LAPORAN
PRAKTIKUM
TAKSONOMI
HEWAN VERTEBRATA
IDENTIFIKASI,
MORFOLOGI Dan KUNCI DETERMINASI AMPHIBI
OLEH
RIMA
MELATI (1310421092)
KELOMPOK
IV. A
NAMA
ANGGOTA KELOMPOK:
1.
FIRDAWATI FEBRINA R. (1310421029)
2.
WILFADRI PUTRA J. (1310421068)
3.
YIN RAMADANI (1310421105)
4.
NEZA PRICILIA (1310422005)
ASISTEN
PENDAMPING :
1. MUHAMMAD ANUGRAH SAPUTRA
2. AFDHAL TISYAN


LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATIMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Vertebrata merupakan subfilum dari
Chordata, yang mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang.
Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah
subfilum terbesar dari Chordata. Kedalam vertebrata dapat dimasukkan semua
jenis Amphibi, pisces, reptile, aves, serta hewan mamalia (menyusui). Kecuali
jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai
(Brotowidjoyo, 1989).
Vertebrata pertama di darat adalah anggota kelas Amphibia.
Saat ini kelas tersebut diwakili oleh kurang lebih 4000 spesies katak,
salamander, dan caecilia (makhluk
tak bertungkai yang membuat lubang untuk sarang di hutan tropis dan danau air
tawar. Terdapat tiga ordo Kelas Amphibia yang masih hidup saat ini, yaitu
Urodela (berekor ± salamander), Anura (tidak berekor ± katak, termasuk
bangkong), dan Apoda (tak berkaki ± caecilian). Hanya ada sekitar 400
spesies dari ordo Urodela. Beberapa diantaranya hanya hidup di air, tetapi yang
lain hidup di darat sebagai hewan dewasa atau bahkan sepanjang masa kehidupan.
Sebagian besar salamander yang hidup di darat berjalan dengan pembengkokan
badan dari sisi ke sisi yang mirip dengan cara berjalan tetrapoda awal
(Amphibianweb, 2014).
Ada sekitar 3000 spesies amphibi yang
hidup di dunia, yang dikelompokkan dalam 3 golongan yaitu Anura (katak dan
kodok), Caudata atau Urodela (salamander), dan Gymnophiona atau Apoda
(Caecilia). Terminologi “amphibi” diterapkan pada anggota kelas ini karena
sebagian besar hewan menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya di dalam air
(Sukiya, 2005)
Indonesia memiliki dua dari tiga ordo
amphibi yang ada di dunia, yaitu gymnophiona dan anura. Ordo gymnophiona
dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya, sedangkan ordo anura
merupakan yang paling mudah ditemukan di Indonesia mencapai sekitar 450 jenis
atau 11% dari seluruh jenis anura di dunia. Ordo Caudata merupakan satu-satunya
ordo yang tidak terdapat di Indonesia (Brotowidjoyo, 1989).
Meskipun Indonesia kaya akan jenis
amphibi, tetapi penelitian mengenai amphibi di Indonesia masih sangat terbatas.
Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau besar, belum banyak dilakukan
penelitian mengenai amphibi, baru terbatas di Kawasan Ekosistem Leuser,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Pulau Sumatera sebagai pulau dengan beragam ekosistem dari pantai sampai
pegunungan, memungkinkan menjadi habitat berbagai jenis amfibi, bahkan masih
memungkinkan untuk menemukan catatan baru seperti Philautus sp. dan Leptobrachium
sp. di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Megoprys parallela di Sumatera Barat (Iskandar 1996).
Amphibia memiliki manfaat yang cukup
banyak bagi manusia. Meskipun tingkat ancaman pada amphibia terus meningkat,
sampai saat ini belum satupun spesies amphibia Sumatera, bahkan Indonesia, yang
masuk dalam daftar satwa terancam kepunahan dari IUCN. Hal ini terjadi karena
minimnya data yang berkaitan dengan satu populasi dan daerah sebaran yang
terdapat di Indonesia. Faktor ini mengindikasikan bahwa upaya konservasi
amphibia yang mutlak dilakukan adalah usaha perlindungan dan pengelolaan
habitat yang lebih baik dan efesian juga segera mengupayakan pencegahan spesies
amphibia tertentu yang kondisinya rentan dari kepunahan ( Epilurahman,
2007).
Amphibi ini dengan jenis yang
beranekaragam mempunyai potensi yang sangat besar dalam kehidupan manusia
seperti menanggulangi hama serangga. Alasannya: pertama karena mangsa utama
hampir seluruh jenis amfibi adalah serangga dan larvanya, kedua karena jenis
dari klas Amfibi mudah dijumpai dimana saja. Amfibi juga sangat erat kaitannya
dengan manusia, diantaranya dalam dunia kedokteran, amfibi telah lama
dimanfaatkan untuk tes kehamilan yang banyak dijual di apotik seperti sekarang.
Beberapa lembaga penelitian, saat ini tengah melakukan mencari berbagai bahan
anti bakteri dari beberapa jenis amfibi yang diketahui memiliki ratusan
kelenjar yang terletak di bawah jaringan kulit. Beberapa peneliti juga sedang
meneliti kemungkinan memanfaatkan cairan kelenjar dari beberapa jenis amfibi yang
biasa lengket untuk digunakan sebagai bahan perekat alami. Contonya seperti
family dari mycrophyadae mempunyai
sekret atau alat perekat yang di keluarkan oleh tubuhnya (Djuhanda, 1982).
1.2.
Tujuan praktikum
Adapun tujuan
diadakam praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri morfologi kelas
Amphibi, menentukan klasifikasi dari masing-masing spesies serta membuat kunci
determinasi dari masing-masing spesies.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Amphibia berasal dari kata amphi yang artinya rangkap, dan bios yang artinya kehidupan. Dan
amphibia adalah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan,mula-mula dalam
air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam
air berlangsung sebelum alat reproduksinya masak, keadaan ini
merupakan fase larva atau biasa disebut berudu. Amphibi mempunyai
ciri-ciri, tubuhnya diselubungi kulityang berlendir, merupakan hewan berdarah
dingin atau poikiloterm artinya amphibia adalah hewan yang
mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan. amphibi mempunyai
jantung yang terdiri dari tiga ruangan, yaitu dua serambi dan satu bilik,
mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang
yangterdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat
dan berenang diair, pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang,
setelah dewasa alat pernafasannya berupa paru-paru (Djuhanda, 1982).
Amphibi
merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh
rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Pada fase berudu amphibi hidup
di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak
menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan
paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan
menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama. Pada anura, tidak
ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan
bergerak dengan cara melompat (Zug, 1993).
Amphibia dikelompokan kedalam empat
Ordo yaitu Gymnophiona (Caecilians), Trachystomata (Sirens), Caudata dan Anura
(Frogs and Toads). Sementara ahli lain membagi amphibi kedalam tiga ordo
meliputi Gymnophiona (Caecilians), Caudata (Salamanders) dan Anura (Frogs and Toads).
Ordo Caecilia ( Gymnophiona) Ordo ini mempunyai anggota yang ciri
umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda (Duellman, 1998).
Ordo Caecilia (Gymnophiona)
mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut
Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor
mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh
kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory.
Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup
dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik.
Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal Pada ordo ini hanya memiliki
satu family ichthyophidae dengan dua genus yaitu Caudacaecilia dan Ichthyophis.
Contoh spesiesnya diantaranya Ichthyophis
glutinosus dan Caecilia hypocyanea
(Iskandar, 1996).
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili
yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan
Caecilidae. Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili
ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif
berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan
tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu
yang lama di air sebelum metamorfosis. Anggota famili ini yang ditemukan di
indonesia adalah Ichtyophis sp. (Epilurahman, 2007).
Ordo kedua pada kelas amphibi yaitu
ordo Urodela atau Caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,
mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki timpanum. Tubuh dapat
dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan
yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang
kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip
dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat
lepas dari air (Brotowidjoyo, 1989).
Ordo ketiga pada kelas amphibi yitu
ordo Ordo Anura. Anura mempunyai arti
tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum
tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan
tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan.
Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili
terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana timpanum terletak di permukaan
kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak
mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik.
Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang
dan dangkal (Berry,1965).
Anura merupakan Ordo yang memiliki jumlah spesies
terbesar dibandingkan Ordo lainnya. Anura terdiri dari
katak dan kodok yang mudah di kenali dengan ciri-ciri tidak punya ekor, tubuh
pendek, tidak punya leher yang jelas punya empat kaki dan dua kaki belakang lebih
panjang dari dua kaki depan, memiliki mata yang besar, mulut lebar, kaki depan
memiliki 4 jari dan kaki belakang memiliki 5 jari, terdapat webbing di
sela-sela jari, terutama kaki belakang
Di indonesia terdapat 10 famili
diantaranya Bufonidae, Bombinatoridae, Hylidae, Microhylidae, Megophrydae,
Ranidae, Rhacophoridae, Myobatrachidae, Pelodryadidae dan Limnodynastidae. Di
Sumatera Barat terdapat lima famili Anura yang umum didapatkan, yaitu
Bufonidae, Megophrydae, Microhylidae, Ranidae dan Rhacophoridae (Iskandar, 1999).
Famili
Ichtyopidae memiliki ciri-ciri Seperti cacing, kulit lembab yang muncul sempit
tersegmentasi.Mata kecil, ditutupi dengan kulit, dan persepsi visual mereka
terbatas untuk menentukan antara terang dan gelap.Mampu mengambil oksigen baik
melalui kulit dan paru-paru.Memiliki ekor pendek, dan kloaka (pembukaan
reproductory dan usus umum) dekat dengan ujung tubuh.Dua tentakel sensor kecil
yang hadir di kepala yang mungkin membantu dalam menemukan sumber makanan
(Inger, 1997).
Famili
bufonidae memiliki ciri-ciri kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar
paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala.Mempunyai tipe
gelang bahu arciferal.Sacral diapophisis melebar. Mempunyai mulut yang lebar
akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada
tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara
eksternal (Djuhanda, 1982).
Famili
Megophryidae memiliki ciri-ciri bertubuh pendek agak gendut.Kepala besar dengan
runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung moncong. Sepasang runcingan
kulit yang lain, yang lebih kecil yang terdapat di ujung-ujung rahang. Katak
jantan lebih kecil daripada betinanya.Dorsal (bagian punggung) berkulit halus.Ventral
(sisi bawah tubuh) abu-abu keputihan, dengan bintil-bintil agak kasar.Selaput
renang di kaki sangat pendek (Inger dan Bacon, 1968).
Famili
Ranidae memiliki ciri-ciri bentuk tubuhnya yang relatif ramping. Tungkai
relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu
berenang.Kulit halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.Gelang bahu bertipe
firmisternal.Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulut lebar dan
terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya ( Iskandar, 1999).
Famili
dicroglossidae katak kecil gempal dengan kepala relatif besar.Mata yang besar
dan memiliki murid celah berbentuk vertikal.Kulit berkutil, dan deretan besar,
kutil sering kemerahan memanjang dari tympanum ke daerah pinggang.Warna
bervariasi dari titik-titik hitam kecil, titik berwarna coklat sampai bintik
zaitun atau hijau.Tenggorokan dan dada sering terlihat berwarna abu-abu
(Sukiya, 2005).
Famili
rachoporidae memiliki disc kaki.Katak ini memiliki anyaman luas antara tangan
dan kaki, yang memungkinkan mereka untuk melayang di udara.Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis
mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang
bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi
palatum.
Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara
eksternal (Eprilurahman, 2007).
III.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 dan Selasa, 17 Maret 2015 di
laboratorium teaching 1, jurusan biologi, fakultas matematika dan ilmu
pengetahuan alam, universitas andalas, padang.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah penggaris, spons hitam, kamera dan
worksheet.Bahan yang digunakan adalah Duttaphrynus melanotictus,
Phryonidis asper, Ichtyopis glutinosus,
Leptobranchium
abbotti, Limnonectes
kuhlii, Fejervarya cancrivora,
Hylarana erithrea,
Hylarana nicobariensis, Hylarana picturata,Odorana hosii, Huia sumatranadan Polypedates otilophus.
3.3
Cara Kerja
Awalnya sampel diletakkan di atas bak bedah dengan posisi kepala di
sebelah kiri dan difoto. Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan melakukan
pengukuran dan penghitungan. Adapun parameter yang digunakan dalam pengamatan
tersebut adalah panjang badan(PB), lebar kepala(LK), panjang kepala(PK),
panjang kaki depan(PKD), panjang kaki belakang(PKB), panjang tibio-fibula(PTF),
panjang femur(PF), panjang moncong(PM), diameter tymphanium(DT), diameter
mata(DM), jarak interorbital(JIO), jarak internares(JIN), urutan panjang kaki
belakang(UPKB), urutan panjang kaki depan(UPKD). Selain itu dilakukan
pengamatan terhadap morfologi yaitu proceccus odontoid, gigi former, lipatan dorsolateral
dan warna membrane timpani. Setelah
dilakukan pengamatan baik pengukuaran maupun ciri-ciri meristik, dilakukan
pembuatan kunci determinasi dan karakter-karakter species.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Deskripsi
Dari
pengamatan yang telah dilakukan pada
Kelas
Amphibia,
hasil yang di dapatkan sebagai berikut:
4.1.1 Ichthyophidae

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Gymnophiona
|
Genus : Ichthyophis
Spesies : Ichthyophis glutinosus (Linnaeus, 1758)
Sumber : The
IUCN Red List of Threatened Species.
Status : Least Concern
Dari
praktiku yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ntuk nilai rasio pada Ichthyophis glutinosus tidak diperoleh karena
sampel yang diamati merupakan sampel awetan, sehingga tidak memungkinkan untuk
dilakukan pengukuran. Sedangkan dari pengamatan yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa Ichthyophis glutinosus merupakan hewan yang
bentuknya seperti ular dan tubuhnya terdiri dari segmen-segmen dan berbentuk
seperti silindris, tidak memiliki kaki, memiliki ekor yang sangat pendek dan
meruncing pada bagian ujungnya, kloaka juga terdapat diujung, memiliki gigi dan
rahang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Duellman and Trueb (1986), yang menyatakan bahwa karakteristik Ichtyopis glutinosus yaitu tubuh
slindirs panjang, bersisik sangat halus, memiliki ekor yang sangat pendek, mata
tereduksi, akuatik, tidak berkaki, dan memiliki gigi.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Iskandar
(1996), yang menyatakan bahwa tubuh Ichtyopis glutinosus menyerupai cacing
(gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai
kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang.
4.1.2
Bufonidae
4.1.2.1
Duttaphrynus melanoctictus

Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Duttaphrynus
Spesies : Duttaphrynus melanoctictus
Schneider, 1799
Sumber : The
IUCN Red List of Threatened Species.
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh nilai rasio dari tubuh Duttaphrynus melanostictus yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan
antara diameter mata dengan diameter tympanum yaitu 10 : 5 = 2.
Berarti diameter timpanum 2 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu
rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang
kepala dengan lebar kepala yaitu 30 :
25 = 1.2 . Berarti panjang kepala sama
dengan 1.2 mm kali dari lebar kepala . Rasio ketiga yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki
belakang. Perbandingan panjang badan
dengan panjang kaki belakang yaitu 70 : 20 = 3.5. Artinya panjang kepala sama
dengan 3.5 kali dari panjang kaki belakang.
Data
yang diperoleh dari pengmatan diperoleh hasil bahwa Duttaphrynus melanostictus memiliki
disk yang berwarna hitam, warna timpanum jelas dan tidak memiliki gigi former
dan tidak memiliki supra orbital. Hal ini sesuai dengan pendapat Mistar (2003), yang mengungkapkan bahwa Duttaphrynus melanostictus tidak memiliki alur-alur
supraorbital dan memiliki
selaput renang(webbing) yang penuh, tekstur kulit yang kasar, warna kulit
cokelat kehijauan.
Sedangkan
menurut Iskandar (2003), Duttaphrynus melanostictus ini
mempunyai garis supra orbital berwarna hitam, alur-alur supra-orbital dan
supratimpanik menyambung, tidak ada alur parietal. Bagian punggung bervariasi
warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan,
sampai kehitaman. Terdapat bintil-bintil kasar dibagian
punggung dengan
ujung kehitaman.Tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang
sangat pendek.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Phrynoidis
Spesies : Phrynoidis
aspera (Gravenhorst, 1829)
Sumber : The
IUCN Red List of Threatened Species.
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh nilai rasio dari tubuh Phrynoidis
aspera yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter tympanum. Dimana perbandingan
antara diameter mata dengan diameter tympanum yaitu 7 : 4 = 1,4 Berarti diameter timpanum 1,4 kali dari
diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala.
Dimana rasio antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 30 : 35 = 0.85
artinya panjang kepala sama dengan 0.85 kali darilebar kepala . Rasio ketiga yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki
belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang
yaitu 70 : 45 = 1.56 artinya panjang
kepala sama dengan 1.56 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data diperoleh hasil bahwa Phrynoidis aspera memiliki tubercel pada
tubuhnya, memiliki gigi former, memiliki webbing yang berwarna putih, memiliki
tympanum yang jelas dan tidak memiliki disk. Kemudian berdasarkan
urutan jari kaki belakangnya jari yang terpanjang terdapat pada urutan nomor 4,sedangkan jari depannya, jari yang
terpanjang yaitu jari nomor 3. Hal ini sesuai dengan pendapat Iskandar (1998) yang menyatakan bahwa katak ini memiliki
kelenjar parotoid bulat telur terhubung ke pinggiran supraorbital oleh punggungan supratimpanik. Kaki keempat
adalah terpanjang, dan semua jari kecuali keempat sepenuhnya
berselaput. Jantan memiliki bantalan perkawinan
pada dasar jari
pertama. Phrynoidis aspera biasanya coklat tua, abu-abu
atau warna hitam, dengan bercak hitam
bagian perut.
Menurut Inger
dan Bacon (1968), Kulit katak
ditutupi oleh tubercle atau kutil yang membuat kulit menjadi kelihatan kasar.
Katak sungai memiliki kepala yang luas dan tumpul tanpa puncak tulang. Selain
itu katak ini memiliki kelenjar paratoid berbentuk bulat telur terhubung ke
punggungan supraorbital oleh punggung bukit supratymphanic, tymphanium tampak
terlihat jelas dengan ukuran yang cukup sedang. Berdasarkan urutannya, jari kaki keempat merupakan jari
terpanjang dan semua jari kecuali jari keempat berselapu penuh.
4.1.3
Megophryidae
4.1.3.1 Leptobrachium abbotti

Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo :
Anura
|
Genus : Leptobrachium
Spesies : Leptobrachium abbotti
(Cochran, 1926)
Sumber : The
IUCN Red List of Threatened Species.
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh nilai rasio dari tubuh Leptobrachium abbotti
yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan
antara diameter mata dengan diameter tmpanum yaitu 5: 3 = 1.7
Berarti diameter timpanum 1.7 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu
rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang
kepala dengan lebar kepala yaitu 20: 20 = 1 artinya panjang kepala sama dengan 1 kali darilebar
kepala . Rasio ketiga yaitu rasio
panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang
badan dengan panjang kaki belakang yaitu 50 : 25 = 2 artinya panjang kepala sama dengan 2 kali
dari panjang kaki belakang.
Menurut Inger dan
Stuebing (1997), Leptobrachium abbotti merupakan, katak dengan karakteristik kepala lebar, mata besar, kaki
ramping dan memiliki webbing. Jantan mencapai 75 mm dengan betina hingga 95 mm. Warna kepala, punggung, dari samping adalah coklat atau hitam
sementara perut ditandai dengan bintik-bintik putih dan hitam. Leptobrachium abbotti mengeluarkan lendirnya
saat berada dalam ancaman. Lendir ini sangat lengket dan juga mengandung racun
yang berbahaya bagi musuh musuhnya. Leptobrachium abbotti memiliki kaki depan,
kaki belakang yang panjang dan sering terlihat berjalan dari pada melompat.
Dari data pengmatan diperoleh hasil bahwa Leptobrachium abbotti memiliki gigi former, memiliki webbing yang berwarna
putih dan timpanumnya tidak begitu jelas dan tidak memiliki disk.. Hal ini sesuai dengan pendapat Inger dan
Stuebing (1997), yang menyatakan bahwa Leptobrachium abbotti memiliki selaput renang webbing
dan timpanmnya tidak jelas atau berwarna kehitaman.
4.1.4.
Dicroglossidae
4.1.4.1 Fejervarya cancrivora

Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Fejervarya
Spesies : Fejervarya
cancrivora (Gravenhorst, 1829)
Sumber : The IUCN Red List of
Threatened Species.
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh bahwa rasio atau perbandingan tubuh Fejervarya cancrivora yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter
timpanum. Dimana rasio antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 4 :
4 = 1 artinya diameter timpanum 1 kali
dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala.
Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 14: 18 =
0.8 artinya panjang kepala sama dengan 0.8 kali darilebar kepala . Rasio ketiga yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki
belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang
yaitu 30 : 44 = 0.7, artinya panjang
kepala sama dengan 0.7 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan diperoleh bahwa Fejervarya cancrivora memiliki gigi
former, timpanum berwarna gelap, memiliki webbing yang berwarna bening, tidak
memiliki disk, memiliki dorsolateral folk, dan prosesus odontoid. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mistar (2003),
bahwa Fejervarya cancrivora berukuran
besar, memiliki lipatan dorsolateral yang berwarna hitam. Warnanya seperti lumpur yang kotor
dengan bercak- bercak tidak simetris berwarna gelap. Sering disertai dengan
garis dorsolateral yang lebar.
Penyebaran
katak ini sangat luas sekali meliputi Asia Tenggara termasu India. Habitat dari
species ini adalah hutan mangrove, muara, rawa, daerah pesisir, selokan,
genangan air dan sawah serta sungai.
Menurut Lim and Lim (1992) Fejervarya cancrivora memiliki ukuran hingga lebih dari 8 cm, jari menunjuk, jari
pertama lebih panjang dari jari kedua. Webbing hampir
mencapai ujung jari kaki pertama, kedua dan ketiga di perbatasan luar dan di
perbatasan bagian dalam tuberkulum kelima dan paling luar dari ujung kaki
keempat. Warna badan hitam dengan sisi dan ekor abu-abu gelap kecokelatan,
dengan bintik-bintik gelap bahkan sampai bagian sirip venters berwarna terang.
4.1.4.2. Fejervarya
limnocharis

Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura

Genus : Fejervarya
Species : Fejervarya limnocharis Gravenhorst, 1829
Sumber :
The IUCN Red List of Threatened Species
Status :
Least
Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh nilai rasio dari tubuh Fejervarya limnocharis yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter
timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum
yaitu 6
: 5 = 1.2 artinya diameter timpanum 1.2 kali dari
diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala.
Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 17 : 20 =
0.8 artinya panjang kepala sama dengan
0.8 kali darilebar kepala . Rasio ketiga
yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana
perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 50 : 30 =
1.7 artinya panjang kepala sama dengan 1.7 kali dari panjang kaki belakang.
Dari
data pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Fejervarya limnocharis memiliki gigi former, tutupan webbing tertutup penuh, prosessus odontoid tidak ada, lipatan dorsoventral ada, berwarna hitam coklat. Hal ini sesuai
dengan (Gordon
andb tucker, 1965) yang menyatakan bhawa Webbing hampir mencapai ujung jari kaki pertama, kedua dan ketiga di
perbatasan luar dan di perbatasan bagian dalam tuberkulum kelima dan paling
luar dari ujung kaki keempat. Warna badan hitam dengan sisi dan ekor abu-abu
gelap kecokelatan, dengan bintik-bintik gelap dibagian punggungnya.
Menurut Prakash (1988), Fejervarya limnocharis memiliki bentuk moncong yang meruncing, terproyeksikan di luar mulut.
Ruang Internarial lebih panjang dari lebar interorbital, yang jauh kurang dari
lebar kelopak mata atas. Timpanum berbeda, berukuran setengah sampai dua
pertiga diameter mata. Kuku tumpul atau berselaput tuberkel subarticular kecil
dan menonjol. Tubuh dengan tuberkel kecil, lipatan longitudinal yang
kadang-kadang kecil, ventrum halus kecuali perut dan paha terdapat granular
posterior.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili : Dicroglossidae
|
Spesies : Limnonectes kuhlii
(Tschudi, 1838)
Sumber : The
IUCN Red List of Threatened Species.
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh bahwa rasio atau perbandingan tubuh Limnonectes kuhlii
yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter
timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum
yaitu 7 : 5 = 1 artinya diameter
timpanum 1.4 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala
dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar
kepala yaitu 34 : 33 = artinya panjang kepala sama dengan 1 mm kali
dari lebar kepala . Rasio ketiga yaitu
rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara
panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 64 : 40 = 1.6
artinya panjang kepala sama dengan 1.6 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan
Limnonectes kuhlii memiliki tubuh yang licin dan berwarna
kecoklatan, memiliki gigi former, tympanum tidak jelas,
memiliki webbing yang berwarna kecoklatan, memiliki disk, dan tidak memiliki
dorsolateral folk, dan memiliki prosesus odontoid. Kemudian berdasarkan
urutan jari kaki belakangnya jari yang terpanjang terdapat pada urutan nomor 4, sedangkan jari depannya, jari
yang terpanjang yaitu jari nomor 2.
Menurut Berry (1965), Limnonectes
kuhlii adalah katak yang berukuran cukup
besar yang berwarna coklat. Katak ini dapat tumbuh hingga 70 mm hingga panjang
moncongnya.. Timpanum (gendang telinga) tidak jelas atau tidak nampak. Jari kaki berselaput
renang penuh hingga ke ujung. Kepala cukup luas dan pada jantan terdapat otot adduktor
strog menggembung di belakang mata serta terdapat
processus odontoid.Tekstur kulit berkerut,
tertutup oleh bintil-bintil panjang yang tampak tipis, bintil-bintil ini
biasanya memanjang parallel dengan sumbu tubuh.Warna kotor seperti lumpur
dengan bercak-bercak yang lebih gelap.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
|
Genus : Limnonectes
Species : Limnonectes blytii Boulenger, 1992
Sumber : The
IUCN Red List of Threatened Species
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh rasio dari tubuh Limnonectes blytii yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan
antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 6 : 10 = 0.6
artinya diameter timpanum 0.6 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu
rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang
kepala dengan lebar kepala yaitu 15 : 25 = 0.6 artinya panjang kepala sama dengan 0.6 kali darilebar
kepala . Rasio ketiga yaitu rasio
panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang
badan dengan panjang kaki belakang yaitu 50 : 30 = 1.7 artinya panjang kepala
sama dengan 1.7 kali dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh hasil bahwa pada Lymnonectes blythii ditemukan gigi former, tutupan webbing
tertutup penuh, processus odontoid ada, bentuk ujung jari licin, lipatan
dorsoventral ada, berwarna coklat. Hal ini sesuai dengan Iskandar (2003), yang menyebutkan berselaput renang penuh. Lymnonectes blythii memiliki ukuran
tubuh yang besar dan ramping sehingga disebut dengan slender. Bentuk kepalanya
seperti segitiga dan terlihat sangat jelas lipatan supra timpanum yang berwarna
hitam. Spesies ini memiliki pertumbuhan geligi pada rahang yang disebut
processus odontoi.
4.1.5 Ranidae
4.1.5.1 Hylarana erythraea

Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Hylarana
Spesies : Hylarana erythraea (Schlegel,
1837)
Sumber : The IUCN Red List of Threatened
Species.
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh bahwa rasio atau perbandingan tubuh Hylarana erythraea yang pertama yaitu Dari praktikum yang telah
dilakukan diperoleh nilai rasio dari tubuh Hylarana erythraea yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter
timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum
yaitu 7: 25 = 0.3 artinya diameter
timpanum 0.3 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan
lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala
yaitu 20: 22 = 0.9 artinya i panjang
kepala sama dengan 0.9 kali dari lebar kepala . Rasio ketiga yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki
belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang
yaitu 65: 44 = 0.7 artinya panjang
kepala sama dengan 0.7 kali dari panjang kaki belakang.
Menurut Inger dan Bacon (1968) pada umumnya, bagian dorsal katak berwarna hijau terang
hingga hijau gelap dan bagian ventralnya berwarna keputihan Karakter lainnya
katak hijau tua. Memiliki
lipatan dorsolateral yang bervariasi dan terkadang berbatasan dengan warna
hitam. Spesies
ini memiliki kulit yang halus dan licin, alat ekstremitas dengan jari yang
panjang serta dilengkapi dengan cakram beralur serta terdapat
disk. Hal ini sesuai dengan
data pengamatan diperoleh hasil
bahwa Hylarana erythraea memiliki tubuh yang
licin dan halus dan berwarna kehijauan, memiliki gigi former, tympanum berwarna hijau, memiliki webbing yang
berwarna kuning, memiliki disk, memiliki dorsolateral folk, dan tidak memiliki
prosesus odontoid.
Hylarana erythraea memiliki warna krim pada lipatan dorso-lateral yang terkadang berbatasan
dengan hitam. Tungkai kekuningan dengan bercak tidak teratur. Spesies ini
memiliki kulit halus, dan panjang, jari bebas yang membesar ke dalam cakram dan
beralur (Brown dan Alcala
1970).
4.1.5.2
Hylarana nicobariensis

Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Hylarana
Spesies : Hylarana nicobariensis
(Schlegel, 1837)
Sumber :
The
IUCN Red List of Threatened Species.
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh bahwa rasio atau perbandingan tubuh Hylarana nicobariensis yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter
timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum
yaitu 3: 3 = 1. Berarti diameter
timpanum 1 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala
dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar
kepala yaitu 15 : 12 = 1.3 artinya panjang kepala sama dengan 1.3 mm kali dari
lebar kepala . Rasio ketiga yaitu rasio
panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang
badan dengan panjang kaki belakang yaitu 85: 35 = 2.4 artiya panjang kepala sama dengan 2.4 kali
dari panjang kaki belakang.
Dari data
pengamatan yang telah dilakukan Hylarana nicobariensis memiliki tubuh yang licin dan berwarna kecoklatan. Memiliki gigi former, tmpanum berwarna hitam kecoklatan, memiliki
webbing yang berwarna kecoklatan, memiliki disk warna kehitaman, memiliki
dorsolateral folk, dan tidak memiliki prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan literatur Mistar (2003), yang menyatakan kulit katak
licin, serta pada bagian tubuh terdapat lipatan dorsolateral yang memanjang
dari kepala hingga ujung ekor .
4.1.5.3
Huia sumatrana

Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Huia
Spesies : Huia sumatrana (Yang,
1991)
Sumber :
The IUCN Red List of Threatened Species
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh nilai rasio dari tubuh yang pertama Huia sumatrana yaitu rasio diameter
mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan
diameter timpanum yaitu 4 : 3 = 1.3 artinya diameter timpanum 1.3 kali dari
diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala.
Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 13: 1 = 13
artinya panjang kepala sama dengan 13 kali darilebar kepala . Rasio ketiga yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki
belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang
yaitu 32 : 32 = 1 artinya panjang kepala sama dengan 1 kali dari panjang kaki
belakang.
Dari
data pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa Huia sumatrana memiliki disk yang
berwarna hitam, warna timpanum berwarna bening, memiliki dorsal lateral dan
tidak mempunyai prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan literatur (Iskandar, 1999),
yang menyatakan bahwa Huia sumatrana merupakan katak berukuran sedang berwarna coklat dengan bintik hitam di
permukaan kulitnya.
Katak ini berwarna
coklat dan berwarna putih pada bagian bawah mulut. Kaki belakang katak ini juga
panjang dengan terdapat disk pada bagian ujungnya.
Spesies
ini endemik di pegunungan Sumatera Barat (di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Provinsi Lampung).

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Odorrana
Spesies : Odorrana hosii (Boulenger,
1891)
Sumber :
The IUCN Red List of Threatened Species
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh nilai rasio dari tubuh yang pertama Odorrana hosii yaitu rasio diameter mata dengan diameter
timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter timpanum
yaitu 6 : 5 = 1. Artinya diameter
timpanum 1.2 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala
dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar
kepala yaitu 18 : 19 = 0.9 artinya panjang kepala sama dengan 0.9 mm kali
darilebar kepala . Rasio ketiga yaitu
rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara
panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 55 : 42 = 1.3 artinya panjang
kepala sama dengan 1.3 kali dari panjang kaki belakang.
Dari pengamatan
yang telah dilakukan diperoleh data bahwa Odorrana hosii memiliki disk, memiliki gigi former, warna timpanum berwarna gelap,
memiliki dorsal lateral berwarna gelap dan tidak mempunyai prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan pendapat Inger
dan Bacon (1986), yang menyatakan bahwa Odorrana hosii memili lipatan dorsolateral, memanjang hingga ke pinggang. Di
sana-sini, garis gelap ini bercampur dengan bercak kehijauan, kekuningan atau
keemasan. Webbing penuh
mencapai pangkal piringan pada jari kaki, coklat gelap atau kehitaman warnanya

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Hylarana
Spesies : Hylarana picturata (Boulenger,
1920)
Sumber : The IUCN Red
List of Threatened Species
Status :
Least
Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh nilai rasio dari tubuh Hylarana picturata yang pertama yaitu rasio diameter mata dengan diameter
tympanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan diameter tympanum
yaitu 5 : 4 = 1.25. Berarti diameter timpanum 1.25 kali dari
diameter mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala.
Dimana perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 13 : 11 =
1.18 artinya panjang kepala sama dengan
1.18 kali darilebar kepala . Rasio ketiga
yaitu rasio panjang badan dengan panjang kaki belakang. Dimana
perbandingan antara panjang badan dengan panjang kaki belakang yaitu 38 : 11 =
3.5 artinya panjang kepala sama dengan 3.5 kali dari panjang kaki belakang.
Dari
data pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Hylarana picturata memiliki disk yang
berwarna hitam, warna timpanum tidak jelas atau berwarna hitam, memiliki dorsal
lateral yang berwarna bintik – bintik hijau dan oren pada gaaris
dorsolateralnya dan tidak memiliki gigi former. Hal ini didukung dengan pendapat Inger and Stuebing (1997), yang menyatakan
bahwa Hylarana picturata memiliki totol-totol berwarna kuning yang mencolok. Spesies ini mudah
diidentifikasi dengan melihat garis-garis orange-coklat yang memanjang dari
moncong hingga ke tungkai belakang. Pada beberapa populasi, misalnya di
Kalimantan, bintik-bintik dan garis-garis berwarna hijau. Pada populasi lain
tempat lebih besar dan bersatu, menciptakan pola belang-belang.
4.1.6
Rachoporidae
4.1.6.1
Polypedates leucomystax

Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili :
Rhacophoridae
|
Species : Polypedates leucomystax.
(Kelaart, 1853)
Sumber :
The IUCN Red List of Threatened Species
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh rasio dari tubuh yang pertama Polypedates leucomystax
yaitu rasio antara diameter mata dengan diameter timpanum yaitu 3 :
3 =
1 artinya diameter timpanum 1 kali dari diameter mata. Rasio kedua yaitu
rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana perbandingan antara panjang
kepala dengan lebar kepala yaitu 10 : 12 = 0.8 artinya panjang kepala sama
dengan 0.8 kali lebar kepala . Rasio ketiga perbandingan antara panjang badan
dengan panjang kaki belakang yaitu 50 : 55 = 0.9 artinya panjang kepala sama
dengan 0.9 kali dari panjang kaki belakang.
Dari pengamatan yang telah dilakukan
diperoleh data bahwa
Polypedates leucomystax memiliki disk yang
berwarna hitam, warna timpanum berwarna bening, memiliki dorsal lateral dan
tidak mempunyai prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan literatur Berry (1965), memiliki
gigi former, timpanum berwarna coklat, webbing berwarna coklat bening, memiliki
disk.
4.1.6.2
Polypedates otilophus

Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
|
Genus : Polypedates
Spesies : Polypedates otilophus (Boulenger,
1893)
Sumber :
The
IUCN Red List of Threatened Species
Status : Least Concern
Dari praktikum yang telah dilakukan
diperoleh nilai rasio dari tubuh Polypedates otilophus yang
pertama yaitu rasio diameter
mata dengan diameter timpanum. Dimana perbandingan antara diameter mata dengan
diameter timpanum yaitu 10 : 2 = 5. Berarti diameter timpanum 5 kali dari diameter
mata. Rasio kedua yaitu rasio panjang kepala dengan lebar kepala. Dimana
perbandingan antara panjang kepala dengan lebar kepala yaitu 25 : 33 = 0.7
artinya panjang kepala sama dengan 0.7 kali darilebar kepala . Rasio
ketiga yaitu rasio panjang badan dengan
panjang kaki belakang. Dimana perbandingan antara panjang badan dengan panjang
kaki belakang yaitu 75 : 120 = 0.6 artinya panjang kepala sama dengan 0.6 kali
dari panjang kaki belakang.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa Polypedates
otilophus memiliki
disk yang berwarna hitam, warna timpanum berwarna cream, memiliki dorsal
lateral dan tidak mempunyai prosesus odontoid. Hal ini sesuai dengan literatur (Inger, 1968), yang menyatakan bahwa Polypedates otilophus untuk katak
berukuran besar dengan
kepala berbentuk segitiga, agak meruncing pada sudut rahang. Terdapat
tonjolan tulang belakang mata dan di atas tympanum. Mempunyai gigi former,
tubuh umumnya kuat dengan kaki ramping.
Kulit di atas umumnya halus dan mungkin memiliki asperities spinose keputihan.
Pada bagian bawah perut terdapat
granular kasar, memiiki web yang hampir penuh.
Menurut
Lim and Lim (1992), Polypedates
otilophus memiliki warna dan pola berkisar
dari orange padat-cokelat, abu-abu dengan garis coklat, untuk cokelat yang sangat berpola, variasi krem, coklat dan abu-abu dengan
empat garis-garis gelap turun dari kepala ke bawah belakang. Sisi ventral
berwarna putih atau krim.
4.2 Kunci Determinasi
1.
a. Tidak memiliki kaki………………………………….. Ichthyophis glutinosus
b.
Memiliki Kaki…………………………………………………….................2
2.
a. Memiliki Kelenjar Paratoid…………………………………………………..3
b.Tidak
memiliki kelenjar paratoid…………………………………………….4
3.
a. .Tidak memiliki supra orbital……………………...Dutaphrynus melanotictus
b
Memiliki supra orbital…………..……………………………...Phryonidis
asper
4.
a. Rasio kepala lebh besa dari badan………………………Limnonectes abbotti
b.Rasio kepala tidak lebih besar dari
badan.........................................................5
5. a. Memilikki Fejervarya
line................................................................................6
b.Tidak memiliki Fejervarya
line.........................................................................7
6. a.Webbing lebih dari setengah penuh...... ………………..Fejervarya limnocharis
b.Webbing tidak lebih setengah
penuh..............................Fejervarya
cancrivora
7. a. Memilikki dorsal lateral
line.........................................…................................8
b.Tidak
memilikki dorsal lateral
line.................................................................10
8. a.Garis dorsal lateral line
terputus.........................................Hylarana picturata
b.Garis dorsal
line tidak
terputus........................................................................9
9. a. Garis dorsal lateral line warna
kuning.................................Hylaran
erythrea
b. Garis dorsal tidak warna
kuning..................................................................10
10.a.Kaki memilikki bercak
hitam....................................................Odorana hosii
b.Kaki
tidak memilikki bercak
hitam...............................................................11
11.a. Panjang kaki sampai
tympanum.............................................Huia sumatrana
b.Panjang
kaki tidak sampai tympanum...........................Hylarana
nicobariensi
12. a. Memilikki gigi former……………………………………………………13
b.
Tidak memilikki gigi former……………………………………………..14
13. a. Memilikki tubuh tegap……………………………..Leptobrachium
abbotti
b.
Tidak memilikki tubuh tegap……………………..........Limnonectes kuhlii
14.a.Pada kaki belakang terdapat
tonjolan……………….....Polypedates otilophus
b.Pada
kaki belakang tidak terdapat tonjolan………..Polypedates leucomystax
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
kesimpulan
Berdasarkan
paraktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
1. Icthyopis glutinosus, memiliki
karakter, tubuh menyerupai cacing slindirs panjang, bersegmen, tanpa kaki.
2. Phryonidis aspera, memiliki
karakter, tubercle yang banyak, tidak mempunyai kelenjar paratoid, selaput renang tidak penuh
3. Dutaphrynus melanotictus, memiliki
karakter kulit yang kasar dengan tubercle yang sangat banyak, memiliki kelenjar
paratoid, tubuh dan mata besar.
4. Fejervarya cancrivora, memiliki karakter,
tutupan selaput renang penuh, tubuh gempal dan alat ekskremitas berkembang
dengan baik.
5. Fejervarya
limnocharis memiliki ciri khas
yaitu memiliki lipatan dorsiventral dan tutupan webbing
penuh.
6. Hylarana erythrea, memiliki karakter, tubuh
berwarna hijau, lipatan dorsolateral kuning, kulit licin
7. Hylarana nicobariensis, memiliki
karakter, lipatan dorsolateral berwarna hitam, kulit licin, tutupan selaput
renang sedikit
8. Hylarana picturata, memiliki
karakter, tubuh berwarna hitam, memilika garis dorsolateral berwarna oren serta
bercak – bercak hjau pada tubuhnya.kaki memiliki disk dan webing tidak penuh.
9. Odorana hosii, memiliki
karakter, dorsal berwarna hijau, bagian samping berwarna coklat dan kaki
berwarna coklat dan bercak coklat, tutupan selaput renang penuh.
10. Huia sumatrana, memilki karakter, tubuh
berwarna coklat kehijauan, bagian bawah perut berwarna kuning, timpanum jelas.
Tutupan selaput renang penuh, panjang kaki belakang dua kali panjang badan
11. Leptobrachium
abotti memiliki webbing
dan selaput timpani tidak jelas.
12. Limnonectes kuhlii, memiliki
karakter, tubuh berwarna coklat, mempunyai webing setengah serta memiliki gigi
formes.
13. Limnonectes
blytii memiliki ciri khas
yaitu adanya processus odontoid, serta tutupan webbing penuh dan memiliki warna
tubuh coklat tua.
14. Polypedates
leucomystax memiliki ciri khas
yaitu memiliki bentuk ujung jari disk yang membulat, adanya lipatan pada dorsal
serta warna tubuhnya yang kuning.
15. Polypedetes othilopus, memiliki
karakter, tubuh berwarn krem, memiliki
disk pada jarinya serta webing yang setengah, katak ini juga memiliki gigi
formes.
5.2
Saran
Disarankan
kepada praktikan agar pada praktikum selanjutnya lebih cepat dalam bekerja dan
dalam melakukan pengukuran. Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya untuk
pengukuran data morfometrik gunakan alat vernier califer dalam pengukuran dan sehingga
data yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Berry, P.1965. ''The diet of some Singapore Anura (Amphibia).''
Proceedings of the Zoological Society of London, 144, 163-174.
Brotowidjoyo, M. D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Djuhanda,
T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan
Vertebrata 1. Bandung: Amrico
Duellman WE and Trueb CC. 1998. Reptile and Amphibian Behaviour in Hg Cogger and RG Zweifel 1998.
Encyclopedia: San Fransisco
Epilurahman.
2007. Frogs and Toods of Derah Istimewa
Yogyakarta Indonesia.
Internasional.
Inger, R. F., and Stuebing, R. B. 1997. A Field Guide to the Frogs of Borneo.
Natural History Publications (Borneo) Limited, Kota Kinabalu.
Inger, RF, JP Bacon. 1968. Ahuran, Reproduksi dan Ukuran pada Katatk Hutan Tropik Sarawak.
Copa: Malaysia.
Iskandar D, Mumpuni 2004.Leptobrachium abbotti. The IUCN Red List
of Threatened Species.Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada
17 Maret2015.
Iskandar D, Mumpuni 2004.Polypedates otilophus. The IUCN Red List
of Threatened Species.Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada
17 Maret2015.
Iskandar, M. 2004. Huia
sumatrana. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 17
March 2015
Iskandar, D.T.
and D.Y. Setyanto. 1996. The Amphibians and Reptiles of Anai Valley,West
Sumatera. Annual Report of FBRT Project no.2
Iskandar,
D.T dan Mistar. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan.
Puslitbang Biologi-LIPI: Bogor.
Iskandar, DT.
1999. Final Report Training on Monitoring
Methods in Amphibians and Reptils Fauna at Surabaya and Gunung Air Station.
Lauser National Park
Iskandar, D.T. 2003. Panduan Lapangan Amfibi
Kawasan Ekosistem Leuser : Jakarta
IUCN SSC Amphibian Specialist Group
2014.Hylarana erythraea. The
IUCN RedList Of Threatened
Species.Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Diaksespada 17 Maret 2015.
IUCN SSC Amphibian Specialist Group
2014.Phrynoidis asper. The IUCN
Red List Of Threatened Species.Version
2014.3. <www.iucnredlist.org>. diakses
pada 17 Maret 2015.
Lim, K.P.,
Lim, L.K.1992. A Guide to the Amphibians
& Reptiles of Singapore. Singapore Science Centre.
Mistar. 2003. Panduan
Lapangan Amphibia Kawasan Ekosistem Leuser Bogor. The Gibbon Foundation
Muhammad, S.K. Duttaphrynus melanostictus. The IUCN Red List Of Threatened Species. Version 2014.3.<www.iucnredlist.org>.
diakses pada 17 Maret 2015.
Oommen V 2004. Ichthyophis glutinosus. The IUCN Red List of Threatened Species.Version
2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret 2015.
Prakash, S.
1988. Genetic studies on Fejerfarya limnocharis.
Unpublished Ph.D. dissertation, North Eastern Hill University, Shillong.
Robert, I. 2004.Odorrana hosii. The IUCN Red List of Threatened Species Version
2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret2015.
Robert, I. 2004. Hylarana
picturata. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 17
March 2015.
Sabitry bordoloi 2004.Limnonectes kuhlii. The IUCN Red List of
Threatened SpeciesVersion 2014.3. <www.iucnredlist.org>. diakses pada 17
Maret 2015.
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM
Press
Vijayakumar, S.P 2009.Hylarana nicobariensis. The IUCN Red
List of ThreatenedSpecies.Version
2014.3.<www.iucnredlist.org>. diakses pada 17 Maret2015.
Yuan
Zhigang. 2004. Fejervarya cancrivora. The IUCN Red List of Threatened
Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>.
Downloaded on 17 March 2015.
Zug, G. R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology
of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London
Tidak ada komentar:
Posting Komentar