
Tabel 7. Pengamatan
minggu ke 7 kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan
|
Tanaman
|
Tinggi (cm)
|
Jumlah daun
(buah)
|
Keterangan
|
Kontrol
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
49
|
14
|
Daun kuning dan layu
|
A2C2
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
62
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
20
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 1
Anakan
Cyperus rotundus 2
|
63
22
|
7
9
|
Cyperus tumbuh segar
Cyperus tumbuh segar
|
A2C4
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
23
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
65
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
43
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
53
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 4
|
42
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C6
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
53
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
26
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
53
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
35
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
50
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
235,
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C8
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
30
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
57
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
62
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
48
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
50
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
62
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 7
|
54
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 8
|
54
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 8
|
38
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
Tabel 8. Pengamatan minggu ke-8 kompetisi Allium cepa dan Cyperus
rotundus
Perlakuan
|
Tanaman
|
Tinggi
(cm)
|
Jumlah daun
(buah)
|
Keterangan
|
Kontrol
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
35
|
13
|
Daun kuning dan layu
|
A2C2
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
67
|
7
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
60
|
7
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan
Cyperus rotundus 1
Anakan Cyperus rotundus 2
|
40
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
Cyperus tumbuh segar
|
A2C4
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
24
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
63
|
6
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
34
|
2
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
56
|
2
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan Cyperus rotundus 4
|
53
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C6
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
55
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
32
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
24
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
51
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
37
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
57
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
A2C8
|
Alium cepa 1
|
-
|
|
Mati
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
|
Mati
|
|
Cyperus rotundus 1
|
29
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 2
|
57
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 3
|
60
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 4
|
46,5
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 5
|
34
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 6
|
63
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 7
|
55
|
3
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Cyperus rotundus 8
|
44
|
5
|
Cyperus tumbuh segar
|
|
Anakan Cyperus rotundus 8
|
36
|
4
|
Cyperus tumbuh segar
|
Tabel 9. Hasil pengukuran
berat basah dan berat kering pada kompetisi Allium cepa dan Cyperus
rotundus pada tiap perlakuan.
Perlakuan
|
Tanaman
|
Berat basah (gram)
|
Berat kering (gram)
|
Berat besih (gram)
|
Kontrol
|
Alium cepa 2
|
7,4
|
1,15
|
6,25
|
A2C2
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
-
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
-
|
|
Cyperus rotundus 1
|
4,2
|
2,02
|
2,18
|
|
Cyperus rotundus 2
|
4,4
|
2,76
|
1,64
|
Rata-Rata
|
|
4,3
|
2,39
|
1,91
|
A2C4
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
-
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
-
|
|
Cyperus rotundus 1
|
2,0
|
0,90
|
1,1
|
|
Cyperus rotundus 2
|
2,2
|
1,60
|
0,6
|
|
Cyperus rotundus 3
|
2,4
|
1,73
|
0,67
|
|
Cyperus rotundus 4
|
2,2
|
1,63
|
0,57
|
Rata-Rata
|
|
2,2
|
1,46
|
0,74
|
A2C6
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
-
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
-
|
|
Cyperus rotundus 1
|
1,87
|
1,17
|
0,7
|
|
Cyperus rotundus 2
|
1,00
|
0,49
|
0,51
|
|
Cyperus rotundus 3
|
2,00
|
1,73
|
0,27
|
|
Cyperus rotundus 4
|
1,2
|
0,87
|
0,33
|
|
Cyperus rotundus 5
|
0,7
|
0,25
|
0,45
|
|
Cyperus rotundus 6
|
0,50
|
0,20
|
0,3
|
Rata-Rata
|
|
1,21
|
0,78
|
0,43
|
A2C8
|
Alium cepa 1
|
-
|
-
|
-
|
|
Alium cepa 2
|
-
|
-
|
-
|
|
Cyperus rotundus 1
|
1,20
|
1,04
|
0,16
|
|
Cyperus rotundus 2
|
1,25
|
1,05
|
0,2
|
|
Cyperus rotundus 3
|
1,00
|
0,63
|
0,37
|
|
Cyperus rotundus 4
|
1,75
|
1,51
|
0,24
|
|
Cyperus rotundus 5
|
2,50
|
2,29
|
0,21
|
|
Cyperus rotundus 6
|
2,00
|
0,82
|
1,18
|
|
Cyperus rotundus 7
|
2,5
|
1,35
|
1,15
|
|
Cyperus rotundus 8
|
2,5
|
1,00
|
1,5
|
Rata-Rata
|
|
1,85
|
1,08
|
0,77
|
Berdasarkan
data dan tabel diatas dapat dlihat bahwa
pada pengamatan pertama dan pengukuran pertama Allium cepa dan Cyperus
rotundus diperoleh tinggi tanaman yang bervariasi dan jumlah daun yang
bervariasi. Allium cepa rata-rata sudah tumbuh, namun pada perlakuan
kontrol Allium cepa belum mengalami
pertumbuhan. Tanaman Cyperus rotundus
yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada
ulangan C6 dengan tinggi tanaman 26 cm dan Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C8
pada ulangan A1 dengan tinggi tanaman 13,5 cm. Pengamatan pada
minggu ke 2 tanaman Cyperus rotundus
yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada
ulangan C6 dengan tinggi tanaman 48 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6
pada ulangan A1 dengan tinggi tanaman 35 cm. Pada minggu ke 2
terlihat pertumbuhan Allium cepa terjadi
lebih cepat daripada Cyperus rotundus.
Dari
hasil yang diperoleh dan amati dapat dilihat bahwa memang terjadi kompetisi
interspesies antara Cyperus rotundus sebagai tumbuhan gulma dengan Allium cepa. Hal ini menunjukakan bahwa kompetisi pada tanaman
terjadi mulai dari awal pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soejono
(2009), bahwa kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa
tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan
mencapai klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat tanaman peka
terhadap kompetisi , hal itu disebut periode kritis.............................
Pengamatan minggu ke 3 tanaman Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6
pada ulangan C5 dengan tinggi tanaman 58 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat
pada perlakuan A2C8 pada ulangan A1 dengan
tinggi tanaman 46 cm. Allium cepa yang
pada minggu sebelumnya pada perlakuan kontrol belum tumbuh pada minggu ke 3
sudah tumbuh dengan tinggi 5 cm. Pertambahan tinggi tanaman yang bervariasi
pada tiap perlakuan menunjukakan bahwa tanaman salaing berkonpetisi untuk
memperoleh sumberdaya. Kompetisi dapat dibuktikan dengan jumlah tanaman pada
tiap perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elfidasari (2007) bahwa
kompetisi dapat dibuktikan dengan percobaan kepadatan tanaman pada suatu luas
lahan tertentu. Tekanan kompetisi pada jarak tertentu relatif konstan, karena
tanaman dapat mempunyai sifat penyesuaian. Tanaman tumbuh dengan baik pada
jarak tanam lebar dan akan buruk pada jarak tanam sempit, sehingga tekanan
kompetisi akan relatif konstan.
Pengamatan
minggu ke 4 tanaman Cyperus rotundus
yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan
C6 dengan tinggi tanaman 67 cm. Allium
cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C8 pada
ulangan A1 dengan tinggi tanaman 52 cm. Allium cepa pada perlakuan A2C2 sudah mati
dalam artian sudah kalah dalam berkompetisi. Pada
pengamatan juga terdapat jumlah daun yang berkurang dari minggu sebelumnya yang
disebabkan oleh daun yang mati dan layu. Baik pada tanaman Allium cepa maupun pada Cyperus rotundus. Tumbuhan yang mempunyai daun yang layu dan mati tidak dihitung sebagai
jumlah yang akan diukur dalam pengamatan, sehingga jumlah daun berkurang. Hal
ini sesuai menurut pendapat Elfidasari (2007) bahwa apabila unsur pertumbuhan
ini belum terpenuhi secara optimal, maka bisa saja pertumbuhan tanaman akan
terhambat.
Pada
pengamatan minggu ke 5 tanaman Cyperus
rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada
ulangan C2 dengan tinggi tanaman 69 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C8
pada ulangan A1 dan A2 dengan tinggi tanaman 44 cm.
Allium cepa pada perlakuan A2C2
sudah mati baik itu pada ulangan A1 dan A2. Hal ini
membuktikan bahwa Allium cepa sudah
kalah dalam berkompetisi. Selain itu Cyperus
rotundus pada minggu ini tumbuh
dengan subur dan pada beberapa Cyperus
rotundus yang memiliki anakan yang ukuran tingginya lebih besar daripada
induknya.
Pada pengamatan minggu ke 6 Cyperus rotundus yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan C6 dengan
tinggi tanaman 58,5 cm. Allium cepa
yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol pada ulangan A2 dengan
tinggi tanaman 42 cm. Allium cepa pada
perlakuan A2C2, A2C4, A2C6,
dan A2C8.
sudah mati baik itu pada ulangan A1 dan A2. Pada
minggu ini pada Allium cepa banyak ditumbuhi
gulma pada tiap perlakuan sehingga tanaman yang ditumbuhi banyak gulma mulai
mengalami defisiensi dan bahkan beberapa helai daunnya mati. Hal ini didukung
oleh pendapat Clapham (1973), ruang merupakan faktor yang penting dalam persaingan antar
spesies karena ruang sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi tumbuhan.
Ruang yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Faktor utama
yang memengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya adalah
kerapatan. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman
yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi
tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan
tinggi tanaman yang ada.
Pada pengamatan minggu ke 7 Cyperus rotundus yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan A2C2 pada ulangan C2 dengan
tinggi tanaman 65 cm. Allium cepa
yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol pada ulangan A2 dengan
tinggi tanaman 49 cm. Allium cepa pada
perlakuan kontol ulangan A1, dan A2C2, A2C4,
A2C6, dan A2C8. sudah mati
baik itu pada ulangan A1 dan A2. Hal ini akan membuktikan
bahwa kompetisi intraspesifik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wirakusumah (2003), Kompetisi intraspesifik adalah
persaingan yang terjadi pada tanaman yang ditanam pada tempat yang sama.
Kompetisi dapat terjadi karena tumbuhan tersebut saling memperebutkan unsur
hara yang terdapat dalam tanah dimana kedua tanaman tersebut ditanam.
Terjadinya kompetisi antara tanaman sejenis tersebut mengakibatkan
pertumbuhannya terhambat. Setelah dilakukan pengamatan selama 7 minggu maka
kami peroleh hasil bahwa polybag yang ditanami tanaman lebih sedikit maka
pertumbuhannya lebih cepat, sedangkan tumbuhan yang ditanami lebih banyak,
pertumbuhannya lebih lambat, Hal ini terjadi akibat persaingan yang terjadi
antara tumbuhan tersebut.
Pada
pengamatan minggu ke 8 Cyperus rotundus
yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C2 pada ulangan
C1 dengan tinggi tanaman 67 cm. Allium
cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol pada ulangan A2
dengan tinggi tanaman 35 cm. Allium
cepa pada perlakuan kontol ulangan A1, dan A2C2,
A2C4, A2C6, dan A2C8. sudah mati
baik itu pada ulangan A1 dan A2.
Dari pengamatan yang telah dilakukan selama 8 minggu didapatkaan bahwa
tanaman yang dapat bertahan hidup yaitu Cyperus
rotundus pada tiap perlakuan yang diberikan tumbuh dengan subur. Sedangkan
pada perlakuan kontrol hanya Allium cepa
ulangan ke 2 yang masih hidup, dengan keadaan morfologi daun hampir menguning
semua. Tanaman Cyperus rotundus dapat
tumbuh lebih subur karena penyebaran yang banyak di dalam suatu polibag dan juga memiliki akar tunas
yang dapat menghasilakan tunas Cyperus
rotundus baru. Hal ini sesuai menurut Odum (1971), bahwa untuk menyebarkan
tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar
tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuanbersaing yang
lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang .
Setelah selesai dilakukan
pengmatan, kemudian dihitung masing-masing berat basah dan berat kering pada
tiap perlakuan yang diberikan. Pada perlakuan kontol Allium cepa ulangan ke 2 memiliki berat basah 7,4 g dan berat
kering 1,15 g. Perlakuan A2C2 memiliki
rata-rata berat basah 4,3 g, dan berat kering 2,39 g, Perlakuan A2C4 memiliki rata-rata berat
basah 2,2 g, dan berat kering 1,46 g, Perlakuan A2C6 memiliki rata-rata berat basah 1,21 g,
dan berat kering 0,78 g, Perlakuan A2C8
memiliki rata-rata berat basah 1,85 g, dan berat kering 1,08 g. Berat
basah dan berat kering pada tiap perlakuan menunjukkan variasi yang sangat
berbeda. Berat basah yang paling tinggi yaitu pada Allium cepa ulangan ke 2, sedangkan berat kering yang
paling rendah terdapat pada Cyperus
rotundus perlakuan A2C6 , hal ini
dapat disebabkan karena Allium cepa memiliki kandungan air yang banyak pada
daunnya sedangkan kandungan air pada Cyperus
rotundus tidak terlalu banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1971),
bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi kompetisi pada tanaman adalah waktu
dan banyaknya jumlah cadangan makanan yang terdapat pada suatu tumbuhan, dimana
tumbuhan yang terdapat Cyperus rotundus
dalam polibag semakin banyak sehingga dapat menekan pertumbuhan Allium cepa. Hal ini sesuai menurut
pendapat bahwa lamanya tanaman sejenis hidup bersama, periode 25-30% pertama dari
daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang
disebabkan oleh persaingan.
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan:
1. Kompetisi intraspesifik
terjadi pada polibag 1 yaitu pada perlakuan kontrol dimana hanya
1 Allium cepa yang dapat tumbuh yaitu pada ulangan ke 2
dengan berat bersih Allium cepa yaitu 6,25 gram.
2. Kompetisi interspesifik
tertinggi terjadi pada polibag 2 pada minggu ke 5 dengan
kerapatan tanaman Cyperus rotundus sehingga pada minggu ini Allium cepa sudah mati.
3.
Kompetisi interspesifik terjadi pada setiap
perlakuan dimana berat bersih tertinggi Cyperus rotundus terdapat pada polibag
2, dengan berat bersih Cyperus rotundus yaitu
2,18 gram
5.2 Saran
Dianjurkan kepada praktikan untuk
melakukan penyiraman secara teratur selama pengamatan dan membuang semua gulma
penganggu yang tidak termasuk ke dalam perlakuan selama praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Begon,
M., J.L.Harper, and C.R.Townsend. 1990.
Ecology: individuals, populations and
communities, 2nd ed. Blackwell Sci. Publ., Cambridge, Mass. 945 p.
Budi, G.P.
dan O.D. Hajoenitijas. 2009. Kemampuan kompetisi beberapa varietas kedelai (Glicyne max) terhadap gulma alang-alang
(Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 7: 127-129.
Clapham,
W.B.. 1973. Natural Ecosystem. New
York: Mc.Millan Publishing, Inc.
Elfidasari, D.
2007. Jenis interaksi intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis kuntul
saat mencari makan di sekitar cagar alam Pulau Serang Dua, Provinsi Banten. Jurnal Biodiversitas 8: 266-269.
Fuller,J.H. and L.B.
Caronthus.1964. The Plant World (4rd
edition). USA: Holt, Ricard Winston, Inc.,
Gardner,
J. N., Baldridge, W. S., Gribble, R., Manley, K., Tanaka, K., Geissman, J. W.,
Gonzalez, M., and Baron, G. 1990Resul. ts from Seismic Hazards Trench #1
(SHT-1), Los Alamos Seismic Hazards Investigations; Los Alamos National
Laboratory unpublished report EES1-
Harter,H. L. (1961).
Expected values of normal order statistics. Bwmetrika, 48, 151-165.
Irwan, Z.D..
2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Kastono,
D. 2005. “Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam Terhadap Penggunaan
Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena odorata)”. Jurnal
Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2
Hal 103-116.
Molles,
M.C. Jr. 2002. Ecology: Concepts and Applications. The McGraw-Hill Companies,
Inc. New York.
Odum, E.P.
1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkan Tjahjono, S. dan Srigandono, B)
Penerbit Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Odum, E.P.
1983. Basic Ecology. CBS College
Publishing, United States of America.
Rao, P. 2000:
Taxonomic studies on Cryphaea (Cryphaeaceae, Bryopsida). 2. Revision of
Asian species. — Ann. Bot. Fennici 37: 45–56.
Setiadi,
Dedi, Muhadiono, Ayip Yusron.1989. Penuntun Praktikum Ekologi.PAU Ilmu Hayat
IPB. Bogor.
Wirakusumah,
S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar