Senin, 23 Mei 2016

Laporan Kompetisi



1.      PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Di alam organisme tidak hidup sendirian tetapi berdampingan dan saling berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak sejenis. Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif. Namun dalam praktikum ini yang diteliti adalah kompetisi yang terjadi antara Cyperus rotundus dan Allium cepa. Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan sumber daya yang terbatas (resource competition) atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis dengan kekuatan fisik (interference competition). Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individuyang tidak sejenis disebut interaksi interspesifik (Odum, 1971)
Dalam usaha mengkomposisikan jenis-jenis tanaman misalnya untuk keperluan estetika, perlu diketahui bahwa hubungan sesama tanaman tertentu memerlukan bantuan tanaman tertentu pula, misalnya untuk perlindungan. Tumbuh-tumbuhan dapat mengahasilkan zat-zat yang dapat merangsang atau meracuni jenis tumbuhan lain. Senyawa-senyawa ini dapat meracuni biji-biji tanaman yang ada disekitarnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan  sesama tanaman  yaitu adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut juga alelospoli. Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebut allelopati. Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan, 2007).
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono, 2005).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada waktu yang lebih awal. Faktor utama yang mempengaruh persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya kerapatan. Pengaruh persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan diameter batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta komponen dan daya hasil (Molles, 2002)
Secara teoritis, apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles ). Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua, yaitu kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative competition ), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas dan Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringi dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain (Odum, 1971).

1.2              Tujuan
Adapun tujuan pratikum kompetisi adalah untuk mengetahui kompetisi antara Allium cepa dengan Cyperus rotundus dengan berbagai perlakuan.























II.       TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesifik dan interspesifik. Interaksi interspesifik adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi intra spesifik adalah hubungan antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda. Secara garis besar, interaksi interspesifik dan intraspesifik dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu (1) netralisme yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling menguntungkan dan saling merugikan satu sama lain, (2) mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang saling menguntungkan, (3) parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu jenis makhluk hidup saja, sedangkan yang lainnya dirugikan, (4) predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk hidup terhadap makhluk hidup lain, (5) kooperasi yaitu hubungan antara dua makhluk hidup yang bersifat saling membantu antara keduanya, (6) komensalisme yaitu hubungan antara dua makhluk hidup yang satu mendapat keuntungan sedang yang lain dirugikan, (7) antagonis yaitu hubungan dua makhluk hidup yang saling bermusuhan (Elfidasari, 2007).
Beberapa spesies dapat hidup berdampingan di dalam sebuah komunitas sepanjang mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam suatu relung ekologi, meskipun relung mereka saling tumpang tindih. Kehidupan demikian dapat terpenuhi selama kebutuhan hidup terhadap sumber yang sama tersedia dalam jumlah yang berlebihan. Akan tetapi jika sumber kebutuhan terbatas, maka hubungan antarspesies akan berubah menjadi suatu bentuk persaingan atau kompetisi. Kompetisi adalah interaksi antara dua makhluk hidup yang mengakibatkan kedua makhluk hidup tersebut mengalami kerugian. Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat tanaman peka terhadap kompetisi , hal itu disebut periode kritis (Soejono, 2009).
Kompetisi adalah interaksi antara dua organisme yang berusaha untuk hal sama. Interaksi kompetisi biasanya interspesifik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan proses bertahan hidup oleh dua atau lebih spesies populasi. Interaksi kompetisi biasanya melibatkan ruang lingkup, makanan, nutrisi, cahaya matahari, dan tipe-tipe lain dari interaksi. Kompetisi interspesifik dapat menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari satu populasi menggantikan yang lain (Odum, 1983).
Kompetisi terjadi apabila tanaman mencapai tingkat pertumbuhan tertentu dan akan semakin keras dengan pertambahan ukuran tanaman dengan umur. Kemampuan suatu tanaman dipengaruhi oleh kemampuan suatu organ yang melakukan kompetisi. Daun dan akar merupakan bagian yang berperan aktif dalam kompetisi. Akar yang memiliki luas permukaan lebar, daun yang banyak, lebar, dan tersebar di seluruh tubuh tanaman akan meningkatkan kompetisi, akibatnya kompetisi tanaman pun tinggi (Fuller dan Caronthus, 1964).
Kompetisi menujukkan suatu tipe interaksi di mana dua individu atau lebih bersaing untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya terbatas, tempat hidup, dan lain-lain. Kompetisi inter spesifik bukanlah suatu kompetisi yang sederhana karena melibatkan berbagai tipe organisme sehingga memungkinkan terjadi hasil yang berbeda-beda. Jika dua spesies atau lebih terlibat dalam kompetisi secara langsung untuk memperebutkan hal yang sama, salah satu dari semuanya, lebih efisien dalam memanfaatkan sesuatu yang diperebutkan tadi maka individu itu akan bertahan hidup, sedang yang tidak dapat memanfaatkan secara efisien yang diperebutkan tadi akan punah (Clapham, 1973).
Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara individu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik (Setiadi, 1989).
Persaingan yang terjadi antara organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan (Odum, 1971). Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan lain – lain (Setiadi, 1989). Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).
         Harter (1961), mengatakan bahwa persaingan intraspesifik di gunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antar individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan intraspesifik terdiri atas  persaingan aktivitas dan persaingan sumber daya alam. Dua jenis populasi tumbuhan dapat bertahan bersama bila individu-individunya secara bebas di kendalikan oleh hal – hal sebagai berikut: perbedaan unsur hara, perbedaan sebab – sebab kematian, kepekaan terhadap berbagai senyawa racun, kepekaan terhadap faktor – faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang berbeda.
Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan, yaitu jenis tanaman.Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air. Kemudian faktor kedua adalah kepadatan tumbuhan. Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman. Selanjutnya penyebaran tanaman. Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi karena faktor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air. Terakhir waktu. Lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi(Harter, 1961).
Menurut Rao (2000), gulma dapat menjadi kompetitor dan merupakan faktor pembatas penting bagu produktivitas kedelai. Besarnya tingkat kerugian akibat persaingan dengan gulma sangat bervariasi bergantung pada populasi dan macam spesies gulma yang ada. Gulma yang sering dijumpai termasuk kategori noxious weed (gulma berbahaya dan sangat merugikan) serta sulit dikendalikan oleh herbisida maupun penyiangan, yaitu alang-alang dan teki (Budi, 2009).
Seleksi tanaman di lingkungan optimal memang memiliki banyak keuntungan, yaitu ditandai oleh heretabilitas tinggi dan kemajuan seleksi yang lebih besar karena ekspresi potensi genetik tanaman dapat mencapai maksimal dan terjadi akumulasi gen. Dengan terbatasnya lahan subur, maka budidaya tanaman mengarah pada lingkungan suboptimal. Kedelai yang ditanam secara tunggal dapat disebut sebagai budidaya pada lingkungan optimal. Sedangkan kedelai dan jagung disebut sebagai tanaman pada lingkungan yang suboptimal. Pada cara tanam secara tumpang sari, kompetisi hara air, dan radiasi surya adalah faktor lingkungan yang menyebabkan kedelai tumbuh dan berkembang pada kondisi suboptimal (Budi, 2009).







III.    PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis 5 Maret 2015. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu, berakhir hingga 29 April 2015 di rumah kaca, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3. 2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah alat tulis, pisau, timbagan, dan label tempel, poybag ukuran 5 kg, Sedangkan bahan yang digunakan yaitu tanah kebun yang dicampur pupuk (pupuk kandang),  Allium cepa dan Cyperus rotundus.

3.2 Cara Kerja
    Dimasukkan tanah gembur tanpa pupuk ke dalam polibag sebanyak dua per tiga bagian dari volume polybag, polybag petama  ditanam dua buah Allium cepa dan diberi label, polybag kedua ditanam dua Allium cepa dan dua Cyperus rotundus dan diberi label, polybag tiga ditanam dua Allium cepa dan  empat Cyperus rotundus dan diberi label, polybag empat ditanam dua Allium cepa dan  enam Cyperus rotundus dan diberi label, polybag lima ditanam dua Allium cepa dan delapan Cyperus rotundus dan diberi label. Kemudian dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun setiap minggu selama delapan minggu dan dilakukan perhitungan berat basah dan berat kering pada masing-masing perlakuan.








1V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan minggu ke 1 kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan
Tanaman
Tinggi (cm)
Jumlah daun (buah)
Keterangan
Kontrol
Alium cepa 1
3
3
Allium cepa tumbuh segar

Alium cepa 2
-
-
Allium cepa belum tumbuh
A2C2
Alium cepa 1
-
-
Allium cepa belum tumbuh

Alium cepa 2
2
2
T tumbuh segar

Cyperus  rotundus1
24,5
3
tumbuh segar

Cyperus rotundus 2
12
6
tumbuh segar
A2C4
Alium cepa 1
3,4
7
tumbuh segar

Alium cepa 2
5,5
5
tumbuh segar

Cyperus  rotundus1
15
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus12
9
2
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
12,5
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
22,5
2
tumbuh segar
A2C6
Alium cepa 1
6
3
tumbuh segar

Alium cepa 2
7,5
7
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 1
19
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
16,5
2
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
18
2
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
23
2
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
7
2
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
26
2
tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 1
13,5
5
tumbuh segar

Alium cepa 2
3
3
tumbuh segar

 
Cyperus  rotundus 1
15,5
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
24,5
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
6
-
Daun tidak dihitung

Cyperus  rotundus  4
20
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
8
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
12,5
2
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 7
11,5
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 8
13,5
4
tumbuh segar

Tabel 2.  Pengamatan minggu ke 2 kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan
Tanaman
Tinggi (cm)
Jumlah daun
(buah)
Keterangan
Kontrol
Alium cepa 1
33
26
Allium cepa tumbuh segar

Alium cepa 2
-
-
Allium cepa belum tumbuh
A2C2
Alium cepa 1
24,5
12
tumbuh segar

Alium cepa 2
11
7
tumbuh segar

Cyperus  rotundus1
34
5
tumbuh segar

Cyperus rotundus 2
27
4
tumbuh segar
A2C4
Alium cepa 1
33
22
tumbuh segar

Alium cepa 2
33
15
tumbuh segar
A2C4
Cyperus  rotundus1
22,5
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
41,5
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
31,2
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
43
3
tumbuh segar
A2C6
Alium cepa 1
35
18
tumbuh segar

Alium cepa 2
32
17
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 1
42
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
29
2
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
43
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
44,5
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
36
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
48
5
tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 1
30
13
tumbuh segar

Alium cepa 2
28
13
tumbuh segar

 
Cyperus  rotundus 1
26
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
41,5
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
35
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus  4
33
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
18,5
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
32
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 7
33
5
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 8
33,5
5
tumbuh segar

Tabel 3.  Pengamatan minggu ke 3 kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan
Tanaman
Tinggi (cm)
Jumlah daun
(buah)
Keterangan
Kontrol
Alium cepa 1
42,5
28
Allium cepa tumbuh segar

Alium cepa 2
5
5
Allium cepa sudah tumbuh
A2C2
Alium cepa 1
42,5
19
tumbuh segar

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus1
37
6
tumbuh segar

Cyperus rotundus 2
32,5
9
tumbuh segar
A2C4
Alium cepa 1
42,2
27
tumbuh segar

Alium cepa 2
46
17
tumbuh segar

Cyperus  rotundus1
23
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
53
5
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
42,2
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
47
3
tumbuh segar
A2C6
Alium cepa 1
42
23
tumbuh segar

Alium cepa 2
41,5
21
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 1
46
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
58,5
5
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
51
3
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
44,2
6
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
58,5
5
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
30
3
tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 1
46
13
tumbuh segar

Alium cepa 2
40,3
16
tumbuh segar

 
Cyperus  rotundus 1
30
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
53
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
45
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus  4
-
-
Daun tidak terhitung

Cyperus  rotundus 5
37,5
5
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
15
2
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 7
47
4
tumbuh segar

Cyperus  rotundus 8
38,5
4
tumbuh segar





Tabel 4.  Pengamatan minggu ke 4  kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
perlakuan
Tanaman
Tinggi
(cm)
Jumlah daun
(buah)
Keterangan
Kontrol
Alium cepa 1
37,5
36
Allium cepa tumbuh segar

Alium cepa 2
39
14
Allium cepa tumbuh segar
A2C2
Alium cepa 1
49
20
Allium cepa tumbuh segar

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus  1
55
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
21
4
Cyperus tumbuh segar, tetapi ada 1 daun yang layu

Anakan Cyperus  2
50
4
Cyperus tumbuh segar
A2C4
Alium cepa 1
43
25
Allium cepa tumbuh segar

Alium cepa 2
44
16
Allium cepa tumbuh segar

Cyperus  rotundus 1
24
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus  2
65
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
48
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
54
4
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 4
23,5
2
Cyperus tumbuh segar
A2C6
Alium cepa 1
47
25
Allium cepa tumbuh segar

Alium cepa 2
46
20
Allium cepa tumbuh segar

Cyperus  rotundus 1
58,5
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
36
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
63,5
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
58,5
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
38
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
67
3
Cyperus tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 1
52
15
Allium cepa tumbuh segar

Alium cepa 2
46
20
Allium cepa tumbuh segar

Cyperus  rotundus 1
30
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
58
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
30
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
48
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
45,5
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
16
2
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 6
58,5
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 7
51
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 8
42,5
4
Cyperus tumbuh segar

Tabel 5. Pengamatan minggu ke 5  kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
perlakuan
Tanaman
Tinggi (cm)
Jumlah daun
(buah)
Keterangan
Kontrol
Alium cepa 1
44
19
Daun hijau mulai layu

Alium cepa 2
44
13
Daun banyak menguning
A2C2
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
54,5
7
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
20
3
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 2
48
6
Cyperus tumbuh segar
A2C4
Alium cepa 1
34
9
Cyperus tumbuh segar

Alium cepa 2
40
22
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 1
22
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
64,5
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
42
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
55
4
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 4
26
3
Cyperus tumbuh segar
A2C6
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
42
13
Daun hijau mulai layu dan menguning

Cyperus  rotundus 1
58
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
69
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
60
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
36
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
37
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
46
5
Cyperus tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 1
38
12
Cyperus tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 2
40
14
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 1
31
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
56
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
46
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
46
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
45
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
59
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 7
55
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 8
Anakan Cyperus  rotundus 8
43,5
20
5
1
Cyperus tumbuh segar
Cyperus tumbuh segar

Tabel 6. Pengamatan minggu ke 6  kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
perlakuan
Tanaman
Tinggi (cm)
Jumlah daun
(buah)
Keterangan
Kontrol
Alium cepa 1
19
6
Daun sedikit menguning dan layu

Alium cepa 2
42
17
Daun sedikit menguning dan daun banyak yang sudah mati
A2C2
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
59
7
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
57,5
6
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 2
20
3
Cyperus tumbuh segar
A2C4
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
21
7
Layu

Cyperus  rotundus 1
22,3
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
49,5
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
32,5
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
51,5
4
Cyperus tumbuh segar

Ankan  Cyperus  rotundus 4
46,7
4
Cyperus tumbuh segar
A2C6
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
53
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
20
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
23
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
48,5
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
36
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
52,5
6
Cyperus tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
28,9
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
55,5
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
61
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
44
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
37,5
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
58,5
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 7
53,5
2
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 8
42
5
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 8
25
3
Cyperus tumbuh segar

Tabel 7. Pengamatan minggu ke 7  kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan
Tanaman
Tinggi (cm)
Jumlah daun
(buah)
Keterangan
Kontrol
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
49
14
Daun kuning dan layu
A2C2
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
62
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
20
3
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 1
Anakan  Cyperus  rotundus 2
63
22
7
9
Cyperus tumbuh segar
Cyperus tumbuh segar
A2C4
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
23
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
65
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
43
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
53
3
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 4
42
5
Cyperus tumbuh segar
A2C6
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
53
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
26
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
53
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
35
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
50
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
235,
5
Cyperus tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
30
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
57
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
62
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
48
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
50
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
62
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 7
54
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 8
54
5
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 8
38
3
Cyperus tumbuh segar
Tabel 8. Pengamatan minggu ke-8 kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan
Tanaman
Tinggi
(cm)
Jumlah daun
(buah)
Keterangan
Kontrol
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
35
13
Daun kuning dan layu
A2C2
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
67
7
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
60
7
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 1
Anakan  Cyperus  rotundus 2
40
3
Cyperus tumbuh segar
Cyperus tumbuh segar
A2C4
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
24
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
63
6
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
34
2
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
56
2
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 4
53
5
Cyperus tumbuh segar
A2C6
Alium cepa 1
-
-
Mati

Alium cepa 2
-
-
Mati

Cyperus  rotundus 1
55
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
32
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
24
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
51
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
37
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
57
5
Cyperus tumbuh segar
A2C8
Alium cepa 1
-

Mati

Alium cepa 2
-

Mati

Cyperus  rotundus 1
29
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 2
57
4
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 3
60
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 4
46,5
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 5
34
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 6
63
5
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 7
55
3
Cyperus tumbuh segar

Cyperus  rotundus 8
44
5
Cyperus tumbuh segar

Anakan  Cyperus  rotundus 8
36
4
Cyperus tumbuh segar

Tabel 9. Hasil pengukuran berat basah dan berat kering pada kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus pada tiap perlakuan.
Perlakuan
Tanaman
Berat basah (gram)
Berat kering (gram)
Berat besih (gram)
Kontrol
Alium cepa 2
7,4
1,15
6,25
A2C2
Alium cepa 1
-
-
-

Alium cepa 2
-
-
-

Cyperus  rotundus 1
4,2
2,02
                  2,18

Cyperus  rotundus 2
4,4
2,76
1,64
Rata-Rata

4,3
2,39
1,91
A2C4
Alium cepa 1
-
-
-

Alium cepa 2
-
-
-

Cyperus  rotundus 1
2,0
0,90
1,1

Cyperus  rotundus 2
2,2
1,60
0,6

Cyperus  rotundus 3
2,4
1,73
0,67

Cyperus  rotundus 4
2,2
1,63
0,57
Rata-Rata

2,2
1,46
0,74
A2C6
Alium cepa 1
-
-
-

Alium cepa 2
-
-
-

Cyperus  rotundus 1
1,87
1,17
0,7

Cyperus  rotundus 2
1,00
0,49
0,51

Cyperus  rotundus 3
2,00
1,73
0,27

Cyperus  rotundus 4
1,2
0,87
0,33

Cyperus  rotundus 5
0,7
0,25
0,45

Cyperus  rotundus 6
0,50
0,20
0,3
Rata-Rata

1,21
0,78
0,43


A2C8
Alium cepa 1
-
-
-

Alium cepa 2
-
-
-

Cyperus  rotundus 1
1,20
1,04
0,16

Cyperus  rotundus 2
1,25
1,05
0,2

Cyperus  rotundus 3
1,00
0,63
0,37

Cyperus  rotundus 4
1,75
1,51
0,24

Cyperus  rotundus 5
2,50
2,29
0,21

Cyperus  rotundus 6
2,00
0,82
1,18

Cyperus  rotundus 7
2,5
1,35
1,15

Cyperus  rotundus 8
2,5
1,00
1,5
Rata-Rata

1,85
1,08
0,77

Berdasarkan data dan tabel diatas  dapat dlihat bahwa pada pengamatan pertama dan pengukuran pertama Allium cepa dan Cyperus rotundus diperoleh tinggi tanaman yang bervariasi dan jumlah daun yang bervariasi. Allium cepa  rata-rata sudah tumbuh, namun pada perlakuan kontrol Allium cepa belum mengalami pertumbuhan. Tanaman Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan C6 dengan tinggi tanaman 26 cm dan Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C8 pada ulangan A1 dengan tinggi tanaman 13,5 cm. Pengamatan pada minggu ke 2 tanaman Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan C6 dengan tinggi tanaman 48 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan A1 dengan tinggi tanaman 35 cm. Pada minggu ke 2 terlihat pertumbuhan Allium cepa terjadi lebih cepat daripada Cyperus rotundus. Dari hasil yang diperoleh dan amati dapat dilihat bahwa memang terjadi kompetisi interspesies  antara Cyperus rotundus sebagai tumbuhan gulma dengan Allium cepa. Hal ini menunjukakan bahwa kompetisi pada tanaman terjadi mulai dari awal pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soejono (2009), bahwa kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat tanaman peka terhadap kompetisi , hal itu disebut periode kritis.............................  
Pengamatan minggu ke 3 tanaman Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan C5 dengan tinggi tanaman 58 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C8 pada ulangan A1 dengan tinggi tanaman 46 cm. Allium cepa yang pada minggu sebelumnya pada perlakuan kontrol belum tumbuh pada minggu ke 3 sudah tumbuh dengan tinggi 5 cm. Pertambahan tinggi tanaman yang bervariasi pada tiap perlakuan menunjukakan bahwa tanaman salaing berkonpetisi untuk memperoleh sumberdaya. Kompetisi dapat dibuktikan dengan jumlah tanaman pada tiap perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elfidasari (2007) bahwa kompetisi dapat dibuktikan dengan percobaan kepadatan tanaman pada suatu luas lahan tertentu. Tekanan kompetisi pada jarak tertentu relatif konstan, karena tanaman dapat mempunyai sifat penyesuaian. Tanaman tumbuh dengan baik pada jarak tanam lebar dan akan buruk pada jarak tanam sempit, sehingga tekanan kompetisi akan relatif konstan.
Pengamatan minggu ke 4 tanaman Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan C6 dengan tinggi tanaman 67 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C8 pada ulangan A1 dengan tinggi tanaman 52 cm. Allium cepa pada perlakuan A2C2 sudah mati dalam artian sudah kalah dalam berkompetisi. Pada pengamatan juga terdapat jumlah daun yang berkurang dari minggu sebelumnya yang disebabkan oleh daun yang mati dan layu. Baik pada tanaman Allium cepa maupun pada Cyperus rotundus. Tumbuhan yang mempunyai daun yang layu dan mati tidak dihitung sebagai jumlah yang akan diukur dalam pengamatan, sehingga jumlah daun berkurang. Hal ini sesuai menurut pendapat Elfidasari (2007) bahwa apabila unsur pertumbuhan ini belum terpenuhi secara optimal, maka bisa saja pertumbuhan tanaman akan terhambat.
            Pada pengamatan minggu ke 5 tanaman Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan C2 dengan tinggi tanaman 69 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C8 pada ulangan A1 dan A2 dengan tinggi tanaman 44 cm. Allium cepa pada perlakuan A2C2 sudah mati baik itu pada ulangan A1 dan A2. Hal ini membuktikan bahwa Allium cepa sudah kalah dalam berkompetisi. Selain itu Cyperus rotundus  pada minggu ini tumbuh dengan subur dan pada beberapa Cyperus rotundus yang memiliki anakan yang ukuran tingginya lebih besar daripada induknya.
Pada pengamatan minggu ke 6 Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C6 pada ulangan C6 dengan tinggi tanaman 58,5 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol pada ulangan A2 dengan tinggi tanaman 42 cm. Allium cepa pada perlakuan A2C2, A2C4, A2C6, dan  A2C8. sudah mati baik itu pada ulangan A1 dan A2. Pada minggu ini pada Allium cepa banyak ditumbuhi gulma pada tiap perlakuan sehingga tanaman yang ditumbuhi banyak gulma mulai mengalami defisiensi dan bahkan beberapa helai daunnya mati. Hal ini didukung oleh pendapat Clapham (1973), ruang merupakan faktor yang penting dalam persaingan antar spesies karena ruang sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi tumbuhan. Ruang yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Faktor utama yang memengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya adalah kerapatan. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan tinggi tanaman yang ada.
Pada pengamatan minggu ke 7 Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C2 pada ulangan C2 dengan tinggi tanaman 65 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol pada ulangan A2 dengan tinggi tanaman 49 cm. Allium cepa pada perlakuan kontol ulangan A1, dan A2C2, A2C4, A2C6, dan  A2C8. sudah mati baik itu pada ulangan A1 dan A2. Hal ini akan membuktikan bahwa kompetisi intraspesifik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wirakusumah (2003), Kompetisi intraspesifik adalah persaingan yang terjadi pada tanaman yang ditanam pada tempat yang sama. Kompetisi dapat terjadi karena tumbuhan tersebut saling memperebutkan unsur hara yang terdapat dalam tanah dimana kedua tanaman tersebut ditanam. Terjadinya kompetisi antara tanaman sejenis tersebut mengakibatkan pertumbuhannya terhambat. Setelah dilakukan pengamatan selama 7 minggu maka kami peroleh hasil bahwa polybag yang ditanami tanaman lebih sedikit maka pertumbuhannya lebih cepat, sedangkan tumbuhan yang ditanami lebih banyak, pertumbuhannya lebih lambat, Hal ini terjadi akibat persaingan yang terjadi antara tumbuhan tersebut.
Pada pengamatan minggu ke 8 Cyperus rotundus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A2C2 pada ulangan C1 dengan tinggi tanaman 67 cm. Allium cepa yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol pada ulangan A2 dengan tinggi tanaman 35 cm. Allium cepa pada perlakuan kontol ulangan A1, dan A2C2, A2C4, A2C6, dan  A2C8. sudah mati baik itu pada ulangan A1 dan A2.
Dari pengamatan yang telah dilakukan selama 8 minggu didapatkaan bahwa tanaman yang dapat bertahan hidup yaitu Cyperus rotundus pada tiap perlakuan yang diberikan tumbuh dengan subur. Sedangkan pada perlakuan kontrol hanya Allium cepa ulangan ke 2 yang masih hidup, dengan keadaan morfologi daun hampir menguning semua. Tanaman Cyperus rotundus dapat tumbuh lebih subur karena penyebaran yang banyak di dalam  suatu polibag dan juga memiliki akar tunas yang dapat menghasilakan tunas Cyperus rotundus baru. Hal ini sesuai menurut Odum (1971), bahwa untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuanbersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang .
            Setelah selesai dilakukan pengmatan, kemudian dihitung masing-masing berat basah dan berat kering pada tiap perlakuan yang diberikan. Pada perlakuan kontol Allium cepa ulangan ke 2 memiliki berat basah 7,4 g dan berat kering 1,15 g. Perlakuan A2C2 memiliki rata-rata berat basah 4,3 g, dan berat kering 2,39 g, Perlakuan A2C4 memiliki rata-rata berat basah 2,2 g, dan berat kering 1,46 g, Perlakuan A2C6  memiliki rata-rata berat basah 1,21 g, dan berat kering 0,78 g, Perlakuan A2C8 memiliki rata-rata berat basah 1,85 g, dan berat kering 1,08 g. Berat basah dan berat kering pada tiap perlakuan menunjukkan variasi yang sangat berbeda. Berat basah yang paling tinggi yaitu pada Allium cepa ulangan ke 2, sedangkan berat kering yang paling rendah terdapat pada Cyperus rotundus perlakuan A2C6 , hal ini dapat disebabkan karena Allium cepa memiliki kandungan air yang banyak pada daunnya sedangkan kandungan air pada Cyperus rotundus tidak terlalu banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1971), bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi kompetisi pada tanaman adalah waktu dan banyaknya jumlah cadangan makanan yang terdapat pada suatu tumbuhan, dimana tumbuhan yang terdapat Cyperus rotundus dalam polibag semakin banyak sehingga dapat menekan pertumbuhan Allium cepa. Hal ini sesuai menurut pendapat bahwa lamanya tanaman sejenis hidup bersama, periode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan:
1.    Kompetisi intraspesifik terjadi pada polibag 1 yaitu pada perlakuan kontrol dimana hanya 1 Allium cepa  yang dapat tumbuh yaitu pada ulangan ke 2 dengan berat bersih Allium cepa  yaitu 6,25 gram.
2.    Kompetisi interspesifik tertinggi terjadi pada polibag 2 pada minggu ke 5 dengan
kerapatan tanaman Cyperus rotundus sehingga pada minggu ini Allium cepa  sudah mati.
3.    Kompetisi interspesifik terjadi pada setiap perlakuan dimana berat bersih tertinggi  Cyperus rotundus terdapat pada polibag 2, dengan berat bersih Cyperus rotundus yaitu 2,18 gram

5.2  Saran
Dianjurkan kepada praktikan untuk melakukan penyiraman secara teratur selama pengamatan dan membuang semua gulma penganggu yang tidak termasuk ke dalam perlakuan selama praktikum.








DAFTAR PUSTAKA

Begon, M., J.L.Harper, and C.R.Townsend. 1990. Ecology: individuals, populations and communities, 2nd ed. Blackwell Sci. Publ., Cambridge, Mass. 945 p.
Budi, G.P. dan O.D. Hajoenitijas. 2009. Kemampuan kompetisi beberapa varietas kedelai (Glicyne max) terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 7: 127-129.
Clapham, W.B.. 1973. Natural Ecosystem. New York: Mc.Millan Publishing, Inc.
Elfidasari, D. 2007. Jenis interaksi intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis kuntul saat mencari makan di sekitar cagar alam Pulau Serang Dua, Provinsi Banten. Jurnal Biodiversitas 8: 266-269.
Fuller,J.H. and L.B. Caronthus.1964. The Plant World (4rd edition). USA: Holt, Ricard Winston, Inc.,
Gardner, J. N., Baldridge, W. S., Gribble, R., Manley, K., Tanaka, K., Geissman, J. W., Gonzalez, M., and Baron, G. 1990Resul. ts from Seismic Hazards Trench #1 (SHT-1), Los Alamos Seismic Hazards Investigations; Los Alamos National Laboratory unpublished report EES1-
Harter,H. L. (1961). Expected values of normal order statistics. Bwmetrika, 48, 151-165.
Irwan, Z.D.. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Kastono, D. 2005. “Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam Terhadap Penggunaan Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena odorata)”. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2 Hal 103-116.
Molles, M.C. Jr. 2002. Ecology: Concepts and Applications. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.
Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkan Tjahjono, S. dan Srigandono, B) Penerbit Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. CBS College Publishing, United States of America.
Rao, P. 2000: Taxonomic studies on Cryphaea (Cryphaeaceae, Bryopsida). 2. Revision of Asian species. — Ann. Bot. Fennici 37: 45–56.
Setiadi, Dedi, Muhadiono, Ayip Yusron.1989. Penuntun Praktikum Ekologi.PAU Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Soejono, A.T. 2009. Ilmu Gulma. http://www.ilmu_gulma.edu.net . Diakses pada tanggal 26 Maret 2011.
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar