I. PENDAHULUAN
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya (hubungan timbal balik). Kehidupan organisme yang ada pada
wilayah atau habitat tertentu sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan abiotikmaupun biotik. Faktor lingkungan tersebut merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap organisme dalam proses perkembangannya.
Apabila terjadi gangguan terhadap lingkungan maka
secara langsung akan berdampak pada populasi dari organisme tersebut
(Odum, 1971). Keanekaragaman hayati
khususnya tanaman atau tumbuhan yang berada di selatan wilayah Indonesia,
biasanya menjadi salah satu sumber pokok kehidupan para petani sebagai mata
pencahariannya. Upaya pemanfaatan tanaman atau tumbuhan bagi masyarakat
terlebih dahulu diadakan inventarisasi dengan tujuan mengetahui potensi fungsi,
peranan dan manfaat yang ada dari bagian organ dari tanaman. Beberapa tipe
lahan memiliki berbagai fungsi ekologis, terutama dalam menyimpan
keanekaragaman hayati. Ekologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari hubungan
interaksi antar organisme dengan lingkungannnya, dimana bebrapa jenis tumbuhan
saling interaksi berdasarkan tingkatan trofiknya masing-masing (Indriyanto,
2006). Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan
biotik. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi
makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Dalam komunitas
ada batasan dalam melakukan interaksi antar organimse yaitu kumpulan atau
kesatuan komposisi taksonomi yang membentuk suatu kesatuan secara relatif
seragam, komunitas dengan organisasi topik dan pola organism tertentu.
Komunitas yang terbentuk secara alami mempunyai bentuk yang berbeda antara
suatu tempat dengan tempat lainnya (Odum,1992). Suatu
komunitas tidak pernah statis atau berubah-berubah selama masa waktu. Perubahan
suatu komunitas dibagi menjadi dua hal yang penting, yaitu suksesi berupa perubahan-perubahan
siklis pada suatu komunitas berupa perubahan tak berarah yang fluktuasi
disekitar harga tengah. Suatu populasi dan komunitas tidak terbentuk sama
sekaligus seperti terlihat sekarang. Proses tersebut bergerak mulai dari yang
tidak ada organisasi yang ada disana, barulah terdapat jenis baru lainnya yang
hidup disana, barulah terdapat jenis baru lainnya hidup disana, sehingga
menjadi komunitas yang kompleks (Odum, 1978).
Dalam penelitian kuantitatif,
populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan. Populasi adalah wilayah
generasli yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditentukan oleh penbeliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagaian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Makin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan
begitu juga sebaliknya (Odum, 1992).
Dalam
penelitian atau penyelidikan ekologi tumbuhan di butuhkan metode dalam
melakukannya, salah satu metodenya disebut minimal area. Minimal area merupakan
suatu metode dasar dalam penyelidikan ekologi tumbuhan yang menggunakan plot.
Ukuran plot dibuat sedemikian rupa agar plot benar-benar dapat menjadi
representative untuk mengambil data. Dengan metode ini dapat ditentukan apakah
daerah ini dapat dijadikan daerah peternakan atau tidak (Odum, 1992).
Luas
daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang sangat bervariasi
keadaannya. Keberadaannya merupakan himpunan dan spesies populasi yang sangat
berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas untuk setiap vegetasi,
cara mengamati komunitas atau vegetasi tersebut dan berapa banyak sampel yang
harus di amati sehingga dikatakan representatif bila di dalamnya terdapat semua
atau sebaagian besar jenis tumbuhan yang membentuk komunitas atau vegetasi
tersebut. Daerah minimal yang mencerminkan kekayaan. Komunitas atau vegetasi
disebut luas jumlah kuadrat minimum (Syafei,1990). Untuk
menunjang pengatahuan dan penambahan wawasan praktikan yang masih kurang
pemahaman, oleh karena itu dilakukan praktikum ini secara langsung ke lapangan.
Hal tersebut yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini.
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan praktikum
ini adalah untuk menentukkan ukuran plot yang representatif pada suatu area.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Istilah
ekologi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel (ahli
biologi Jerman). Ekologi berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan
Logos = ilmu), sehingga secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme
hidup dalam rumahnya. Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian
yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan
lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi, ekologi merupakan suatu pengkajian ilmiah atau ilmu yang mempelajari
tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi
atau kajian ekologi memiliki tingkat organisasi komponen biologis yang salah
satu dianataranya adalah komunitas (Resosoedarmo, 1985). Komunitas merupakan suatu prinsip ekologi yang menekankan pada
keteraturan yang ada dalam keragaman organisme yang hidup dalam habitat apapun.
Suatu komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan
dan tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain, namun mengandung
kekhasan taksonomi, dengan pola hubungan tropik metabolik tertentu. Konsep
komunitas sangatlah penting dalam penerapan praktis prinsip-prinsip ekologi
karena cara terbaik untuk mendorong dan membasmi pertumbuhan suatu organisme
adalah dengan memodifikasi komunitas dan bukannya menganiaya secara langsung.
Suatu komunitas dan populasi tidak terbentuk sama sekaligus seperti yang
terlihat sekarang. Proses tersebut bergerak mulai dari tidak ada organisasi,
menjadi beberapa organisme yang ada disana, barulah terdapat jenis baru dan
lainnya hidup disana, sehingga akhirnya menjadi komunitas kompleks (Michael,
1994).
Adapun komponen
dari komunitas adalah formasi, asosiasi, konsosiasi, sosiasi dan koloni.
Formasi adalah komunitas yang terbentuk dibawah kondisi iklim tertentu.
Kesatuan komunitas ini merupakan unit-unit utama dari vegetasi. Asosiasi
merupakan kesatuan masyarakat tumbuh-tumbuhan pada suatu tempat tertentu. Dalam
asosiasi bila terjadi lebih dari satu spesies yang yang dominan. Variasi adalah
bila dalam suatu asosiasi terdapat banyak spesies yang dominan tetapi jumlah
tersebut kurang dari jumlah total dalam asosiasi yang bersangkutan. Komunitas
terbentuk secara alamiah. Vegetasi adalah gabungan dari tumbuh-tumbuhan dalam
kondisi lingkungan tertentu. Vegetasi ini terus berkembang yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungannya, sehingga bentuk vegetasi tersebut dapat dicirikan
pleh spesies-spesies yang membentuknya (Ashby,
1971).
Minimal area merupakan suatu metode dasar dalam penyelidikan ekologi tumbuhan yang menggunakan plot. Ukuran plot dibuat sedemikian rupa agar plot benar-benar dapat menjadi representative untuk mengambil data. Dengan metode ini dapat ditentukan apakah daerah ini dapat dijadikan daerah peternakan atau tidak (Odum, 1992).
Area adalah bagian permukaan bumi, daerah, wilayah geografis yg digunakan untuk keperluan khusus: hutan ini akan dibuka untuk pertanian; Ling wilayah geografis yg memiliki ciri-ciri tipologi bahasa yg bersamaan, spt ciri-ciri lafal, leksikal, atau gramatikal. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan ((Michael, 1984).
Minimal area merupakan suatu metode dasar dalam penyelidikan ekologi tumbuhan yang menggunakan plot. Ukuran plot dibuat sedemikian rupa agar plot benar-benar dapat menjadi representative untuk mengambil data. Dengan metode ini dapat ditentukan apakah daerah ini dapat dijadikan daerah peternakan atau tidak (Odum, 1992).
Area adalah bagian permukaan bumi, daerah, wilayah geografis yg digunakan untuk keperluan khusus: hutan ini akan dibuka untuk pertanian; Ling wilayah geografis yg memiliki ciri-ciri tipologi bahasa yg bersamaan, spt ciri-ciri lafal, leksikal, atau gramatikal. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan ((Michael, 1984).
Luas
daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang sangat bervariasi
keadaannya. Keberadaannya merupakan himpunan dan spesies populasi yang sangat
berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas untuk setiap vegetasi,
cara mengamati komunitas atau vegetasi tersebut dan berapa banyak sampel yang
harus di amati sehingga dikatakan representatif bila di dalamnya terdapat semua
atau sebaagian besar jenis tumbuhan yang membentuk komunitas atau vegetasi
tersebut. Daerah minimal yang mencerminkan kekayaan. Komunitas atau vegetasi
disebut luas jumlah kuadrat minimum (Syafei,1990).
Bentuk luas minimum dapat berbentuk
bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas
petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan
patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. Analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan
yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat
tersebut (Ashby,
1971).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1.
Pelaksanaan Praktikum
Praktikum
ekologi umum mengenai suksesi dan minimal area ini dilaksanakan pada hari
selasa tanggal 19 Maret 2014 di laboratarium Pendidikan IV di Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang
3.2
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, tali, pancang,
celurit dan alat tulis.
3.3
Cara kerja
Adapun
langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pertama –tama Plot
dibuat dengan ukuran 25x25 cm. Kemudian diamati jenis tumbuhan yang masuk dalam
area plot (berada dalam plot), selanjut jumlahnya dihitung dan dicatat
jenis-jenis tumbuhan yang terdapat dalam area plot. Kemudian persentase
dihitung dan pertambahan tumbuhan. Apabila hasil yang didapatkan >10% maka
lakukan perbesaran plot dua kali lipat, seperti 25x50 cm, 50x50 cm, dan
seterusnya sampai hasil yang didapat kecil
sama dengan 10 %.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel
11. Hasil
pengamatan pada plot 25 x 25 cm
Jenis
|
Jumlah
|
Keterangan
|
Nephelium sp.
|
1
|
Berbeda jenis dengan
spesies lain
|
Cyperus rotundus
|
2
|
Berbeda jenis dengan
spesies lain
|
|
Jenis
|
Jumlah
|
Keterangan
|
Stacitaperta sp
|
1
|
Berbeda
jenis dengan spesies lain
|
Graminae
|
2
|
Berbeda
jenis dengan spesies lain
|
Melastoma malabathricum
|
1
|
Berbeda
jenis dengan spesies lain
|
Rumus: M =
x 100 %

M =
x 100 % = 60 %

Tabel 13. Hasil pengamatan pada Plot 50 x 50 cm
Jenis
|
Jumlah
|
Keterangan
|
Sp 1
|
1
|
Berbeda jenis dengan spesies lain
|
Sp 2
|
2
|
Berbeda jenis dengan spesies lain
|
Sp 3
|
1
|
Berbeda
jenis dengan spesies lain
|
Scelaria sp.
|
2
|
Berbeda
jenis dengan spesies lain
|
Rumus: M =
x 100 %

M =
x 100 % = 44%

Tabel 14. Hasil Pengamatan pada Plot 50 x 100 cm
Jenis
|
Jumlah
|
Ket
|
Sp
4
|
2
|
Berbeda
jenis dengan spesies lain
|
Sp
5
|
1
|
Berbeda
jenis dengan spesies lain
|
Rumus: M =
x 100 %

M =
x 100 % = 18%

Tabel 15. Hasil Pengamatan pada Plot 100 x100 cm
Jenis
|
Jumlah
|
Ket
|
-
|
-
|
-
|
Rumus: M =
x 100 %

M =
x 100 % = 0%

Pada
tabel diatas plot 25 x 25 cm ditemukan 2 jenis tumbuhan yaitu Nephelium dan Cyperus rotundus. Pada plot 25 x 50 cm ditemukan 3 jenis tumbuhan
yaitu Stacitaperta sp dan Graminae, Melastoma malabathricum dengan persentase 60%. Pada plot 50 x 50 ditemukan 4 jenis dengan persentase 44 %.
Sedangkan tumbuhan pada plot 50 x100 ditemukan 2 jenis tumbuhan dengan
persentase 18 %. Semakin di perluas ukuran plot tingkat persentase menurun
yaitu pada plot 10x100 tidak ditemukan jenis tanaman. Pada plot kedua ditemukan
3 jenis individu yang
berbeda, sehingga nilai pi masih besar, kemudian diperbesar kembali, dan pada
plot ke 4 ditemukan 2 jenis individu, hasil
perhitungan Pi masih menurun.
Persentase Pi semakin lama semakin menurun, apabila ukuran plot diperluas. Hal
ini dikatakan minimal area, karena kecenderungan tumbuhan jenis lain tumbuh
kecil. Dari tabel diatas dapat dilihat, ditemukannya dua
belas jenis spesies pada plot terakhir tanpa ada lagi penambahan
jenis baru, sehingga tidak dilanjutkan lagi pada plot berikutnya.
Penyebaran minimal area yang diambil untuk dianalisis sangat ditentukan keadaan
medan dan keadaan topografi. Untuk itu terlebih dahulu harus dilakukan survai
tinjauan umum dan pendahuluan. Dari survai tinjauan tersebut baru ditentukan
bentuk penyebaran minimal area yang akan diambil untuk dianalisis (Odum, 1994).
Inilah
yang dikatakan dengan metode minimal area. Metode minimal area merupakan metode
yang cepat, tepat dan sederhana. Metode ini digunakan untuk menentukan
komposisi komunitas, frekuensi spesies dan kisaran kondisi. Dengan metode
didapatkan plot-plot memuat spesies tertentu yang merupakan angka
presentase (Resosoedarmo). Suin
(2003) mengatakan bahwa ukuran petak contoh atau plot harus ditentukan dengan jelas sebelum
dilakukannya analisis. Berbeda ukuran tumbuhan yang dianalisis berbeda pula
ukuran petak contoh yang diambil. Ukuran petak contoh tidak boleh kecil dari
minimal area yang cocok bagi vegetasi yang dianalisis. Bentuk luas minimum dapat berbentuk
bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas
petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum. Michael (1995) mengatakan petak contoh dapat
dibuat bermacam-macam bentuknya. Petak contoh dapat berupa lingkaran,
bujur sangkar, atau persegi. Pemilihan bentuk petak contoh lebih banyak
didasarkan pada kemudahan dalam menganalisis. Petak yang berbentuk lingkaran,
baik sekali digunakan untuk menganalisis padang rumput dan belukar, sedangkan
pada hutan petak berupa lingkaran tidak efisien
Suin
(2000) mengatakan bahwa analisis minimal area ini tergantung pada tiga factor
yaitu populasi dalam minimal area yang dibuat contoh yang diambil harus dapat
dihitung dengan tepat, luas satuan tiap petak jelas dan pasti dan petak contoh
yang diambil harus dapat mewakili seluruh area daerah penelitian
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam
dalam menentukan frekuensi spesies dan kisaran kondisi dengan menggunkan plot
dengan metode minimal area. Hasil akhir yang didapatkan dengan perluasan plot
100 x 100 cm yaitu 0%. Dapat dikatakan Plot representatif yaitu >10%
5.2
Saran
Praktikan
diharapkan melakukan kuliah lapangan dengan disiplin, agar hasil data yang
didapatkan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.. Selain itu, saat
pengambilan sampel di lapangan yang tidak diketahui, agar mengambil
bagian-bagian khusus dari species yang dapat mendukung identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto. 2006.Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Michael P. 1994.
Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang
dan Laboratarium. UI Press. Jakarta.
Michael P. 1995.
Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang
dan Laboratarium. UI Press. Jakarta.
Odum, 1998. Dasar- Dasar Ekologi. Gadjah mada
University Press. Yokyakarta.
Odum,
Eugene P. 1978. Dasar-dasar Ekologi. UGM
University Press. Yogyakarta.
Resosadarmo, S.
1984. Pengantar Ekologi. Remaja karya. Jakarta.
Suin, N.M.2000. Metode Ekologi. Andalas University
Press. Padang.
Susanto,
Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan.
PPGSM. Malang
Syafei,
E. 1990.Pengantar
Ekologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar