LAPORAN
PRAKTIKUM
TAKSONOMI
HEWAN VERTEBRATA
METODE
LAPANGAN
OLEH
RIMA
MELATI (1310421092)
KELOMPOK
IV. A
NAMA
ANGGOTA KELOMPOK:
1. FIRDAWATI
FEBRINA R. (1310421029)
2. WILFADRI
PUTRA J. (1310421068)
3. YIN
RAMADANI
(1310421105)
4. NEZA
PRICILIA (1310422005)
ASISTEN
PENDAMPING :
1. M.
ANUGRAH S
2. AFDHAL
TISYAN

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATIMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015
METODE
LAPANGAN
Metoda
lapangan merupakan metoda yang digunakan dalam menangkap jenis- jenis hewan vertebrata di lapangan. Dari kelas
pisces sampai kelas mamalia masing- masing memerlukan metoda yang khusus untuk
menangkapnya. Dengan
metode lapangan ini, kita dapat mengidentifikasi dan mengamati hewan tersebut
baik dengan jarak dekat maupun jarak jauh. Metoda lapangan ini pada umumnya
melakukan suatu cara dengan memanfaatkan alam sebagai pelaku utama. Penggunaan
alat yang tidak merusak kesetimbangan lingkungan atau habitat ekologi hewan
tersebut. Metoda lapangan ini sangat diperlukan karena
masing-masing hewan vertebrata mempunyai cara hidup yang berbeda-beda. Dengan
demikian dibutuhkan keahlian khusus, alat bantu dan teknik tertentu maupun tips
dan trik dalam pemilihan metoda.
Metoda
lapangan dibagi dua yaitu metoda aktif dan metoda pasif. Metoda aktif merupakan
metoda yang tidak memerlukan alat bantu, si penangkap langsung terjun dan
berinteraksi dengan hewan- hewan di lapangan untuk mengakapnya, sedangkan
metoda pasif sepenuhnya memerlukan alat bantu, penangkap hanya perlu memasang
alat/perangkap dan setelah itu hanya menunggu dan mencek selama beberapa waktu
apakah hewan yang diinginkan sudah tertangkap atau belum.
Beberapa metoda yang dapat kita lakukan dalam penangkapan
atau pengoleksian hewan vertebrata di lapangan, diantaranya adalah : Fish trap, pit fall trap, mist net, digiscoping, harpa trap, camera trap, small
mamal trap, dan auditory sensus. Metoda tersebut merupakan suatu metoda
yang pada umumnya peneliti gunakan pada saat di lapangan.
I.
Kelas Pisces
1.1 Metode
Aktif
1.1.1 Setrum listrik
setrum
listrik merupakan salah satu metoda lapangan aktif yang
terdiri dari dua bagian utama, yaitu kotak sumber arus dan tongkat penyalur
arus ke air. Biasanya juga dilengkapi dengan tanggukan untuk menangkap ikan
yang pingsan terkena arus listrik. Sumber arus yang digunakan adalah batrai
atau accu motor. Alat ini dipasang sedemikian rupa pada kotak sumber arus dan
alat ini siap dipakai. Perlu diingat untuk keamanan, pemakai alat ini sebaiknya
menggunakan sepatu boot karet. Namun, penggunaan alat setrum kurang efektif
karena akan merusak ekosistem air dan juga alat ini berbahaya bagi penggunanya
apabila kurang berhati-hati.

Pancing,
jala dan tangguk merupakan alat penangkap ikan yang
bentuknya sederhana dan sering digunakan. Cara penggunaan alat-alat tersebut
juga sangat mudah dan hanya membutuhkan keahlian dari sipengguna alat tersebut.
![]() |
||||
|

1.2
Metode Pasif
1.2.1 Fish trap
Fish trap adalah
salah satu metoda lapangan pasif dengan menggunakan jebakan atau perangkap
untuk menangkap ikan. Alat ini dipasang di daerah gelembung pada badan sungai.
Daerah gelembung adalah daerah pada aliran sungai yang memiliki ketinggian
berbeda sehingga air yang turun menimbulkan buih. Pada daerah ini dapat
ditemukan ikan dalam jumlah yang cukup besar karena di sini terdapat banyak
oksigen.
Fish
trap
memakai umpan berupa makanan ikan (pelet). Pelet dibungkus dengan kain kasa
yang diikatkan ke kawat bagian bawah. Tujuannya adalah agar pelet yang
mengembang karena terkena air tidak melayang dan keluar dari perangkap. Namun,
molekul-molekul kecil yang tidak tersaring oleh kain kasa akan keluar dari
perangkap dan hanyut mengikuti arus sungai hingga dapat menarik perhatian
ikan-ikan untuk menuju ke perangkap. Adapun dalam penggunaannya fish trap harus diikatkan ke ranting
pohon agar tidak hilang terbawa arus.

![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
|
1.2.2
Bubu
Bubu merupakan
metoda penangkapan ikan yang tradisional yang berbentuk tabung. Bubu dikenal
juga dengan istilah lukah. Bubu terbuat dari bambu yang dirakit tipis da berbentuk seperti botol yang melengkung. Cara kerja bubu hampir sama dengan
dengan fish trap tetapi
bubu menggunakan cacing sebagai umpan yang ditusuk pada bilah melengkung dan dimasukkan ke bagian dalam
bubu tersebut. Ikan akan terperangkap dan tidak bisa keluar lagi. Bubu diletakkan di air sungai yang banyak
gelembung karena mengandung banyak oksigen sehingga ikan banyak yang
terperangkap. Bubu biasanya hanya bisa menangkap
ikan yang bertubuh kecil.
![]() |
||||||||
|
||||||||
![]() |
||||||||
|

II. Kelas Amphibi
2.1 Metode Aktif
2.1.1 Night visual ecounter
Night visual ecounter
merupakan metoda aktif untuk menagkap jenis Ampibi dan Reptil. Dalam metoda ini
si penangkap melakukan pencariang langsung ke lapangan pada malam hari dengan
alat bantu penerangan. Metoda ini biasa
dilakukan denga menyusuri sungai atau badan perairan yang berkemungkinan besar
ditemukan Amphibi dan Reptil. Cara kerjanya ketika melihat hewan sasaran
,arahkan cahaya ke arah mata hewan untuk membutakannya dan langsung dicengkram
dengan tangan atau tongkat. Hewan ini dilumpuhkan dibagian pinggang dan
dimasukkan kedalam kantong palstik untuk sementara waktu sebelum diidentifikasi.
2.2
Metoda Pasif
2.2.2
Pitfall trap
Pitfall trap
merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk menangkap hewan melata seperti
hewan amphibi dan reptil . Pitfall trap
merupakan metoda pencarian pasif pada hewan amphibi dengan menggabungkan antara
perangkap jatuh dan pagar pengarah. Metoda pitfall
trap menggunakan terpal sebagai pagar pengarah dan kaleng sebagai wadah
penampung. Metoda ini dilakukan dengan cara menanamkan kaleng atau
mensejajarkannya dengar permukaan tanah. Kaleng ditanam pada dua blok yang
berlawanan. Antara dua blok dibatasi denga terpal yang bewarna gelap.
Pemasangan terpal harus langsung jatuh ke bibir kaleng. Pemberian terpal ini
dengan maksud untuk mengelabui hewan yang diiinginkan dan terjebak didalam
kaleng. Mulut kaleng dan sisi bagian dalamnya diberi sabun colek supaya licin sehingga
Ampibi dan Reptil yang masuk tidak dapat keluar lagi.
Pitfall Trap merupakan metoda gabungan antara perangkap dengan pemakaian pagar pengarah.
Metoda biasanya diterapkan pada daerah teresterial untuk menangkap hewan Amphibi atau Reptil yang
aktif bergerak dan berukuran lebih kecil. Alat ini biasanya dipasang pada muara
sungai dimana hewan amphibi air hidup sebagai habitatnya.
Cara kerjanya, pertama tancapkan bambu ke tanah, ikat terpal ke bambu,
masukkan ke dalam tanah kira-kira dengan kedalaman 10 cm. Tanah di gali dibalik
terpal tersebut sebagai tempat meletakkan beberapa ember. Posisi ember di kanan
kiri dibuat secara silang agar hewan yang datang tidak mudah lolos. Pada
permukaan bawah ember tersebut sebaiknya dilubangi supaya air yang masuk bisa
keluar dengan mudah dan tidak tergenang dalam ember. Letakkan serasah supaya
terjadi kelembapan dalam ember tersebut. Oleskan sabun colek di mulut ember
supaya licin. Agar hewan yang terperangkap tidak bisa keluar lagi. Pemasangan
hedaknya pada sore hari, dan dibiarkan semalam. Paginya di cek apakah ada hewan
yang terjebak, hal ini dilakukan karena hewan Herpetofauna hanya aktif pada
malam hari, sehingga pemasangan pitfall trap dilakukan pada malam hari.
|



|
|
|

III.
Kelas Reptil
3.1 Metoda
aktif
3.1.1
Snake hook
Snake
hook merupakan metode aktif yang digunakan untuk
menangkap ular. Dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa tongkat. Selain
menggunakan snake hook ,penangkapan
ular juga bisa dilakukan dengan snake
glue. Snake glue merupakan lem
yang dapat memerangkap hewan yang lewat diatasnya. Lem ini direkatkan pada
pohon yang diperkirakan sering dilewati oleh kadal dan ular pohon. Metoda lain
dalam penangkapan ular adalah dengan metoda paralon. Cara kerjanya pertama
tutup salah satu ujung paralon dan masukkan umpan. Sehingga ketika ular
masuk kedalam paralon , hewan tersebut tidak bisa keluar lagi, karena
pada prinsipnya ular tidak bisa bergerak mundur.
3.2
Metode Pasif
Metoda yang digunakan untuk menangkap
reptil pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan metoda yang digunakan untuk
menangkap amphibi. Pada reptil juga dilakukan dengan metoda pitfall trap yang merupakan metode pasif.
Bedanya pada amphibi pitfall trap
diletakkan pada daerah pinggi sungai. Sedangkan pada reptil pitfall diletakkan
disemak-semak.
IV.
Kelas Aves
4.1Metoda
Aktif
4.1.1Digisoping
Digisoping
merupakan metoda pengamatan jenis aves menggunakan teropong yang dipasangkan
pada trypot. Teropong yang digunakan adalah teropong monokuler yang memiliki 1
lensa. Trypot berfungsi sebagai
tempat berdiri sehingga kita lebih mudah dalam melakukan pengamatan dan kita
bisa menggunakan kamera untuk mengambil gambar aves yang terlihat dalam
teropong. Dalam pengamatan ini kita menggunakan MacKinnon atau buku
identifikasi untuk mengidentifikasi jenis burung yang terlihat. Cara kerja dari digiscoping yaitu dengan meletakkan tripod di atas permukaan tanah,
setelah itu lensa monokuler dipasang diatasnya, kemudian lakukan pengamatan.
Untuk mengambil gambar hewan tersebut dapat disambungkan dengan kamera digital.
Teknik digiscoping memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari
penggunakan digiscoping yaitu jenis
burung yang tidak bisa ditangkap dengan menggunakan mist net bisa dilihat dengan menggunakan digiscoping. Bahkan dengan kemajuan teknologi resolusi gambar yang
didapatkan bisa lebih baik dan jelas. Sedangkan kelemahan dari penggunaan digiscoping yaitu kita hanya bisa
melihat gambar dari burung dan tidak dapat memegang dan mengkoleksi secara
langsung
|

|





|
|

|
4.2
Metoda Pasif
4.2.1
Mist net
Mist
net merupakan suatu metoda yang
digunakan untuk menangkap burung. Mist
net dibuat dengan menggunakan jala yang terbuat dari nilon berwarna gelap
sehingga tidak terlihat oleh burung.
Jala ini memiliki ukuran yang berbeda-beda dari 6,9,12 sampai 18 meter,
dengan tinggi 2,5 meter. Pemasangan jala ini agak longgar agar burung yang
terperangkap pada jala tidak bisa lepas. Mist
net biasanya terdiri dari empat kantong dan terdiri atas 4 tali dengan tali
pertama memilki warna yang berbeda dari tali lainnya , tujuannya agar
memudahkan saat pemasangan net pada galah.
Cara pemasangan mist net yaitu dengan memakai dua buah tiang kayu. Mist net direntangkan pada daerah yang
sering dilewati oleh hewan sasaran. Jika tidak bisa memasang mist net, kita
dapat menggunakan tongkat. Sebaiknya mist
net dipasang pada pepohonan yang rimbun dan juga pepohonan yang berbuah
banyak yang menjadi makanan bagi burung. Pemasangan mist net sebaiknya 50 cm diatas permukaan tanah.
Mist net mulai dipasang pada pukul 06.00
sampai 18.00, dengan pemeriksaan setiap satu jam. Burung yang tertangkap pada mist net dilepaskan secara berurutan
dimulai dari kaki ,sayap kemudian kepala dan ekor. Tujuannya agar burung tidak
terlepas dan mist net tidak rusak.
Saat melakukan metode ini sebaiknya memakai pakaian yang tidak berwana terang
agar burung sasaran tidak takut.
Kelebihan dari penggunaan mist net adalah kita bisa menangkap
berbagai jenis burung dalam jumlah banyak bahkan sampai ratusan dalam sehari.
Sedangkan kekurangan dari penggunaan mist
net adalah burung yang terjerat bisa mati jika terlambat saat pengecekan.
Selain itu burung yang bisa ditangkap hanya jenis burung yang terbang rendah.

![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
|
V. Kelas Mamalia
5.1 Metode Aktif
5.1.1 Auditory
sensus
Auditory
sensus merupakan
metoda yang digunakan untuk menghitung dan mengidentifikasi suatu hewan dengan
cara mendengarkan suara dari hewan tersebut. Metoda ini biasanya dilakukan pada
hewan yang memiliki suara nyaring seperti ungko dan siamang. Metoda Auditory census dilakukan dipagi hari
sekitar pukul 06.00- 08.00 , karena hewan primata biasanya bersuara dipagi hari
yang disebut dengan Morning Call. Alat-alat yang digunakan adalah kompas, alat perekam dan GPS.
Cara kerja dari metode ini adalah
pertama cari tempat yang sering terdengar suara primata. Setelah itu terdengar
suara priamata yang akan diidentifikasi cari tempat yang nyaman untuk melakukan
pengamatan. Usahakan agar suasana sehening mungkin agar primata tidak terusik.
Tentukan arah utara tempat posisi kita berada dengan menggunakan kompas.
Setelah itu kita tentukan posisi dengan menggunakan GPS. Setelah mendengarkan
suara primata, perkirakan jarak suara dengan posisi kita berdiri. Dari suara
primata kita juga bisa memperkirakan jumlah individu yang berada dilokasi
tersebut. Selain menentukan jumlah individu kita juga bisa menentukan jenis
kelamin dari primata. Salah satu contohnya adalah siamang, suara siamang betina
berbeda dengan siamang jantan. Suara siamang betina cenderung lebih panjang dan
melengking dubandingkan dengan suara siamang jantan, begitu juga dengan ungko.
Setelah mendengarkan suaranya kita dapat merekamnya agar mempermudah proses
identifikasi.
![]() |
|||
|

5.2 Metode Pasif
5..2.1
Harpa trap
Harpa trap
merupakan metoda kusus dalam menangkap mamalia jenis kelelawar/ chiroptera.
Perangkap ini terdiri dari barisan senar nilon yang terpasang pada bagian tegak
lurus penahan besi dan dibawahnya terdapat lapisan kantong dengan permukaan
yang licin.
Cara kerja dari alat ini adalah
setiap kelelawar yang terbang dan
kemudian terbentur dengan barisan senar
akan terjatuh pada kantong dan akan kesulitan untuk dapat bergerak pada
permukaannya yang licin Hal ini terjadi karena bangsa kelelawar buta, mereka
hanya bisa mendeteksi suara. Setelah itu keluarkan kelelawar dari kantong
dengan menggunakan sarung tangan dan bungkus dengan kain.
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |

5.2.2
Camera trap
Camera
trap digunakan untuk menginventarisasi
jenis hewan mamalia besar pada suatu lokasi dengan menggunakan kamera. Kamera
trap sebaiknya dipasang dipunggung bukit. Cara kerjanya yaitu pertama kamera
diikat pada pohon sekitar 50 cm diatas permukaan tanah yang kira-kira sering
dilalui oleh hewan sasaran. Kemudian kamera diberi pelindung agar tidak
kehujanan dan juga dilindungi dengan rantai agar kamera tidak dicuri. Selain
itu sebagai kamulflase kamera, pelindung kamera sebaiknya berwarna senada
dengan pohon. Dengan kemajuan teknologi resolusi gambar yang didapatkan bisa
lebih baik dan jelas bahkan bisa merekam video sekaligus mengambil gambar.
Kamera trap modern berukuran lebih kecil dan gambar yang dihasilkan bukan lagi
hitam putih tetapi gambar berwarna.
![]() |
|||||
![]() |
|||||
|


5.2.3 Mammal trap
Mammal
trap merupakan suatu metode yang digunakan untuk menangkap
mamalia kecil sampai ukuran medium. Alatnya berbentuk persegi panjang yang
seluruh bagiannya ditutupi dengan kawat. Mammal trap ini terbagi
2 yaitu yang berukuran kecil (small mammal) dan menengah (medium mammal). Alat yang memberikan hasil yang memuaskan adalah
mammal trap ukuran kecil, sedangkan mammal trap berukuran sedang jarang
memberikan hasil yang maksimal. Small mammal dan medium mammal sama- sama
menangkap hewan mamalia tetap dalam keadaan hidup atau lebih dikenal dengan
istilah live trap. Ada juga perangkap mamalia yang mebuat hewan yang ditangkap
langsung mati karena terjepit, sasarannya adalah tikus atau mencit. Alat ini
dinamakan perangkap mencit. Mencit akan terpancing karena pada alat tersebut
diletakkan umpan dan tikus akan memakannya. Dan saat tikus mengambil makanan
dan menginjakkan kakinya pada alat tersebut, tikus akan langsung terjepit dan mati.
Cara kerja alat ini yaitu pertama
letakkan perangkap dipermukaan tanah. Kemudian didalamnya diletakkan umpan
untuk memancing agar hewan sasaran masuk kedalam perangkap. Ketika hewan
sasaran masuk kedalam perangkap pintu akan tertutup dan hewan tersebut tidak
akan bisa keluar lagi. Umpan yang dimasukkan sebaiknya berbau menyengat.



|
||||||
|
|
|||||



|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar