Senin, 23 Mei 2016

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI, DAN EVAPORASI



HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI, DAN EVAPORASI

RIMA MELATI (1310421092)
KELOMPOK 3 A (KELAS C)
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang

                                                            ABSTRAK
 Air merupakan salah satu komponen yang penting bagi tanaman. Di dalam tubuh tanaman air berfungsi sebagai pelarut juga merupakan penyusun utama tubuh tanaman seperti sitoplasma. Kemudian air pada tanama juga akan mengalami peristiwa traspirasi dan evaporasi.  Praktikum ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015, Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tumbuhan dengan air serta mengetahui konsep transpirasi dan evaporasi.  Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tumbuhan dengan air, transpirasi, dan evaporasi pada tumbuhan. Pengamatan ini dilakukan dengan tiga percobaan, yaitu mengukur kadar air yang ada pada bagian tanaman, mengukur turgiditas relatif dan defisit air dari jaringan tumbuhan, dan menghitung luas daun, laju evaporasi serta transpirasi dari lembar daun. Hasil yang didapatkan yaitu berat setelah di oven lebih kecil dibandingkan dengan berat sampel sebelum di oven.Hasil dari pengamatan kedua adalah berat daun sebelum dijemur lebih besar dibandingkan dengan berat setelah dijemur, trasnpirasi stomata lebih cepat dari pada trasnpirasi kutikula, dan apabila daun diberi sukrosa stomata akan membuka serta jika diberi NaCl stomata akan menutup.
Kata kunci: defisit, evaporasi, turgid, transpirasi,


PENDAHULUAN
Air merupakan substansi yang sangat penting bagi tumbuhan, tanpa air maka tumbuhan tidak dapat hidup. Hampir setiap proses dalam tumbuhan dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh ada dan tidaknya ketersediaan air pada tumbuhan. Air merupakan salah satu komponen organik. Di dalam tubuh tumbuhan air berfungsi sebagai penyusun protoplasma, pelarut dan transportasi zat makanan (Kramer,1980).
Tanaman dapat menyerap air dari tanah yang merupakan campuran kompleks dari fase padat,cair dan gas yang porsi relatifnya berbeda dari satu tanah dengan tanah lainnya. Air di dalam tanah dan hubungan dengan zat-zat padat, baik untuk penggabungan untuk koloid-koloid tanah maupun mengisi pori-pori sempit tanah. Air sangat diperlukan bagi tanaman, kebutuhan pada tanaman untuk transpirasi, evapotranspirasi, dan fotosintesis karena air merupakan pelarut utama dari unsur hara tanaman, sebagai pembawa unsur hara dari tanah dan dari suatu jaringan ke jaringan lain (Dwidjoseputro,1993).
Air dapat melarutkan lebih banyak jenis bahan kimia dibandingkan dengan zat cair lainnya. Sifat ini disebabkan karena air memiliki konstanta dielektrik yang paling tinggi. Konstanta dielektrik merupakan ukuran dari kemampuan tanaman untuk menetralisir daya tarik menarik antara molekul dan atom yang bermuatan listrik berbeda. Oleh sebab itu, air merupakan pelarut yang sangat baik bagi ion-ion yang bermuatan positif ataupun negatif. Sisi positif molekul air dapat mengikat anion sedangkan sisi negatifnya akan mengikat kation. Sehingga molekul-molekul air seolah-olah membentuk pembungkus bagi ion-ion tersebut. Fenomena ini menyebabkan ion-ion tersebut tidak dapat menyatu untuk membentuk kristal atau endapan (Salisbury dan Ross,1995).
Air tidak saja masuk ke dalam jaringan tanaman, tetapi juga keluar berupa uap air. Proses ini disebut transpirasi dan jika keluar berupa cairan disebut gutasi. Dari sejumlah air yang diserap hanya 0,1-0,3% yang dilepaskan. Akibat masuknya air kedalam jaringan tanaman menyebabkan terjadinya pengembangan dinding sel. Yang akhirnya akan menimbulkan terjadinya desakan untuk tekanan tersebut. Tekanan itu disebut tekanan turgor dan sel dalam keadaan turgid (Dwidjoseputro,1993).
Fungsi penting air dalam tumbuhan adalah untuk menjaga turgiditas sel. Ada 3 macam tipe transpirasi yaitu transpirasi stomata, kutikula, dan lentisel. Transpirasi stomata merupakan bentuk paling umum dan kira-kira 90 % total transpirasi. Stomata terdapat pada permukaan daun, epidermis batang muda dan buah yang muda. Lentisel terdapat pada periderm batang berkayu dan buah sebagai ventilator. Transpirasi melalui lentisel hanya kurang lebih 8%.Transpirasi kutikula terjadi sekitar 10% dari transpirasi total. Transpirasi kutikula umumnya sangat sulit terjadi karena kebanyakan daun memiliki kutikula yang tidak permeabel terhadap air (Suseno, 1972).
Dalam hal hubungan tanah dengan air, ada beberapa hal yang penting antara lain yaitu kapasitas lapang dan laju atau titik laju permanen. Kapasitas lapang merupakan kadar air tanah apabila hujan tidak lagi mengalir ke bawah atau daya absorbsinya seimbang dengan daya tarik bumi. Kapasitas lapang ini berbeda menurut jenis tanah, tanah pasir kapasitas lapangnya 3%, sedangkan pada tanah liat kapasitas lapangnya adalah 40% (Dermawan dan Baharsyah,1983).
Air diserap masuk ke jaringan tanaman melalui proses difusi, osmosis dan imbibisi. Kekurangan air bagi tumbuhan tidaklah sama. Hal ini tergantung kepada ketahanan pada masing-masing tanaman terhadap kekeringan, yang dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiologi, anatomi dan morfologi tanaman tersebut (Dwijoseputro,1993).
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989).
Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995).
Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air (Lakitan, 1994). Sedangkan evaporasi (penguapan) adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada di bumi bila terjadi proses evaporasi akan hilang ke atmosfer menjadi uap air. Faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi : radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara dan angin. Tempat-tempat dengan radiasi matahari tinggi mengakibatkan evaporasi tinggi, karena evaporasi memerlukan energi. Umumnya radiasi matahari tinggi diikuti suhu udara tinggi dan kelembaban udara rendah. Kedua hal ini dapat memacu terjadinya evaporasi. Angin yang kencang membuat kelembaban udara rendah, hal ini pun memacu evaporasi. Laju evaporasi sangat tergantung pada masukan energi yang diterima. Semakin besar jumlah energi yang diterima, maka akan semakin banyak molekul air yang diuapkan. Sumber energi utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari. Oleh sebab itu, laju evaporasi yang tinggi tercapai pada waktu sekitar tengah hari (solar noon). Selain masukan energi, laju evaporasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara di atasnya. Laju evaporasi akan semakin terpacu jika udara diatasnya kering (kelembaban rendah), sebaliknya akan terhambat jika kelembaban udaranya tinggi (Lakitan, 1994).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum air sebagai komponen tumbuhan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 16 Maret 2015, yang bertempat di Laboratorium Teaching IV, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
Dalam praktikum ini digunakan alat-alat sebagai berikut kotak karton, timbangan, oven, cork borer, petridish, jepitan kertas, dan gunting. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain daun dan ranting Morinda citrifolia, daun kecambah Zea mays umur 14 hari, daun Dendrobium sp. aquadest, dan vaselin. Dalam praktikum ini ada tiga percobaan yang dilakukan, antara lain:

Pengukuran Kadar Air Jaringan Tumbuhan
Ditimbang bahan yang segar seberat 10 gram dan dibuat 3 sampel. Kemudian masing-masing sampel disimpan dalam kotak karton dan selanjutnya dipanaskan dalam oven dengan suhu 80oC. Pemanasan dilakukn sampai berat konstan. Berat yang hilang dari bahan yang dipanaskan, merupakan berat air yang dikandung bahan tersebut. Lalu kadar air tumbuhan dengan rumus sebagai berikut :

% BB =
% BK =



Pengukuran Turgiditas Relatif Jaringan Tumbuhan
Dibuat potongan daun dengan menggunakan cork borer sebanyak 10 buah dari tanaman yang tanahnya dalam keadaan kapasitas lapang dan 10 buah lagi dari tanaman yang tanahnya agak kering. Berat masing-masing potongan daun ditimbang dan dicatat berapa beratnya. Berat ini disebut berat segar (BS). Kemudian potongan- potongan daun dimasukkan ke dalam petridish dan diisi aquadest. Petridish ditutup dan diletakkan pada ruangan dengan penerangan lampu neon yang berintensitas +25 lumen / sq-ft selama 3 jam. Setelah 3 jam, potongan daun diambil, kelebihan air dihilangkan dengan menggunakan kertas dengan meletakkan potongan daun di atas kertas saring, lalu berat daun ditimbang. Berat ini disebut dengan Berat Turgid (BT). Selanjutnya potongan daun dikeringkan dalam oven dengan suhu 800C sampai kering, lalu berat kering (BK) ditimbang. Dihitung berapa besar Turgiditas Relatif (TR) dan Water Defisit (WD) dari daun dengan rumus:

TR =
Besarnya defisit air dihitung dengan rumus :
Wd =

WD = water defisisit dari daun.




Perhitungan Luas Permukaan Daun, Perkiraan Laju Evaporasi, Transpirasi Permukaan Dorsiventral Daun

a. Menghitung Luas Daun
Diambil lembaran daun dari tanaman Switenia mahagoni (3 lembar), lalu tempelkan pada selembar kertas yang telah diketahui berat dan luasnya. Selanjutnya lembaran daun jiplakan pada kertas tersebut. Kemudian jiplakan gambar daun digunting dan ditimbang. Dengan demikian luas daun dapat dihitung dengan rumus :


b. Perkiraan Kecepatan Evaporasi Daun
Diambil lembaran daun yang telah diketahui luas permukaannya tadi, kemudian ditimbang dan digantung dengan jepitan kertas di dalam ruangan atau sinar matahari langsung. Dalam interval waktu tertentu (30 menit) dilakukan penimbangan terhadap daun tersebut (penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali). Lalu buat daftar penimbangan pengurangan berat daun selama evaporasi. Lalu masukkan ke dalam rumus :

c. Perkiraan Laju Respirasi Daun Permukaan Dorsiventral
Diambil dua lembar daun yang telah diketahui luasnya pada percobaan a lalu ditimbang dan kemudian direndam dalam air dan dikeringkan dengan kertas tissue. Daun pertama diolesi vaselin pada permukaan atasnya dan yang kedua pada permukaan bawahnya, dan ditimbang kembali. Kedua daun tersebut diletakkan pada panas matahari selama 1 jam atau lebih, dan ditimbang kembali. Lalu bandingkan hasil antara transpirasi kutikula dari permukaan atas dan transpirasi stomata dari permukaan bawah.

Struktur Stomata dan Aktifitas Membuka-Menutup Stomata
Diambil daun Dendrobium sp, kemudian daun disayat untuk diambil jaringan epidermisnya. Setelah itu sayatan daun yang telah diperoleh diletakkan daiatas kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop. Setelah diperoleh aktivitas stomata kemudian ditambahkan sukrosa dan amati lagi dibawah mikroskop dan amati aktivitas membuka-menutup stomata. Setelah diketahui hasilnya kemudian ditambahkan Nacl dan  amati lagi dibawah mikroskop dan amati aktivitas membuka-menutup stomata. Tiap stomata yang tampak pada mikroskop tiap masing-masing percobaan lalu didokumentasikan.




HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilakuakn diperoleh hasil sebagai berikut :
3.1 Pengukuran Kadar Air Jaringan Tumbuhan
Hasil pengukuran kadar air jaringan tumbuhan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.Hasil pengukuran kadar air jaringan tumbuhan

Bagian
Berat Basah (gr)
Berat Kering (gr)
Kadar Air (%)
%BB
%BK
Ranting 1
10
1,38
86,2
624,6
Ranting 2
10
1,50
85
566,6
Ranting 3
10
1,79
82,5
458,6
rerata
10
15,5
84,5
549,9
Daun 1
10
2,00
80
400
Daun 2
10
1,95
80,5
412,8
Daun 3
10
2,15
78,5
365,1
Rerata
10
2,03
79,6
392,6

Dari tabel dapat dilihat bahwa kadar air untuk tiap-tiap jenis tanaman berbeda-beda. Kadar air pada ranting lebih kecil dibanding kadar air pada daun. Pada bagian ranting juga dapat dilhat bahwa dimana berat awal dari ranting ini adalah 10 gram, setelah dioven beratnya berkurang. Pada sampel pertama beratnya 1,38 gr, pada sampel kedua 1,50  gr, pada sampel ketiga 1,79 gr. Dari berat kering tersebut dapat dihitung berat air yang terkandung di dalam ranting kayu itu adalah 7 sampai 8 gram. Dari sini dapat kita lihat perbandingan yang terdapat pada berat air di dalam ranting dan di dalam daun. Pada daun banyak terdapat kandungan air karena pada daun air sangat berperan penting dalam melakukan proses fotosintesis.
            Pada daun Morinda citrifolia berat pertama dari masing-masing sampel daun adalah 10 gram tetapi setelah dioven berat tersebut berkurang menjadi 2,00  gram pada sampel pertama, 1,95  pada sampel kedua, dan pada sampel ketiga 2,15. Dari berat kering itu dapat dihitung berat kandungan air yang terdapat pada daun itu adalah dimana berat awalnya 10 gram dikurang dengan berat kering tersebut maka didapatkan hasil berat air. Disini dapat kita buktikan bahwa kandungan air di dalam tubuh tumbuhan sangat banyak terbukti bahwa kadar air pada daun saja dapat mencapai6 sampai 8 gram air. Dari segi bentuk daun juga dapat mempengaruhi banyaknya air yang terdapat di dalam daun tersebut. Sesuai dengan yang diungkapkan Masdar (2003), kandungan air di daun juga dipengaruhi tebal dan luas daun, atau dalam arti kata jumlah parenkim yang mampu menampung sejumlah air. Semakin banyak sel parenkim daun maka kandungan airnya semakin banyak pula.
            Air dapat diserap dari pori di atas ke dalam sitoplasma melalui cara osmosis melintasi membran semi-permeabel. Potensi osmosis dalam sitoplasma tergantung pada meta-bolisme. Proses-proses seperti penye-rapan ion secara aktif, sinteisis asam organik dan sintesis gula akan menurunkan potensi osmosis (air) dalam sel dan berakibat mening-katkan penyerapan air (Masdar, 2003).
3.2  Pengukuran Turgiditas Relatif Jaringan Tumbuhan
Hasil pengukuran turgiditas relatif jaringan tumbuhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil pengukuran turgiditas relatif dan WaterDefisit
Keadaan
BS (gr)
BK (gr)
BT (gr)
TR (%)
DA (%)
Kering (gr)
0,03
0,04
0,00
25
75
Basah (gr)
0,05
0,04
0,01
-0,02
1
Keterangan :   BS = berat segar
                                    BK = berat kering
                        BT = berat turgid
                        TR = turgiditas relatif
                        DA = defisit relatif
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa turgiditas relatif tanaman Zea mays pada tanah yang basah berbeda dari turgiditas tanaman pada tanah kering (tanaman yang tidak disiram selama 2 hari.Sedangkan waterdefisit lebih besar pada tanaman yang tanahnya kering daripada tanah yang basah. Hal ini dapt disebabkan karena sel tumbuhan kehilangan air sehingga terjadi proses pengupan. Hal ini didukung oleh pernyataa Khairunna (2000), yang menyatakan bahwa lingkungan yang kering mengakibatkan sel tumbuhan kehi-langan air dari jalur metabolisme ataupun penguapan. Kondisi kekura-ngan ini menyebabkan tingginya defisit relatif. Hal ini terjadi seiring dengan berkurangnya turgiditas sel karena potensial air dinding sel berkurang. Hal sebaliknya terjadi pada lingkungan dengan lingkungan yang basah.
            Sedangkan besar nilai turgiditas relative diperoleh bahwa niali turgiditas relatife nay tidak sama besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada daun yang tidak disiram selama 2 hari, kamampuan jaringan tanaman untuk mempertahankan jumlah air dan penurunan kuantitasa dalam jaringan tumbuhan tersebut  tidak seimbang.
Menurut Devlin dan Withan (1983), turgiditas relatif adalah perkiraan isi sel terhadap dinding sel dan waterdefisit adalah perkiraan kekurangan air pada sel tersebut. Menurut Noggle dan Fritz (1979), yang menyatakan bahwa tumbuhan  seakan mengalami turgiditas apabila berada pada lingkungan yang banyak airnya sehingga air tersebut akan masuk ke dalam sel sampai dinding sel tidak mampu membesar.
Gambar 1. Saat disinari neon
Gambar 2. Setelah disinari neon

3.3       Perhitungan Luas Permukaan Daun, Perkiraan Laju Evaporasi dan Transpirasi Permukaan Dor-siventral Daun
Tabel 3. Menghitung Luas Daun
Daun
Berat
Luas
Kertas
Daun
Kertas
Daun
1
4,84
1,76
624,56
227,11
2
4,48
2,73
624,5
349,36
3
4,36
1,84
624,56
263,57

Berdasarkan hasil pratikum yang tertera pada tabel 3, dapat diketahui masing-masing luas permukaan daun Morinda citrifolia relatif berbeda, perbedaan yang sangat bervariasi karena pemilihan ukuran daun yang diambil secara acak. Wilkins (1984) menyatakan bahwa luas suatu permukaan daun dapat dihitung berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas. Metoda ini dipilih didasarkan pada teknis dan prinsipnya yang sederhana.



Tabel 4. Perkiraan Kecepatan eva-porasi Daun (waktu 20 menit)
Daun
BP (gr)
LD (cm2)
E(gr/cm2/menit)
1
0,26
338
16,9
2
0,59
501,5
25,075
3
0,11
388,5
19,425




Tabel 5. Perkiraan Kecepatan eva-porasi Daun (waktu 40 menit)
Daun
BP (gr)
LD (cm2)
E(gr/cm2/menit)
1
-366,06
0,02
457,57
2
0,69
2 x 10 -4
862,5
3
0,11
6 x 10 -4
429,16




Tabel 6. Perkiraan Kecepatan eva-porasi Daun (waktu 60 menit)
Daun
BP (gr)
LD (cm2)
E(gr/cm2/menit)
1
0,85
4 x 10 -4
354,16
2
0,05
1 x 10 -4
833,3
3
0,92
3 x 10 -4
511,1



Keterangan :   BP = besar penguapan
                        LD = luas permukaan daun
                        E   ­ = kecepatan evaporasi


Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa kecepatan evaporasi dari masing-masing daun berbeda. Tumbuhan akan mengalami evaporasi dari dalam tumbuhan (transpirasi) sehingga tumbuhan tersebut akan mengeluarkan uap air. Karena uap air dikeluarkan, maka akan terjadi pengurangan berat dari tumbuhan tersebut. Besar pengurangan tersebut  dalam interval waktu tertentu dibagi dengan luas permukaan daun itulah disebut kecepatan transpirasi.  
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk mengetahui kecepatan evaporasi yang terjadi pada daun Morinda citrifolia dilkukan 3 percobaan yang sama dengan waktu yang berbeda.  Pada tabel 4,5 dan 6 dapat diketahui bahwa daun Morinda citrifolia memiliki kecepatan evaporasi yang berbeda-beda. Pada rentan waktu 20 menit kecepatan evaporasi dari ke 3 daun yang digunakan yaitu 16,9, 25,075, dan 19,425 gr/cm2/menit. Dari data tersebut dapat dikatakan abhwa kecepatan evaporasi sangat dipengaruhi oleh oleh luas permukaan daun. Begitu juga dengan kecepatan evaporasi pada daun dengan rentan waktu 40 menit dan 60 menit juga diperoleh kecepatan evaporasi yang terjadi pada daun berbeda-beda. Artinya kecepatan evaporasi tidak dipengaruhi oleh lamanya waktu yang digunakan untuk proses transpirasi melainkan sanagt dipengaruhi oleh besarnya penguapan dan luas permukaan daun.
Menurut Salisbury dan Ross (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi antara lain faktor luar yaitu radiasi, temperatur, kebasahan udara, tekanan udara, dan angin. Sedangkan faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri antara lain ukuran tebal tipisnya permukaan daun, ada tidaknya lapisan lilin, jumlah, bentuk, dan lokasi stomata, serta ada tidaknya bulu pada permukaan daun.
Tabel 7. Perkiraan Laju Respirasi Daun Permukaan Dorsiventral
Daun
Sampel
Berat awal (sebelum diolesi vaselin)
Berat akhir (setelah diolesi vaselin)
Dipermukaan atas
D1
3,64 gr
3,76 gr
Dipermukaan bawah
D2
3,40 gr
3,42 gr

Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa transpirasi stomata lebih cepat dari pada transpirasi kutikula, ini mungkin disebabkan jumlah stomata lebih banyak dari pada kutikula, dan dikarenakan letak kutikula di atas permukaan daun, masih ada organ tambahan pada tumbuhan yang dapat menghambat transpirasi di kutikula, seperti bulu-bulu halus di permukaan daun. Daun yang diolesi vaselin pada permukaan atas daun lebih berat yaitu 3,64 gram dari pada permukaan daun bagian bawah 3,40 gram. Setelah dijemur transpirasi langsung berjalan dengan lambat. Hal ini dibuktikan dengan naiknya berat daun. Hal ini dapt disebabkan karena daun tidak terkena sinar matahari  secara langsung melainkan malah daun diletakkan ditempat yang tidak ada sinar mataharinya.
Transpirasi dan evaporasi dapat menyebabkan gerakkan air dari akar ke daun dan daun dapat menentukan jumlah distribusi suatu jumlah/ jenis tanaman di dunia dan begitu juga dengan produktivitasnya. Untuk menjaga kestanbilan suhu tubuh tumbuhan karena siang hari melakukan fotosintesis, tumbuhan melakukan transpirasi (Dwijoseputro, 1993).
Menurut Khairunna (2000),     Daun menyerap energi radiasi matahari sebanyak 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi. Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air, yang berarti tekanan atmosfer yang lebih besar. Makin besar kandungan air di udara maka kelembaban relatif menurun. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat
            Proses transpirasi dapat diterangkan dengan mengacu sifat fisik air . Molekul air akan melakukan tarik menarik dengan molekul air lainnya melalui proses kohesi. Selain itu molekul air juga dapat melakukan tarik menarik dengan dinding xilem melalui proses adhesi. Penguapan air melalui stomata akan menarik kolom air yang ada di dalam xilem, dan molekul air baru akan masuk ke dalam rambut akar. Teori kehilangan air melalui traspirasi ini disebut juga teori tegangan adhesi dan kohesi (Lakitan, 1994).
3.4  Struktur Stomata dan Aktifitas Membuka-Menutup Stomata
Tabel 8 aktifitas membuka-Menutup stomata
Perlakuan
Pengamatan Stomata
Aquades
Tidak terdapat aktivitas pada stomata
Sukrosa
Stomata membuka
NaCl
Stomata menutup
Pada percobaan ini, diamati bagaimana aktifitas menutup dan mambuka stomata pada daun Dendrobium sp ketika diberikan perlakuan senyawa kimia tertentu. Pada parktikum ini stomata ketika diberikan akuades (air), tidak  terjadi aktivitas pada stomata. Sedangkan jika diberi sukrosa maka stomata membuka dan diberi NaCl stomata menutup. Hal ini berbeda dengan literatur yang mengatakan ketika diberi NaCl maka stomata membuka. Menurut Suseno (1972), pemberian NaCl mengakibatkan kelarutan zat di dalam sel berkurang sehingga sel menjadi lebih potensial terhadap air, proses ini mengakibatkan air masuk ke sel penjaga, sel menjadi turgid dan stomata membuka. Ketidak sesuaian ini dimung-kinkan karena konsentrasi NaCl yang diberikan tidak tepat mempengaruhi terbukanya stomata, namun kedua reaksi dengan aquades dan sukrosa memperlihatkan reaksi yang benar.
            Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa hal ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi antara lingkungan yaitu larutan sukrosa dengan dalam sel epidermis. Ketika konsentrasi lingkungan lebih tinggi daripada konsentrasi didalam jaringan, maka stomata akan menutup untuk mencegah terjadinya penge-luaran air
Menurut Pandey dan Sinha (1983), faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata. Jumlah daun.juga mempengaruhi transpirasi, makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.


 









Gambar 3. a. ditetesi aquades, b. ditetesi sukrosa, c. ditetesi NaCl






KESIMPULAN DAN SARAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kadar air daun Morinda citrifolia lebih besar  dari pada kadar air yang terdapat pada ranting. Kadar air daun dengan rata-rata %BB 84,5% sedangkan rata-rata %BB ranting 79,6% kemudian untuk turgiditas relatif tanaman Zea mays pada tanah yang yang kering  atau yang tidak disiram selama 2 hari lebih besar daripada turgiditas tanaman pada tanaman Zea mays pada tanah yang basah yaitu pada tanah yang kering yaitu 25% sedangkan pada tanah yang basah -0,02%.  2.Kecepatan evaporasi daun memiliki kecepatan yang berbeda-beda.  3. Berat daun setelah  diolesi vaselin mengalami pertambahan berat daun dari pada berat daun awal atau berat daun sebelum diolesi dengan vaselin. 4. Transpirasi stomata lebih cepat dari pada transpirasi kutikula. 5. Pada percobaan epidermis daun yang ditetesi NaCl dan sukrosa, stomata terbuka setelah ditetesi sukrosa dan menutup setelah ditetesi NaCl.
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu praktikan diharapkan membawa bahan praktikum yang representatif dan sesuai dengan objek yang dipraktikumkan.  Kemudian lakukan pengamatan sesuai dengan prosedur kerja.  Dan telitilah dalam melakukan pengamatan.


DAFTAR PUSTAKA
Dermawan dan Baharsyah.1983. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman. Gramedia :Jakarta.
Devlin, R. M and F. H Witham. 1975. Plant Physiology. Rinelang book Corporation a Subsidiarey of Champion Reinhold inc: New York
Dwijoseputro,D.1993. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia :Jakarta.
Khairunna,L. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Fakultas Pertanian USU. Medan
Kramer.1980. Plant and Soil Relationship. Mc Graw Hill Company Inc :New York

Lakitan, B.1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press :Jakarta.

Masdar. 2003. Pengaruh Lama Beratnya defisiensi Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman Durian (Durio Zibethinus). Jurnal Akta Agrosia Vol.6 No. 2. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Pandey, S. N. dan B. K. Sinha. 1983. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan dari Plant physiologi 3 th edition. Oleh Agustinus ngatijo. Yogyakarta. Hal : 92 – 98

Salisbury and Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB :Bandung.

Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Suseno, H. 1972. Fisiologi Tumbuhan. IPB. Bogor.

Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar