LAPORAN
PRAKTIKUM
TAKSONOMI
HEWAN VERTEBRATA
MELACAK
JEJAK
OLEH
RIMA
MELATI (1310421092)
KELOMPOK
IV. A
NAMA
ANGGOTA KELOMPOK:
1. FIRDAWATI
FEBRINA R. (1310421029)
2. WILFADRI
PUTRA J. (1310421068)
3. YIN
RAMADANI
(1310421105)
4. NEZA
PRICILIA (1310422005)
ASISTEN
PENDAMPING :
1. MUHAMAD ANUGRAH SAPUTRA
2. AFDHAL TISYAN

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATIMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,
2015
I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Dalam
suatu proses interaksi, semua hewan dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat
yang lain bersembunyi, menyerang ataupun menghindar. Semua hewan hidup dengan
sebagai tanda yang mereka perlihatkan, misalnya dalam bentuk jejak kaki, jalus,
reses, serpihan kulit bagian bawah, tulang, gigi, sisa makanan, sarang dan
sebagainya. Kepadatan populasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor natalitas,
moralitas,emigrasi,dan imigrasi. Faktor-faktor ini terjadi karena adanya
interaksi antara individu ataupun spesies dengan lingkungan hidupnya. Dalam
proses interaksi satwa liar dapat bergerak dari satu tempat ketempat lain, bersembunyi
ataupun menghindar serta menyerang (Jasin, 1992).
Semua hewan hidup dengan berbagai pertanda yang mereka perlihatkan baik berupa
jejak seperti bekas telapak kaki dipermukaan tanah, feses yang ditinggalkan dan
bagian-bagian yang ditinggalkan seperti sarang dan bau-bauan yang juga perlu
dipelajari
secara seksama. Jejak ataupun tanda-tanda yang di ada di lapangan dapat dipergunakan
sebagai indikator adatidaknya hewan yang bersangkutan (Brotowidjoyo, 1989).
Menurut
Borner (1978), banyak tanda yang dapat diperlihatkan oleh
semua hewan hidup, salah satunya adalah jejak. Jejak mamalia merupakan
bekas cetakan kaki atau kuku dari hewan
mamalia pada suatu substrat tertentu sesuai dengan kebiasaan hewan tersebut.
contoh lain yang dapat ditinggalkan oleh hewan hidup sebagai tanda adalah
feses, serpihan kulit, bagian tubuh,
tulang, gigi, sisa makanan, sarang dan sebagainya. Penemuan jejak banyak
ditemukan dihutan yang terlidung maupun yang tidak dilindungi, seperti banyak
yang ditemukan adalah jejak dari harimau, babi, beruang dan sebagainya.
Menurut Djuanda (1983), Jejak-jejak
ataupun tanda lainnya yang ada dilapangan dapat dipergunakan sebagai indikator
ada atau tidaknya satwa liar yang bersangkutan, antara lain tapak kaki. Bekas
tapak kaki dipermukaan tanah penting untuk diketahui bentuk, ukuran dan
umurnya.Tempat-tempat untuk menemukan jejak antara lain ditepi sungai, tempat
berkubang, pantai, tempat-tempat istirahat dan lorong-lorong diantara tumbuhan
bamboo dan semak belukar.
Bentuk jejak yang ditinggalkan oleh
suatu hewan sangat beragam, tegantung pada jenis hewannya. Ada yang ukurannya
besar dan ada juga yang ukurannya kecil, ada yang dalam dan ada juga yang
dangkal. Untuk lebih menambah pengetahuan dalam menganalisa berbagai macam
jejak, maka diperlukanlah suatu praktikum yang dapat menjelaskan pengetahuan
dasar tentang jejak tersebut. Sehingga dengan mengetahui tipe-tipe, bentuk dan
membandingkan setiap parameternya, dapat dianalisa jejak tersebut. mulai dari
jenis spesies, umur hingga ukuran tubuh jejak hewan tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk membandingkan pola jejak yang berbeda
berdasarkan substrat, ukuran berat tubuh, serta mengetahui perubahan atau lama
perubahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada jejak tersebut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Semua
hewan hidup dengan berbagai tanda yang diperlihatkannya, misalnya dalam bentuk
jejak kaki, feses, serpihan kulit, bagian tubuh, tulang, gigi, sisa makanan,
sarang dan sebagainya. Diantara semuanya itu salah satu hal yang paling mudah
diamati adalah jejak atau cetakan kaki dari hewan tersebut. Cetakan kaki
merupakan bekas kaki pada suatu substrat yang ditinggalkan oleh suatu hewan,
sedangkan jejak merupakan kumpulan dari cetakan kaki dari satwa liar yang
ditinggalkan oleh suatu jenis hewan liar di atas permukaan tanah. Cetakan kaki
ataupun jejak ini merupakan tanda khusus yang dapat ditinggalkan oleh suatu
jenis hewan liar (Payne, 1985).
Melacak
jejak merupakan salah satu metoda lapangan yang sangat berguna dalam menentukan
jenis hewan yang terdapat pada suatu areal lokasi yang diamati. banyak hal yang
dapat diambil sebagai data dari mengamati jejak yang kita temukan dilapangan.
Data morfologi dan ekologi yang mungkin kita peroleh dilapangan antara lain
karakter berupa spesies, jenis kelamin, ukuran tubuh dan berat, tipe jejak,
kajian populasi yaitu bisa diketahui jumlah minimal individu serta range, tingkah
laku berupa tingkah laku makan, pola lintasan dan sebagainya. Adapun beberapa
faktor yang mempengaruhi bentuk jejak adalah substrat, waktu terbentuknya
jejak, curah hujan, topografi daerah, kaki depan dan kaki belakang dan
aktifitas yang sedang dilakukannya (Barnett, 1995).
Menurut
Djuanda (1983), jejak merupakan cetakan kaki atau kuku dari hewan pada substrat
tertentu sesuai dengan kebiasaan hidup atau perilaku dari hewan tersebut,
misalnya aktivitas kehidupan, sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan,
cara mencari makan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku dan
lain-lain.
Adapun jejak menurut Nowark dan Pardiso (1983), adalah
kumpulan dari cetakkan kaki satwa liar yang ditinggalkan diatas permukaan
tanah. Identifikasi umumnya dilakukan untuk jejak kaki satwa liar dari golongan
mamalia besar. Jejak kaki berbagai jenis satwa liar dapat diidentifikasi
dilapangan berdasarkan hasil cetakkan jejak pada keadaan dan pengukuran yang
normal. Dalam penelitian jejak kaki yang perlu dikenal adalah posisi kaki depan
dan kaki belakang.
Diantara beberapa jenis satwa liar ada yang mempunyai
kebiasaan untuk meninggalkan atau melepaskan bagian-bagian seperti tanduk,
tulang, bulu-bulu rambut, kulit dan duri .Dari bagian ini dapat diketahui wilayah penyebarannya.
Cara lain adalah dengan suara dan bunyi-bunyianya,
yang dimaksud dengan suara adalah sesuatu yang kita
dengar sebagai akibat dari tingkah laku (Jasin,1992).
Menurut Borner (1978), banyak tanda yang dapat diperlihatkan oleh
semua hewan hidup, salah satunya adalah jejak. Jejak mamalia merupakan
bekas cetakan kaki atau kuku dari hewan
mamalia pada suatu substrat tertentu sesuai dengan kebiasaan hewan tersebut.
Contoh lain yang dapat ditinggalkan oleh hewan hidup sebagai tanda adalah
feses, serpihan kulit, bagian tubuh,
tulang, gigi, sisa makanan, sarang dan sebagainya.
Melacak jejak juga dapat dilakukan
dengan menggunakan acuan bau. Tapi bau tersebut harus mencolok sehingga dapat
dicium oleh manusia. Contoh hewan yang demikian adalah musang dan badak. Bau
ini berasal dari suatu kelenjar yang dimiliki oleh hewan tersebut. Diantara
beberapa jenis satwa liar ada yang mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan atau
melepaskan bagian-bagian seperti tanduk, tulang, bulu-bulu rambut, kulit dan
duri. Dari bagian ini dapat diketahui wilayah penyebarannya. Feses biasanya
menunjukkan keadaan yang khas. Penemuan feses sangat penting apakah masih baru
atau sudah lama. Untuk mengetahui sudah berapa hari atau berapa lama satwa liar
tersebut berada dapat diketahui dari kondisi fesesnya (Jasin, 1992).
Ada beberapa kriteria tempat yang
bagus untuk mendapatkan jejak yang baik, diantaranya tanah yang bersih, tanah
di sekitar sungai, danau, muara, tanah liat dan sebagainya. Selain itu jejak
juga dapat ditemukan dengan mudah di tempat yang sering dilalui oleh hewan
untuk mendapatkan air atau untuk berkubang (Borner, 1978).
Untuk meneliti suatu jejak kita
perlu mengetahui posisi kakinya, mana posisi kaki depan dan mana posisi kaki
belakang. Kita juga dapat menganalisa hewan tersebut dengan membuat gambarnya.
Cetakan kaki yang ada juga dapat digambar diatas kertas milimeter setelah
sebelumnya digambar dengan bantuan plastik transparan (Van,1983).
Umumnya setelah turun hujan, pada
jalur yang sering dilewati oleh hewan pada tanah liat atau tanah berpasir akan
menghasilkan jejak yang lebih bagus. Berdasarkan struktur kaki dan ukuran tubuh
hewan, jejak dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: jejak yang
dibuat oleh hewan yang memiliki cakar dan kuku dan jejak yang dibuat oleh ujung
kuku. Bentuk jejak harus dikenali apakah masih baru atau sudah lama, keabsahan
dari jejak tersebut dapat diperiksa dengan gambar yang menggunakan gips
(Borner, 1978).
Selain
kemampuan pengamat, beberapa faktor lain yang mempengaruhi mencari tanda dan
tanda-tanda yang ditinggalkan oleh hewan. karakteristik tanah, vegetasi, dan
lokal menentukan iklim dan kondisi tanda tanda. Tanah lempung berpasir dan
melestarikan jejak kaki lebih baik daripada tanah lunak dengan bahan organik
disuperposisikan lapisan tebal, dan daerah batu. Namun, daerah berbatu,
ekosistem kering, dan ekosistem beku memberikan perlindungan terbaik bagi
kotoran. Kotoran terdiri dari bahan yang dicerna sebagian dan bagian belum
dicernakan hewan dan tanaman. Komponen tinja dapat mencakup bulu, tulang, gigi,
kuku, sisik, kitin arthropoda, biji dan jaringan tanaman, serbuk sari, serta
lendir, sel, dan jumlah yang signifikan bakteri hidup dan mati Di sisi lain,
tidak mudah untuk mengidentifikasi tanda-tanda di daerah di mana hewan memiliki
kepadatan demografis tinggi (Dahlstrom, 1974).
Data morfologi dan ekologi yang
mungkin didapatkan sewaktu pengamatan jejak adalah karakter, gaya/ tipe jejak
dan kajian populasi. Karakter terdiri dari nama spesies, jenis, ukuran tubuh
dan gerak. Gaya atau tipe jejak terdiri dari walking track (berjalan) dengan
ciri jejak yang simetris, trotting track
( berjalan cepat) dengan tipe jejak yang simetris, galloping track (berjalan
cepat) dengan tipe jejak yang non simetris, dan jumping track dengan tipe jejak
yang non simetris. Kajian populasi yaitu biasanya diketahui jumlah minimal
individu serta range/ daerah jelajah (Barnett, 1995)
Jejak-jejak ataupun tanda lainnya
yang ada dilapangan dapat dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya
satwa liar yang bersangkutan, antara lain telapak kaki. Bekas telapak kaki
dipermukaan tanah penting untuk diketahui bentuk, ukuran dan umurnya.
Tempat-tempat untuk menemukan jejak antara lain ditepi sungai, tempat
berkubang, pantai, tempat-tempat istirahat dan lorong-lorong diantara tumbuhan
bambu dan semak belukar (Van,1983)
Ada beberapa hal yang dapat kita
ketahui dengan mengamati suatu jejak, yaitu
jenis hewan tersebut, ukuran tubuh dan jenis kelamin hewan tersebut.
Selain itu kita juga bisa mengetahui tipe berjalan hewan tersebut, apakah hewan
tersebut memiliki tipe berjalan cepat atau tipe berlari cepat. Kita juga dapat
menganalisa hewan tersebut dengan membuat gambarnya. Cetakan kaki yang ada juga
dapat digambar diatas kertas melimeter setelah sebelumnya digambar dengan
bantuan plastik transparan (Barnett, 1995).
Kondisi jejak yang ditinggalkan
sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir, liat
ataupun batu karang. Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik
dan mudah untuk dicetak. Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah
kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun
tercuci oleh air hujan yang besar (Van,1983).
Tanda yang ditinggalkan oleh hewan mamalia merupakan
salah satu pertanda dan pelajaran khusus bagi peneliti ataupun advanture yang
berada dilapangan karena tanda itu merupakan jalan pencerahan bagi mereka yang
ingin mengamati dan meneliti hewan-hewan mamalia yang berada dalam suatu
kawasan (Payne, 1985).
Identifikasi
terutama pada melacak jejak dilakukan untuk jejak kaki satwa liar untuk
golongan mamalia besar. Identifikasi pengukuran yang normal. Dalam penelitian
jejak perlu dikenal posisi kaki depan dan kaki belakang serta bentuk ujung jari
kaki depan dan jari kaki belakang (Van, 1983).
Ada kesulitan untuk menentukan
identifikasi individu-individu suatu kumpulan jejak yang ditinggalkan.
Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan
pergerakan, kurang erat
hubunganya dengan ukuran populasi. Hal-hal yang disebutkan diatas juga
merupakan kelemahan dalam melacak jejak (Djuanda,1983).
III.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
taksonomi hewan vertebrata dengan objek melacak jejak dilaksanakan pada hari
Senin, tanggal 5 April 2015 dengan pengamatan selama 2 minggu bertempat di area
sekitar Arboretium Andaleh Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cangkul, sekop, plastik
transparan, pancang, spidol permanen, mistar, dan kamera. Sedangkan bahan yang
digunakan selama praktikum ini adalah area dengan ukuran 1x1,5 m dan beberapa
tipe tanah yaitu tanah pasir, tanah lumpur, dan
tanah humus.
3.3
Cara Kerja
Awalnya, area tanah dengan ukuran 1 x 1,5 m
dibersihkan dari vegetasi yang ada, batu-batu ataupun serasah. Setelah itu,
tanah digemburkan secara merata dan dibagi menjadi 3 bagian area. Area pertama
dicampur dengan tanah pasir dan diaduk kemudian diratakan. Area kedua dicampur
dengan tanah humus dan diaduk juga. Sedangakan area ketiga, tanah lumpur
tersebut hanya digemburkan. Seluruh area disiram dengan air agar dapat dibuat
cetakan dan salah seorang praktikan berjalan diatas seluruh tanah tersebut
hingga terbentuk jejak kaki. Setelah jejak tercetak , maka dilakukan pengukuran
yaitu panjang jejak, lebar jejak, kedalaman
jejak, stride, straddle dan step. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap
kondisi lingkungan saat dilakukan pengamatan. Jejak yang diamati, dipindahkan
atau disalin ke kertas transparan dan didokumentasikan. Pengamatan dilakukan
selama 14 hari dengan delapan kali pengukuran.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan
hasil sebagai berikut :
4.1 Jejak pada substrat ditempat yang ternaungi
No
|
Hari/ Tanggal
|
Parameter
Pengukuran
(cm)
|
Pasir
|
Lempung
|
Tanah Humus
|
Cuaca
|
1
|
Minggu, 5 April 2015
|
Panjang jejak
|
25
|
25
|
26
|
|
Kedalaman
|
3
|
2,5
|
2,5
|
|
||
Lebar jejak
|
15
|
13
|
13
|
|
||
Step
|
28
|
30
|
31
|
Cerah
|
||
Stride
|
28,5
|
60
|
65,5
|
|
||
Straddle
|
26
|
26
|
36
|
|
||
2
|
Senin, 6 April 2015
|
Panjang jejak
|
25,5
|
27
|
25,5
|
|
Kedalaman
|
3
|
2
|
2
|
|
||
Lebar jejak
|
13
|
12
|
12,5
|
|
||
Step
|
22
|
27
|
29
|
Cerah
|
||
Stride
|
27,5
|
60
|
65
|
|
||
Straddle
|
23,5
|
16,5
|
32
|
|
||
3
|
Selasa, 7 April 2015
|
Panjang jejak
|
25
|
24
|
24
|
|
Kedalaman
|
2,5
|
2
|
2
|
|
||
Lebar jejak
|
13
|
11
|
12
|
|
||
Step
|
22
|
27
|
28
|
Gerimis
|
||
Stride
|
26
|
55
|
60
|
|
||
Straddle
|
23
|
15
|
30
|
|
||
4
|
Rabu, 8 April 2015
|
Panjang jejak
|
24
|
24
|
24
|
|
Kedalaman
|
2
|
1,5
|
1,7
|
|
||
Lebar jejak
|
11
|
9
|
10
|
|
||
Step
|
20
|
25
|
25
|
Gerimis
|
||
Stride
|
24
|
50
|
60
|
|
||
Straddle
|
20
|
14
|
28
|
|
||
5
|
Kamis, 9
|
Panjang jejak
|
20
|
20
|
20
|
|
|
|
Kedalaman
|
1,5
|
1
|
1,2
|
|
|
April 2015
|
Lebar jejak
|
5
|
5
|
4
|
|
|
|
Step
|
15
|
19
|
17
|
Cerah
|
|
|
Stride
|
20
|
48
|
60
|
|
|
|
Straddle
|
16
|
10
|
18
|
|
6
|
Senin, 13
|
Panjang jejak
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Kedalaman
|
0,3
|
0,2
|
1
|
|
|
April 2015
|
Lebar jejak
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Step
|
-
|
-
|
-
|
Cerah
|
|
|
Stride
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Straddle
|
-
|
-
|
|
|
![]() |
|||||
|
|||||
|
|||||
Gambar 1. Pengamatan
jejak pada tempat ternaungi, a) hari ke-1, b) hari ke-9
4.2 Jejak pada substrat ditempat yang terbuka
No
|
Hari/ Tanggal
|
Parameter
Pengukuran
(cm)
|
Pasir
|
Lempung
|
Tanah Humus
|
Cuaca
|
1
|
Minggu, 5 April 2015
|
Panjang jejak
|
25
|
25
|
25
|
|
Kedalaman
|
2,5
|
2,5
|
3
|
|
||
Lebar jejak
|
9,5
|
10
|
10
|
|
||
Step
|
32
|
30,5
|
30
|
Cerah
|
||
Stride
|
35
|
69,5
|
61
|
|
||
Straddle
|
33
|
39
|
36
|
|
||
2
|
Senin, 6 April 2015
|
Panjang jejak
|
28
|
28
|
25
|
|
Kedalaman
|
2,5
|
2,5
|
3
|
|
||
Lebar jejak
|
12
|
12
|
12,5
|
|
||
Step
|
28,5
|
30
|
29
|
Cerah
|
||
Stride
|
32
|
60
|
60
|
|
||
Straddle
|
30
|
15,5
|
30
|
|
||
3
|
Selasa, 7 April 2015
|
Panjang jejak
|
26
|
25
|
24
|
|
Kedalaman
|
2,5
|
2,3
|
2,5
|
|
||
Lebar jejak
|
10
|
11
|
12
|
|
||
Step
|
25
|
27
|
28
|
Gerimis
|
||
Stride
|
26
|
55
|
58
|
|
||
Straddle
|
27
|
15
|
30
|
|
||
4
|
Rabu, 8 April 2015
|
Panjang jejak
|
24
|
24
|
23
|
|
Kedalaman
|
2,3
|
2,3
|
2,5
|
|
||
Lebar jejak
|
8
|
9
|
10
|
|
||
Step
|
23
|
25
|
26
|
Gerimis
|
||
Stride
|
24
|
53
|
55
|
|
||
Straddle
|
20
|
14
|
28
|
|
||
5
|
Kamis, 9
|
Panjang jejak
|
20
|
20
|
20
|
|
|
|
Kedalaman
|
2,3
|
2
|
2,2
|
|
|
April 2015
|
Lebar jejak
|
5
|
5
|
4
|
|
|
|
Step
|
15
|
19
|
17
|
Cerah
|
|
|
Stride
|
19
|
43
|
45
|
|
|
|
Straddle
|
17
|
9
|
15
|
|
6
|
Senin, 13
|
Panjang jejak
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Kedalaman
|
2,1
|
2
|
2
|
|
|
April 2015
|
Lebar jejak
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Step
|
-
|
-
|
-
|
Cerah
|
|
|
Stride
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Straddle
|
-
|
-
|
|
|
|
|


Gambar 2. Pengamatan
jejak pada tempat terbuka, a) hari ke-1, b) hari ke 9.
Dari data diatas terlihat bahwa pada ketiga
substrat terdapat adanya perbedaan ukuran beberapa parameter seperti panjang jejak,
lebar jejak, straddle, stride dan step, dan kedalaman jejak. Jika dibandingkan
dengan hari pertama, panjang masing-masing jejak ada yang berkurang dan ada
juga yang mengalami pertambahan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh jatuhan tanah
yang berada pada bagian tepi menuju bagian tengah jejak. Jatuhan tanah ini bisa
diakibatkan oleh hembusan angin beberapa waktu sebelum pengamatan dilakukan
sehingga panjang jejak menjadi berkurang. Kemudian untuk lebar jejak
berdasarkan data yang ada secara keseluruhan juga terjadi penurunan atau
berkurangnya lebar jejak pada hari kedua pengamatan, namun hal ini menjadi konstan pada pengamatan selanjutnya.
Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa jejak pada substrat yang berbeda
dengan lokasi yang sama memberikan hasil pengukuran parameter yang sangat berbeda.
Dapat dilihat pada tabel bahwa tanah yang berpasir lebih cepat berubah jejaknya
dari pada tanah humus ataupun tanah merah. Hal ini disebabkan oleh sifat
pasir yang mudah berubah posisinya jika terkena angin ataupun hujan.
Hal ini di dukung
pernyataan Payne (1985) yang menyatakan bahwa kondisi jejak yang ditinggalkan sangat
tergantung pada jenis ataupun kondisi permukaan tanah. Pada umumnya, jejak yang
didapatkan pada tanah pasir dapat diperjelas dengan menggunakan gips supaya
jejak tersebut jelas dan tidak mudah berubah karena sifat dari tanah pasir itu
sendiri yang mudah mengalami perubahan posisi yang disebabkan oleh angin
ataupun hujan. Pada tanah humus dan tanah merah sangat mudah sekali untuk
mendapatkan tanah karena tekstur dari tanah itu yang lembut
Menurut
Masson (1988), bahwa data pengukuran dapat menggalami perubahan setiap hari
selama pengamatan. Faktor yang dapat terlihat yang dapat dijadikan sebagai
penyebabnya yaitu kondisi atau faktor lingkungan seperti cuaca, sinar matahari
ataupun gangguan makhluk hidup lainnya. Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat
tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir, liat ataupun batu
karang. Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah
untuk dicetak. Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah kemungkinannya
keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air
hujan yang besar.
Ada beberapa parameter
yang mengalami perubahan pada suatu jejak, perubahan ini dapat berupa grafik
turun dan naik. Dimana tidak selalu terjadi penambahan nilai karakter, tetapi juga
terjadi pengurangan atau penyusutan nilai karakter. Keadaan ini mungkin
disebabkan oleh pengaruh – pengaruh fisik dari dalam maupun lingkungan
(Dalstroom, 1974). Sementara menurut Djuhanda, (1983), Penyebaran jejak lebih
erat hubungannya dengan kondisi dan pergerakan, kurang erat hubunganya dengan
ukuran populasi. Ada kesulitan untuk menentukan identifikasi individu-individu
suatu kumpulan jejak yang ditinggalkan. Hal-hal yang disebutkan diatas juga
merupakan kelemahan dalam melacak jejak.
Kelemahan dalam melacak jejak adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah
maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air hujan yang besar. Kondisi
jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah
apakah pasir, liat ataupun batu karang. Pada umumnya diatas tanah dapat
diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak ( Van, 1995).
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang
telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil cetakan kaki berbeda untuk tiap substrat
yang ada. Substrat yang baik digunakan untuk memcetak jejak adalah tanah humus.
2. Perubahan karakter pada suatu jejak dapat berupa
grafik turun dan naik tergantung pada faktor fisik dan lungkungan seperti hujan,
angin, dan lain sebagainya.
3. Jejak ditanah humus
mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan jejak di
tanah pasir
4. Jejak yang berada
ditanah lempung tidak terlalu mengalami perubahan karena substratnya agak keras
dan sedikit dipengaruhi oleh factor lingkungan namun saat pencetakan jejak
tidak terlalu jelas akibat struktur tanah yang agak keras.
5. Jejak yang berada di
tanah pasir mengalami perubahan baik pada posisi ataupun bentuk, karena sifat
dari tanah pasir yang mudah berubah posisi jika terkena hujan ataupun angin.
5.2 Saran
Dalam melakasanakan praktikum, pratikan harus
mengukur setiap karakter dengan benar dan
hati-hati serta orang yang melakukan pengukuran adalah orang yang sama
sehingga hasil pengukuran bersifat stabil, pencetakkan jejak dilakukan oleh
satu orang saja bentuk dan posisi jejak tetap sama serta harus
dilakukan pengulangan cetakan jejak
apabila jejak tersebut rusak.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnett, A.
1995. Expedition Field Techniques:
Primates. Expedition Advisory Center-Royal Geographical Society. London
Borner, A. 1978.
Anatomy and Fisiology. New York :
Harpen Colin.
Brotowidjoyo, D.
M. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta:
Erlangga.
Dalstroom.
1974. Gurde To Mamals Track and
Singnlekagi. The Johns Hopkins Univercity Press. London.
Djuanda,T. 1983.
Anatomi Struktur Vertebrata Jilid I. Bandung: Armico.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Masson, G. F.
1970. Animals Feet. New York: William
Narrow.
Nowakdan
Paradiso, 1983. Walker’s Mammals of the a
word 4 th Edition Volume II. London: The Jhon Hopkins University Press.
Payne, J. 1985. Panduan lapangan mamalia dari kalimantan,
Sabah, Serawak, dan Brunei Darussalam.
Indonesia Program; Bogor.
Rahmat. 1995. Jejak Kaki Hewan Liar. Jakarta:
Erlangga.
Van, S. 1983. Menghitung Populasi Berdasarkan Jejak.
Bandung: Bina Cipta.
Yasuma, S, Alikodra, Hadi S,. 1994. Mammals of Bukit Soeharto Protection Forest.
The Tropical Rain Forest Research Project. Medan
Top 10 Casinos Near Harrah's Philadelphia - Mapyro
BalasHapusCasinos Near 서귀포 출장샵 Harrah's Philadelphia 화성 출장마사지 Casinos 전라남도 출장안마 Near Harrah's 인천광역 출장샵 Philadelphia. Address. 777 Harrah's Blvd. Chester, PA 18702. Phone: (484) 597-7000. 경기도 출장안마