PERTUMBUHAN
PADA TANAMAN
RIMA MELATI
(1310421092)
KELOMPOK III
A (KELAS C)
Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Padang
ABSTRAK
Praktikum tentang pertumbuhan tanaman
dilaksanakan pada hari Senin, 20 April 2014,
di Laboratorium Pendidikan 4, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Unversitas Andalas, Padang. Tujuan
dari praktikum ini yaitu meneliti laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji
sampai daun mencapai ukuran tetap dan mengamati daerah tumbuh pada akar dan
batang. Laju pertumbuhan diamati dengan suatu grafik yang berbentuk S dan
disebut kurva sigmoid. Dilakukan dua percobaan yaitu percobaan pertama
kurva sigmoid pertumbuhan daun untuk meneliti laju tumbuh daun sejak embrio dalam
biji sampai daun mencapai ukuran tetap. Pecobaan kedua yaitu daerah tumbuh akar
dan batang untuk mengamati daerah tumbuh pada akar dan batang. Cara kerja dari praktikum ini yaitu, dengan merendam biji
2-3 jam, kupas kotiledon dan ukur panjang daun pada embrionya, biji selanjutnya
ditanam di laboratorium selama 2 minggu dan diukur dengan parameter yang telah
ditentukan, percobaan kedua tidak jauh berbeda dengan percoban pertama. Hasil
pengamatan pada percobaan pertama pertumbuhan tanaman mula-mula lambat,
kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya
laju tumbuh menurun. Dan pada umur 14 petiol tanaman sudah mulai rontok. Pada
percobaan kedua bahwa pertumbuhan terjadi pada daerah ujung. Pemanjangan akar
dapat disebabkan adanya pembelahan
sel. Dilihat adanya pertambahan panjang
akar dalam waktu 24 jam dan terjadi pertambahan batang karah atas pada tumbuhan s dalam waktu 48
jam.
Kata
kunci : Akar, batang, kurva sigmoid, pertumbuhan daun, pertumbuhan tanaman,
PENDAHULUAN
Pertumbuhan adalah Peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada
makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan tinggi),
Irreversibel (tidak kembali ke asal), dapat diukur serta dinyatakan secara
kuantitatif. Auksanometer adalah Suatu alat untuk mengukur pertumbuhan
memanjang suatu tanaman, yang terdiri atas sistem kontrol yang dilengkapi jarum
penunjuk pada busur skala atau jarum yang dapat menggaris pada silinder
pemutar. Perkembangan adalah
proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna (kompleks).
Sel-sel berdiferensiasi. Peristiwa diferensiasi menghasilkan perbedaan yang
tampak pada struktur dan fungsi masing-masing organ, sehingga perubahan yang
terjadi pada organisme tersebut semakin kompleks. Proses ini berlangsung secara
kualitatif dan irreversible (Salisbury ang ross, 1995).
Pertumbuhan menunjukkan pertambahan ukuran dan berat
kering yang tidak dapat balik
yang mencerminkan pertambahan protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya
bertambah. Pertambahan protoplasma melalui reaksi dimana air, C02, dan garam-garaman
organik dirubah menjadi bahan hidup
yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses fotosintesis), pengisapan dan gerakan air dan unsur
hara (proses absorbs dan translokasi),
penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia
yang dibutuhkan didapat dari respirasi (Gardner, 1991).
Tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan, 1.Tahap awal
pertumbuhan yaitu mula-mula biji melakukan imbibisi atau penyerapan air
sampai ukuran bijinya bertambah dan menjadi lunak. Saat air masuk ke dalam
biji, enzim-enzim mulai aktif sehingga menghasilkan berbagai reaksi kimia.
Kerja enzim ini antara lain, mengaktifkan metabolisme di dalam biji dengan
mensintesis cadangan makanan sebagai persediaan cadangan makanan pada saat
perkecambahan berlangsung (Gardner, Pearce dan Mitchell, 1991).
Perkecambahan terjadi karena
pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon
batang). Faktor yang memengaruhi perkecambahan adalah air, kelembapan, oksigen,
dan suhu. Perkecambahan biji ada dua macam, yaitu: a. Tipe perkecambahan di atas tanah (epigeal) yaitu
hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon ke permukaan tanah
dan kotiledon melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh:
perkecambahan kacang hijau.b. Tipe
perkecambahan di bawah tanah (hipogeal) yaitu epikotil memanjang
sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan
tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah. Contoh: perkecambahan (Pisum
sativum) (Gardner, Pearce dan Mitchell, 1991).
Perkembangan dan
morfogenesis tanaman merupakan akibat dari proses pembelahan, pembesaran dan
diferensiasi sel. Dus sesuai dengan tujuannya, maka ‘teknik dwarf’ disamping
menghambat meristem pucuk juga harus memusatken pada penggalakan meristem
lateral untuk menghasilken sel-sel baru yang akan memperluas lebar atau
diameter organ. Respon differensiasi seperti dalam hal penebalan dinding sel
dapat terjadi bila syaratnya terpenuhi: harus ada hasil asimilasi yang berlebih
dan enzym perantara yang mengawalinya. Mengingat pula bahwa kambium seperti
halnya meristem lateral lainnya yang umumnya bersifat difus, maka memerlukan
sumber hormon eksternal (di luar insitu) untuk pertumbuhannya (Crawford,1982).
Pertumbuhan tanaman dapat
diukur dengan alat yang disebut auksanometer. Daerah pertumbuhan pada akar
berdasar aktifitasnya terbagi menjadi 3
daerah yaitu daerah pembelahan yaitu
pada sel-sel di daerah ini aktif membelah (meristematik), daerah
pemanjangan yaitu berada di belakang daerah pembelahan dan daerah diferensiasi
yaitu bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan. Sel-sel mengalami
diferensiasi membentuk akar yang sebenarnya serta daun muda dan tunas lateral yang
akan menjadi cabang (Burhan, 1997).
Secara umum pertumbuhan
dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil
pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan
jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi.
Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk
organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Terdapat 2 macam
pertumbuhan, yaitu: Pertumbuhan Primer
adalah terjadi sebagai hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer.
Berlangsung pada embrio, bagian ujung-ujung dari tumbuhan seperti akar dan
batang. Embrio memiliki tiga bagian penting yaitu : tunas embrionik yaitu calon
batang dan daun, akar embrionik yaitu calon akar kotiledon yaitu cadangan
makanan (Salisbury and Ross,1995).
Pengatur pertumbuhan adalah zat organik
yang keaktifannya jauh berlipat seperti hormon yang dikenal adalah auksin,
giberelin, dan citokinin. Perpanjangan sel, contoh dari diferensiasi anatomi
yang secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi auksin, fototropisme, pembengkokan ke arah cahaya dari kecambah
akibat penyebaran auxin yang tidak merata dan penghambatan sintesa auksin pada titik tumbuh oleh cahaya. Dominasi pucuk
yaitu penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan
fungsi dari distribusi auksin (Sitompul, dan Guritno, 1995).
Pertumbuhan primer akar akan mendorong
akar menembus tanah. Ujung akar ditutupi oleh tudung akar yang secara fisik
melindungi meristem yang rapuh pada saat akan menembus tanah yang abrasif.
Tudung akar akan mensekresikan lendir polisakarida yamg melumasi tanah
disekitar ujung akarke arah atas, terdapat zona pembelahan sel, zona
pemanjangan sel, dan zona pematangan sel (Rubatzky dan Mas, 1998).
Zona pembelahan sel, meliputi meristem
apikaldan turunannya yang dusebut meristem primer. Meristem apikal, yang
terletak di pusat zona pembelahan sel menghasilkan sel-sel meristem primer dan
juga mengganti sel-sel tudung akar yang akan mengelupas. Zona pembelahan sel
bergabung dengan zona pemanjangan. Disini sel-sel memanjang sampai lebih dari
sepuluh kali panjang semula. Meskipun meristem menyediakan sel-sel baru untuk
pertumbuhan, pemanjangan sel sebagian besar bertanggung jawab terhadap
pendorongan ujung akar, termasuk meristem ke arah depan. Meristem akan
mendukung pertumbuhan secara terus menerus dengan menambahkan sel-sel keujung
termuda zona pemanjangan tersebut( Fitter dan Hay, 1991).
Bahkan sebelum meristem menyelasaikan
pemanjangan, sel-sel akar mulai mengalami spesialisasi struktur dan fungsinya
dimana zona pemanjangan menyatu dengan zona pematangan. Pada daerah akar ini,
ketiga sistem jaringan yang dihasilkan oleh pertumbuhan primer menyelasaikan
dan menyampurnakan diferensiasinya (Fitter dan Hay, 1991).
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah meneliti laju tumbuh daun sejak dari embrio
sampai daun mencapai ukuran tetap, dan mengamati daerah tumbuh pada akar dan
batang.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum tentang respirasi pada
tumbuhan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 20 April 2015, yang bertempat di Laboratorium Teaching
IV, Jurusan Biologi,Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan
kali ini antara lain kertas milimeter, pisau silet, pot berisi campuran pasir
dan tanah dengan perbandingan 1:1, tabung gelas, lempengan kaca, penggaris.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah biji tanaman Phaseolus radiatus, kecambah dari tanaman Phaseolus radiatus dan tinta cina.
Cara
Kerja
a.
Kurva sigmoid pertumbuhan daun
Direndam biji selama 2-3 jam dalam
gelas beker, dipilih 30 biji untuk percobaan. Dikupas 3 biji dan dibuka
kotiledonnya, diukur panjang daun pada embrionya denga kertas milimeter,
kemudian hitung nilai rata-ratanya. Ditanam 25 biji kedalam pot, disiram dengan
air, dipelihara dilaboratorium selama 2 minggu. Dilakukan pengamatan pada umur
3, 5, 7, 10, dan 14 diukur panjang daun pada petiol. Pengukuran daun pada umur
3, 5 dilakukan dengan cara menggali biji. Tiap pengukuran dilakukan terhadap 3
tanaman. Diusahakan untuk tidak menggunakan biji yang tidak berkecambah.
Pengukuran selanjutnya dilakukan dengan tidak memotong biji pada kecambah
tanaman. Digunakan selalu 3 tanaman yang sama untuk mengukur lebih lanjut.
Ditentukan panjang rata-rata tiap daun, dibuat grafik perpanjangan tiap daun.
b. Daerah tumbuh Akar dan Batang
1. Daerah tumbuh pada Akar
Diambil
10 buah kecambah yang akarnya lurus dan panjangnya lebih dari 2 cm, mulai dari
ujungnya diberi tanda dengan tinta cina 10 buah garis dengan interval 1 mm.
Dengan menggunakan karet gelang, kecambah itu diletakkan dengan berkedudukan
tegak pada lempeng kaca yang telah dibalut dengan kertas filter. Diambil lagi
10 kecambah dan diberi tanda garis 10 mm dari ujung akar sebagai kontrol dan
diletakkan seperti no 2. Lempeng kaca
dimasukkan dalam tabung gelas yang telah diberi sedikit air kemudian
ditutup agar ruangan dalam tabung tetap lembab. Setelah 24 jam diamati jarak
masing-masing interval pada tiap kecambah yang diukur. Dibandingkan dengan
kontrol, kemudian dibuat grafik pertumbuhan panjang tiap interval.
2. Daerah tumbuh pada batang
Dipilih
20 biji tanaman yang batangnya lurus. Epilotil tanaman tersebut diberi tanda
garis 10 buah garis dari ujungnya dengan interval 2 mm. Perlakuan pada 10 buah
tanaman diberi label tanaman nomor 1 s/d 10. Sebagai kontrol pada 10 tanaman
yang lain diberi satu tanda 20 mm dari ujung dan diberi label. Diletakkan pot
didalam ruangan yang gelap. Setelah 48 jam diamati jarak masing-masing dari
interval yang diukur, kemudian pertambahan panjang rata-rata dari tiap interval
digambarkan didalam grafik.
PEMBAHASAN
a.
Kurva sigmoid pertumbuhan daun
Tabel
1. Kurva sigmoid pertumbuhan daun
Umur
(hari)
|
daun
|
Panjang daun (cm)
|
Rata-rata
|
3
|
1
|
0,8
|
|
2
|
2
|
1,23
|
|
3
|
0,9
|
|
|
5
|
1
|
1,9
|
|
2
|
1,6
|
1,7
|
|
3
|
1,7
|
|
|
7
|
1
|
4
|
|
2
|
1,9
|
2,6
|
|
3
|
1,8
|
|
|
10
|
1
|
2,7
|
|
2
|
2,5
|
2,4
|
|
3
|
2,8
|
|
|
14
|
1
|
1,9
|
|
2
|
2,5
|
2,0
|
|
3
|
1,8
|
|

Dari data praktikum maka dapat dilihat
bahwa pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih
cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Dan semakin
hari pertumbuhan tanaman semakin naik. Namun pada umur tumbuhan mulai dewasa
petiol dari tumbuhan tersebut mulai rontok. Terlihat pada umur 14 hari sebagian
petiol daun sudah mulai berguguran.
Hal ini sesuai dengan literatur
Suatmadja (1993) yang menyatakan bahwa kurva menunujukkan ukuran kumulatif
sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti bahwa laju pertumbuhan
lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus
dengan ukuran organisme.
Apabila digambarkan dalam grafik,
dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva
sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat
terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa
dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan ( Fitter dan Hay, 1991).
Pada
fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu
maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh
kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian
mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh
laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai
menua. (Salisbury.F.B.1995)
b.
Daerah tumbuh akar dan batang
|

|

Tabel 2. Daerah tumbuh akar umur 24
jam
Kecambah
|
perlakuan
|
kontrol
|
1
|
1,0
|
2,1
|
2
|
1,0
|
2
|
3
|
1,0
|
2,2
|
4
|
1,0
|
2
|
5
|
1,0
|
2
|
6
|
1,0
|
2
|
7
|
1,0
|
2,1
|
8
|
1,0
|
2
|
9
|
1,1
|
2,1
|
10
|
1,1
|
2,1
|
Tabel 3. Daerah tumbuh batang umur 48
jam
Kecambah
|
Perlakuan (cm)
|
kontrol
|
1
|
2,1
|
2,1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
2,2
|
2,2
|
4
|
2
|
2
|
5
|
2,1
|
2
|
6
|
2,1
|
2
|
7
|
2
|
2,1
|
8
|
2,2
|
2
|
9
|
2,1
|
2,1
|
10
|
2,1
|
2,1
|
Dari hasil pengamtan dapat dilihat
bahwa pertumbuhan terjadi pada daerah ujung. Dilihat adanya pertambahan panjang
dalam waktu 24 jam. Pada pertumbuhan batang, pertumbuhan terjadi kearah atas.
Pertumbuhan ini cepat terjadi karena tumbuhan diletakan tempat yang gelap.
Pada peristiwa pemanjangan akar juga
tak lepas dari peristiwa pembelahan sel.
Karena pemanjangan akar disebabkan adanya pembelahan sel apalagi kalau
ditambah dengan adanya auksin dalam konsentrasi rendah. Karena adanya auksin, dinding selulosa
menjadi kenyal (plastik) dan diperluas oleh potensi osmosis cairan sel. Anyaman fibril selulosa yang menyusun
kerangka dinding menjadi kendur, dan hal ini memungkinkan penambahan fibril
selulosa. Auksin ditranslokasi keluar
dari tempat sintesis oleh suatu mekanisme pengangkutan yang sangat terpolarisasi
yang memerlukan energi metabolisme dan menggerakkan auksin hanya searah. Arah ini selalu menjauhi ujung pucuk, jadi
secara anatomi mudah ditentukan (Loveless,
1991).
Namun, walau pertumbuhan yang terjadi cukup
tinggi, kualitas tanaman pun tidak begitu bagus. Hal ini dibuktikan dengan
tanaman pada perlakuan gelap, memiliki batang yang kurus dan pucat kekurangan
klorofil. Hal ini sebaliknya terjadi pada tanaman pada perlakuan terang, walau
pertumbuhan yang terjadi tidak begitu tinggi, didapati tanaman memiliki kondisi
fisik yang bagus, segar, daun berwarna hijau serta cukup klorofil.
Banyak faktor yang mepengaruhi
pertumbuhan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor
eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses
perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun
faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur perkecambahan di
pengaruhi oleh hormon auxin , jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap
maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon
auxin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan
di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di
sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya.
Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan:
1.
tanaman
mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu
maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Dan pada umur 14 petiol tanaman sudah
mulai rontok.
2.
kedua
bahwa pertumbuhan terjadi pada daerah ujung. Dilihat adanya pertambahan panjang
akar dalam waktu 24 jam dan terjadi pertambahan batang pada dalam waktu 48 jam.
Saran
Diharapkan kepada
praktikan agar lebih teliti, cermat dan berhati-hati dalam melaksanakan
praktikum terutama dalam mengamati gejala-gejala yang terjadi pada tanaman
selama pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, W. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Andalas. Padang
Crawford, R. M. M. 1982. Physiological Responses Flooding.
Springer Verlag. Berlin.
Fitter, A.H dan R.K.M. Hay, 1991. Fisiologi Ligkungan Tanaman.
Diterjemahkan oleh
Sri Andani dan Purbayanti. UGM-Press, Yogyakarta.
Gardner,
F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Rubatzky,
V.E dan Mas Yamaguchi, 1998. Sayuran
Dunia. ITB-Press. Bandung.
Salisbury, F.B. 1995. Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi
Lingkungan. ITB. Bandung.
Sitompul,
S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar