I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi
antara organisme dengan lingkungannya (hubungan timbal balik). Kehidupan
organisme yang ada pada wilayah atau habitat tertentu sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan abiotikmaupun biotik. Faktor lingkungan tersebut
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap organisme dalam proses
perkembangannya. Apabila terjadi gangguan terhadap lingkungan maka
secara langsung akan berdampak pada populasi dari organisme tersebut
(Odum, 1971).
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu
jenis organisme. Dalam penyebarannya individu-individu tersebut dapat berada
dalam kelompok-kelompok, dan kelompok tersebut terpisah dari organisme satu
dengan lainnya. Pemisahan ini dapat disebabkan oleh kondisi geografis atau
kondisi cuaca dan lain-lain. Populasi dapat tersebar secara merata atau tidak
merata, hal ini tergantung dari kepadatan, pertumbuhan populasi pada suatu
daerah. Pertumbuhan suatu populasi dapat dilihat dari dinamikanya dalam suatu
komunitas. Pertumbuhan populasi adalah kemampuan populasi untuk meningkat
jumlah individunya yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti angka
kelahiran (Yasin, 2009). Pengetahuan tentang
populasi sebagai bagian dari penetahuan ekologi telah berkembang menjadi
semakin luas.Dinamika populasi tampaknya telah berkembang menjadi pengetahuan
yang dapat berdiri sendiri.Pengetahuan tentang dinamika populasi menyadarkan
orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak ataupun
punahPengetahuan tentang populasi sebagai bagian dari penetahuan ekologi telah
berkembang menjadi semakin luas.Dinamika populasi tampaknya telah berkembang
menjadi pengetahuan yang dapat berdiri sendiri.Dalam perkembangannya pengetahuan
itu banyak mengembangkan kaidah-kaidah matematika terutama dalam pembahasan
kepadatan dan pertumbuhan populasi(Waluya, 2011).
Pengetahuan tentang
populasi sebagai bagian dari penetahuan ekologi telah berkembang menjadi
semakin luas.Dinamika populasi tampaknya telah berkembang menjadi pengetahuan
yang dapat berdiri sendiri.Dalam perkembangannya pengetahuan itu banyak
mengembangkan kaidah-kaidah matematika terutama dalam pembahasan kepadatan dan
pertumbuhan populasi. Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna
untuk menentukan dan memprediksikan pertumbuhan populasi organisme di masa yang
akan datang. Penggunaan kaidah matematika itu tidak hanya memperhatikan
pertumbuhan populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme yang di pelajari, tetapi
juga memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor lingkungan, baik biotik
maupun abiotik.Pengetahuan tentang dinamika populasi menyadarkan orang untuk
mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak ataupun punah(Yasin, 2009). .
Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan
oleh karena masuknya individu lain yang berasal dari daerah lain (migrasi) dan
karena adanya kelahiran kelahiran (natalis). Pengurangan terhadap suatu
populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya individu
dari populasi tersebut. Dinamika populasi berada pada wilayah kajian antara
biologi populasi dan matematika populasi. Biologi populasi lebih banyak
membutuhkan dasar keilmuan biologi dan sedikit atau kurang memanfaatkan
matematika. Sedangkan matematika populasi lebih banyak atau dominan dalam
matematika dan sedikit memanfaatkan biologi (Waluya, 2011)
Setiap individu
adalah bagian atau anggota dari suatu populasi, suatu spesies. Sehingga,
individu tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya kemudian
mengatasi setiap perubahan dan tuntutan yang ada dalam lingkungan jenis dan
populasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum dinamika populasi dengan
menghitung kurva lulus hidup kumbang beras. Supaya diketahui tingkat natalis dan
mortalitas dari individu-individu pada setiap kondisi yang berbeda.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui laju pertumbuhan populasi kumbang beras (Sitophilus oryzae) pada berbagai jenis makanan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi adalah sekelompok individu sejenis
yang terdapat di suatu daerah tertentu.
Populasi dapat didefinisikan pada berbagai skalaruang. Bahkan seluruh individu
sejenis dapat di pandang sebagai sebuah populasi. Beberapa populasi lokal atau deme yang dihubungkan oleh
individu-individu yang menyebar disebut metapopulasi.
Populasi sementara yang terdiri atas tahap tertentu dari daur hidup suatu
organisme membentuk hemipopulasi.
Beberapa karakteristik populasi diantaranya adalah kehidupan, ukuran, dispersi,
rasio kelamin, struktur atau komposisi umur, dan dinamika (Campbell, 2010).
Menurut
Sugiyono (2001), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.
Pada
suatu tempat populasi suatu hewan mempengaruhi populasi hewan lain. Populasi
jenis hewan akan mempengaruhi populasi hewan yang hidup pada habitat hewan
lainnya yang mendiami tempat yang sama. Saling pengaruhnya juga terlihat pada
persainagn akan kebutuhan-kebutuhan dalam mempertahankan hidup dan jenis.
Kesatuan seluruh populasi di suatu tempat tertentu membentuk komunitas.Dalam biologi, populasi
adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama (spesies) yang
hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu. Anggota-anggota populasi secara
alamiah saling berinteraksi satu sama lain dan bereproduksi di antara
sesamanya. Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologidan genetika. Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur
dari sistem yang lebih luas (Waluya, 2011). Populasi juga mempunyai
sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh, mendadakan pembedaan dan memelihara
diri seperti yang di lakukan organisme.Di samping itu populasi juga mempunyai
organisasi dan struktur yang dapat dilukiskan.Tetapi ada kalanya dalam praktek
sehari-hari, pengertian populasi itu dinyatakan dalam pengertian heterospesies
dan polispesies (Susanto, 2000).
Kumpulan
individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu disebut
populasi. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam
populasi ini disebut dinamika populasi.
Perubahan ini dihitung dengan menggunakan rumus oerubahan jumlah dibagi waktu,.
Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Penyebab kecepatan
rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh
bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya
karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang
khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu
anggotanya. Karakteristik antara lain kepadatan (densitas), laju kelahiran
(natalis), laju kematian (mortalitas), potensi biotic, penyebaran umur, dan
bentuk pertumbuhan. Natalis dan mortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan
populasi (Waluya, 2011).
Kepadatan
populasi suatu spesies disuatu tempat tidak pernah tetap, selalu ada yang
datang (lahir dan imigrasi), dan pergi (mati dan emigrasi). Kelahiran
menyebabkan bertambahna anggota populasi, sedangkan kematian menyebabkan
berkurangnya anggota populasi. Kelahiran ditentukan oleh kapasitas organisme
secara genetik untuk menghasilkan keturunan, yang terkait dengan fekundits dan
fertilitas.Faktor lain yang menentukan adalah lingkungan biotis (parasit dan
predator) dan ketersediaan bahan makanan serta tempat berlindung dan kemampuan
bertemunya jantan dan betina (Suin, 2003).
Susanto
(2000) mengemukakan bahwa cara menentukan batasan
populasi yang lebih baik adalah dengan mendasarkannya pada pengaruh satu
individu terhadap individu yang lain dalam satu populasi. Jadi, populasi
dipandang sebagai suatu system yang dinamis dari segala individu yang selalu
melakukan saling berhubungan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa populasi
adalah kumpulan individu sejenis yang selalu melakukan saling hubungan dan
mempunyai potensi untuk saling berbiak. Saling hubungan antara anggota populasi
bukan hanya dalam pembiakan tetapi juga dalam persaingan mempertahankan hidupnya
yang disebut kompetensi. Lebih besar jumlah individu populasi dalam satuan luas
tertentu lebih hebat kompetisi yang terjadi. Akibat dari kompetisi dalam jangka
pendek ialah yang “kuat” yang menang dan yang “lemah” tersisihkan, yaitu punah
atau mencari tempat tinggal baru (beremigrasi). Akibat jangka panjang ialah
terjadi perubahan berangsur-angsur pada populasi yang memungkinkannya lebih
sesuai atau lebih beradaptasi dengan lingkungannya.
Dinamika
poulasi dapat juga disebabkan imigrasi
dan emigrasi. Hal ini khususnya untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya
hewan dan manusia hewan dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan satu atau
lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa yang didatanginya. Imigrasi ini
akan meningkatkan populasi (Waluya, 2011).
Odum
(1998) mendefinisikan populasi sebagai kelompok kolektif organismee-organismee
yang berasal dari species yang sama yang menduduki ruang atau tempat tertentu,
memiliki ciri atau sifat tertentu yang bukan merupakan sifat dari individu.
Beberapa sifat itu adalah kerapatan, natalitas (laju kelahiran), mortalitas
(laju kematian), penyebaran umum, potensi biotik, disperse, dan bentuk
pertumbuhan atau perkembangan. Populasi juga memiliki sifat-sifat genetik yang
secara langsung berkaitan dengan ekologinya yaitu sifat adaptif, sifat
keserasian reproduktif dan ketahanan.
Natalitas merupakan kemampuan
populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan jumlahnya, melalui produsi
individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu melalui aktifitas
perkembangan.Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina
per satuan waktu.Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain
adalah fertilitas
dan fekunsitas. Fertilitas merupakan tingkat kinerja perkembangbiakan yang
direalisasikan dalm populasi, dan tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah
telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang dilahirkan.
Fekunsitas merupakan tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu
baru.Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu natalitas maksimumsama
dengan jumlah mutlak
(absolut), serta natalitas ekologi
yaitu pertambahan populasi
dibawah kondisi lingkungan yang spesifik atau sesungguhnya (Susanto, 2000).
Mortalitas menunjukkan kematian
individu dalam populasi. Mortalitas dibedakan dalam dua jenis yaitu
mortalitas ekologik
yang merupakan
mortalitas yang direalisasikan, artinya matinya sebuah
individu dibawah
kondisi lingkungan tertentu.Mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya
individu dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati
semata- mata karena usia tua (Zulkifli,1996).
Emigrasi, imigrasi dan migrasi
merupakan istilah
bersangkut paut dengan perpindahan. Emigrasi merupakan
perpindahan keluar dari
area suatu populasi. Imigrasi merupakan perpindahan masuk ke
dalam suatu area populasi dan mengakibatkan meningkatkan kerapatan.
Serta Migrasi menyangkut perpindahan
(gerakan) periodik berangkat dan kembali dari populasi(Susanto, 2000).
Suatu populasi akan
mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam populasi itu lebih besar
dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju emigrasi. Dikenal dua macam
bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan eksponensial (dengan bentuk kurva J)
dan bentuk pertumbuhan sigmoid (dengan bentuk kurva S).
Pertumbuhan dapat digambarkan menjadi dua bagian yakni pertumbuhan eksponensial
dan pertumbuhan sigmoid. Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi bilamana
populasi ada dalam sesuatu lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan,
ruang dan kondisi lingkungan lainnya tidak beroperasi membatasi, tanpa da
persaingan dan lain sebagainya.Pada pertumbuhan populasi yang demikian kelimpahan bertambah dengan cepat
secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai faktor
pembatas mulai berlaku mendadak (Zulkifli, 1996).
Pada pertumbuhan
populasi yang berbentuk sigmoid, populasi mula-mula meningkat sangat lambat
(fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga mencapai laju
peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera menurun lagi
secara perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan lingkungan, misalnya yang
berupa persaingan intra spesies (fase akselerasi negatif) sehingga akhirnya
mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase keseimbangan). Tingkat
populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva sigmod, yang menandakan bahwa
populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut daya dukung (K= suatu konstanta).
Jadi daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan populasi maksimal
(kerapatan jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di dukung oleh
habitat tersebut (Yasin, 2009).
Adapun faktor pembatas yang mempengaruhi
populasi merupakan faktor pembatas kehidupan organisme didalam ekosistemnya.
Hal ini juga berhubungan dengan batas kondisi kehidupan organisme, baik batas
terendah maupun batas tertinggi yang disebut batas toleransi. Setiap organisme
akan hidup dalam rentang batas toleransi minimal dan maksimal terhadap
faktor-faktor lingkungan yang akan membatasi atau menghentikan petumbuhannya
(Suin, 2003).
Pola
penyebaran suatu jenis di alam dapat dibagi atas tiga macam, terdapatnya jenis
hewan atau tumbuhan tersebar secara random atau acak, teratur dan berkelompok.
Di alam sebaran secara acak tak lazim ditemukan, hal ini terjadi karena faktor
lingkungan yang sangat seragam atau pada tempat dengan banyak faktor yang
bekerja bersama-sama atas populasi itu. Pola penyebaran yang teratur terjadi
jika ada persaingan yang hebat terajadi antar individu (Suin, 2003).
Daerah penyebaran Sitophilus
oryzae meliputi hampir di berbagai daerah.Variasi yang ada dari
famili Curculionidae terlihar pada ukuran tubuh, bentuk serta ukuran rostum.Anggota Sub FamiliRhyncoporinae merupakankelompok
kumbang moncong yang menyerang butian, atau dikenal dengan istilah
“Billbug”. Sitophilus oryzae sebagai salah satu anggota
kumbang ini merupakan hama potensial pada produk pertanian (Borror, 1992).
Sitophilus oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim
panas.Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam
butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat
(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih
dan panjangnya kira-kira 0,5 mm. Larva hidup dalam biji beras dengan memakan
isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4
instar selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva
instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan
atau butiran beras. Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari
coklat kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam.
Panjang pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari. Setelah menjadi
pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras.Kumbang dewasa makan beras sebelah
luar sehingga tampak berlubang-lubang.Imago dapat bertelur 300-400 butir telur
selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm, berwarna gelap kecoklatan
dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk mengadakan perkawinan imago
betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan seks feromon untuk
menarik perhatian imago jantan.Imago jantan memiliki moncong yang pendek,
dengan gerakan lebih lambat daripada betina.Dewasa mengebor ke dalam biji
berkulit beras dengan moncongnya yang panjang untuk meletakkan telur-telur ke
dalam biji tersebut. Waktu yang diperlukan dari telur sampai dewasa pada
kondisi yang optimum adalah 30-40 hari (Respositori USU, 2014)
Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga memilih sumber
makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau dalam proses
perkembangbiakan keturunannya. Sebagai contoh, kandungan protein, lemak dan P
yang tinggi pada komoditas sorgum dibanding beras dan jagung, ternyata sorgum
lebih cocok untuk perkembangbiakan serangga Sitophilus oryzae. Fenomena tersebut memberikan
indikasi bahwa kualitas makanan suatu bahan mempunyai arti yang sangat dalam
kaitannya dengan percepatan perkembangbiakan serangga yang pada akhirnya
berpengaruh pada tingkatan serangan yang dilakukannya yaitu kualitas dan
kuantitas serangan. Kualitas
makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan serangga. Pada kondisi
makanan yang berkondisi baik dengan jumlah yang cukup dan cocok bagi sistem
pencernaan serangga akan menunjang perkembangan populasi, sebaliknya makanan
yang berlimpah dengan gizi jelek dan tidak cocok akan menekan perkembangan populasi
serangga (Yasin, 2008).
III.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ekologi umum mengenai Ekologi
Populasi ini dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Maret 2015 di laboratarium
Pendidikan IV di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol selai, kain kassa, karet gelang
dan alat tulis sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah kutu beras (Sitophilus oryzae), 50 pasang, beras
hitam (Oryza sp.) 100 gram, jagung (Zea mays) 100 gram, beras (Oryza
sativa) 100 gram, kacang hijau (Phaseolus
radiatus) 100 gram, dan kedelai (Glycine
max) 100 gram.
3.3 Cara kerja
Pertama, sebanyak 100 g beras, ketan hitam,
jagung, kedelai, dan kacang hijau dimasukkan kedalam botol yang sama besar
ukurannya. Kemudian dimasukkan kedalam masing-masing botol sebanyak 10 pasang
kumbang Sitophilus oryzae¸lalu
ditutup mulut botol dengan beberapa lapis kain kasa dan di ikat dengan karet
gelang dan disimppan didalam ruanganalu ditutup mulut bool dengan beberapa
lapis kain kassa dan di ikat dengan karet gelang dan disimppan didalam ruangan
yang gelap. Kemudian diamati perubahan populasi yang terjadi selang waktu
seminggu selama 2 bulan, lalu dicatat individu yang hidup dan mati.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 10. Pengamatan Laju Pertumbuhan Sitophilus oryzae
Minggu
ke-
|
Beras
|
Jagung
|
Ketan
Hitam
|
Kacang
Hijau
|
Kedelai
|
|||||
Hidup
|
Mati
|
Hidup
|
Mati
|
Hidup
|
Mati
|
Hidup
|
Mati
|
Hidup
|
Mati
|
|
I
|
20
|
0
|
20
|
0
|
20
|
0
|
20
|
0
|
20
|
20
|
II
|
17
|
4
|
12
|
3
|
16
|
0
|
18
|
2
|
19
|
1
|
III
|
15
|
2
|
19
|
1
|
16
|
0
|
0
|
18
|
0
|
19
|
IV
|
14
|
1
|
18
|
1
|
9
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
V
|
17
|
2
|
18
|
0
|
12
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
VI
|
200
|
3
|
43
|
3
|
275
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
VII
|
263
|
5
|
95
|
2
|
570
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
VIII
|
350
|
2
|
177
|
0
|
700
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Dari grafik diatas diketahui bahwa laju
pertumbuhan populasi Sitophilus oryzaedari
minggu ke minggu semakin naik, dan kematian (mortalitas) naik turun. Hal ini
terjadi pada medium ketan hitam, beras dan jagung. Pada kedelai dan kacang
hijau terjadi mortalitas (kematian yang drastis), hal ini karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Perkembangan suatu individu berawal dari adanya
perkawinan antara kelamin jantan dengan kelamin betina. Lama kelamaan individu
ini akan mengalami perbanyakan pada suatu kawasan hidup. Perbanyakan individu
yang sejenis inilah yang dinamakan sebagai populasi. Hal inilah yang dilakukan
pada praktikum laju populasi ini. Pada tabel diatas, dari hasil yang
telah didapatkan selama 2 bulan dengan pengamatan yang dilakukan perminggunya.
Awalnya dikembangbiakkan sepuluh pasang kutu beras (Sitophilus oryzae) dan pada medium yang berbeda dimasukkan pasangan
kutu beras tadi. Di sinilah terjadi perkembanganbiakan kutu beras. Ada beberapa
medium yang digunakan pada laju populasi ini yaitu medium beras, ketan, jagung,
dan kedelai dan kacang hijau. Perbedaan jumlah pertumbuhannya pun berbeda pada
masing-masing medium. Ukuran populasi yang semakin bertambah ini dapat
dinyatakan sebagai kepadatan populasi. Kepadatan populasi dinyatakan sebagai
jumlah atau biomassa per satuan luas atau per satuan volume. Kepadatan populasi
kumbang beras iniberbeda-beda pada masing-masing medium. Setelah dilakukan
penghitungan jumlah populasinya, Pada masing-masing pengamatan, medium ketan
selalu menghasilkan jumlah populasi yang banyak dan kenaikan terus menerus. Berbeda
dengan medium lainnya, seperti kedelai, pertumbuhan Sitophilus banyak yang
mengalami kemunduran bahkan ada yang mengalami kematian total. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Inilah semacam kompetisi yang
terjadi pada suatu spesies yang berada pada suatu habitat yang sama. Kompetisi
itu dapat berupa kompetisi makanan, ruang gerak, dan sebagainya. Dalam
mengetahui suatu kepadatan populasi suatu jenis organisme di habitatnya maka
dilakukan penghitungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghitung semua
jumlah organisme pada habitatnya masing-masing dan angka yang diperoleh
merupakan angka yang absolute untuk menyatakannya sebagai kepadatan absolute (
Suin, 2003). Perkembangan populasi
Sitophilus yang mengalami natalitas yang pesat pada ketan, hal ini disebabkan
karena warna ketan juga hampir menyerupai Sithopilus dan seleksi alam yang berperan dalam pengaruh pertumbuhan
populasi Sitophilus, tidak hanya pada ketan yang populasinya meningkat, medium
beras pun juga demikian walaupun tidak sebesar pada ketan. Pada medium yang
lebih keras seperti kedelai dan kacang hijau, pertumbuhan Sitophilus sangat
rendah sekali dikarenakan makanannya berupa kulit biji yang keras sehingga
sulit untuk di pecah.
Menurut Suyono dan Sukarno
(1985), kuantitas dan kualitas makanan juga berpengaruh terhadap natalitas
kumbang beras (Sitophilus oryzae).
Supaya makanan dapat memberi pengaruh yang baik, maka ketersediaan makanan juga
dalam jumlah yang cukup dan kandungan nutrisiyang sesuai dengan yang dibutuhkan.
Keadaan biji seperti bentuk biji, kekerasan kulit, warna dan adanya kandungan
zat kimia tertentu berpengaruh pula pada preferensi serangga. Selain itu Yasin (2009) juga mengatakan bahwa kualitas makanan suatu bahan mempunyai arti yang sangat dalam kaitannya
dengan percepatan perkembangbiakan serangga yang pada akhirnya berpengaruh pada
tingkatan serangan yang dilakukannya (kualitas dan kuantitas serangan).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Pertumbuhan populasi Sitophilus
oryzae tertinggi terjadi pada medium ketan hitam yaitu 570 ekor.
2.
Pertumbuhan Sitophilus oryzaeterendah
terjadi pada medium kedelai dan kacang hijau
3.
Pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, imigrasi, dan
emigrasi serta suhu ruangan.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya hendaknya dalam
pengamatan dilakukan dengan teliti dan hati-hati. Supaya data yang didapat
akurat dan pasti. Kehati-hatian diperlukan agar hewan yang diperlakukan tidak
mati karena perlakuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Borror, D. J., C. A. Triplehorn & N.
F. Johnson. 1996. Pengenalan PelajaranSerangga. Ed. 6.
Penerjemah: S. Partosoedjono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Campbell, Neil A.
2010.Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid
3. Erlangga. Jakarta.
Imms, A.D., 1976. General Textbook of Entomology. Methuen
And Co LTD, London.
Kalshoven, 1981. Providing
Agricultural Services in Rice Farming Areas. Malaysian and Surinam
Experiences. Agricultural University. Malaysia.
M. Yasin. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga
Hama Kumbang Bubuk dan Faktor Fisikokimia Yang Mempengaruhinya. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009. Balai Penelitian Tanaman Serealia. ISBN :978-979-8940-27-9.
Michael,P. 2000. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI
Press. Jakarta.
Mothsculsky. 1993.Kumbang beras.http://www.e-dukasi.net/22 April 2015.
Odum,
E.P. 1971. Fundamental of Ecology.
Saunder Com. Phildelphia.
Respositori USU, 2014.
Pengendalian hamaSitophilus oryzae.pdf. <downloaded> pdf. USU Press. Medan.
Suin, N. M. 2003. Ekologi Populasi. Andalas University Press. Padang
Suin, N. M. 2004. Metoda Ekologi. Andalas University Press: Padang
Waluya, Bagja. 2011. ekologi parawisata.
website: http://file.upi.
edu/direktori/ fpips/jur._pend._geografi/197210242001121-bagja_waluya/ekologi
_pari wisata/ho_ekologi_pdf. Diakses pada hari Senin, 4 Mei 2015 pada
pukul 09.00 WIB.
Kaligis, J.R.E. 2007. Pendidikan Lingkungan
Hidup. Jakarta : Universitas Terbuka
Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Tim Dosen. 2008. Dasar-Dasar Ekologi Hewan.
Medan. FMIPA UNIMED
Zulkifli, Hilda. 1996. Biologi Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan
Dan
Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar