Senin, 23 Mei 2016

laporan melacak jejak



LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA
MELACAK JEJAK
OLEH
RIMA MELATI (1310421092)
KELOMPOK IV. A
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1.      FIRDAWATI FEBRINA R.        (1310421029)
2.      WILFADRI PUTRA J.                (1310421068)
3.      YIN RAMADANI                       (1310421105)
4.      NEZA PRICILIA                                     (1310422005)

ASISTEN PENDAMPING :
1. MUHAMAD  ANUGRAH SAPUTRA
2. AFDHAL TISYAN
download.jpg







LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATIMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
                                                        PADANG, 2015       


I  PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang
Dalam suatu proses interaksi, semua hewan dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain bersembunyi, menyerang ataupun menghindar. Semua hewan hidup dengan sebagai tanda yang mereka perlihatkan, misalnya dalam bentuk jejak kaki, jalus, reses, serpihan kulit bagian bawah, tulang, gigi, sisa makanan, sarang dan sebagainya. Kepadatan populasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor natalitas, moralitas,emigrasi,dan imigrasi. Faktor-faktor ini terjadi karena adanya interaksi antara individu ataupun spesies dengan lingkungan hidupnya. Dalam proses interaksi satwa liar dapat bergerak dari satu tempat ketempat lain, bersembunyi ataupun menghindar serta menyerang (Jasin, 1992).
          Semua hewan hidup dengan berbagai pertanda yang mereka perlihatkan baik berupa jejak seperti bekas telapak kaki dipermukaan tanah, feses yang ditinggalkan dan bagian-bagian yang ditinggalkan seperti sarang dan bau-bauan yang juga perlu
dipelajari secara seksama. Jejak ataupun tanda-tanda yang di ada di lapangan dapat dipergunakan sebagai indikator adatidaknya hewan yang bersangkutan (Brotowidjoyo, 1989).
Menurut  Borner (1978),  banyak tanda yang dapat diperlihatkan oleh semua hewan hidup, salah satunya adalah jejak. Jejak mamalia merupakan bekas  cetakan kaki atau kuku dari hewan mamalia pada suatu substrat tertentu sesuai dengan kebiasaan hewan tersebut. contoh lain yang dapat ditinggalkan oleh hewan hidup sebagai tanda adalah feses,  serpihan kulit, bagian tubuh, tulang, gigi, sisa makanan, sarang dan sebagainya. Penemuan jejak banyak ditemukan dihutan yang terlidung maupun yang tidak dilindungi, seperti banyak yang ditemukan adalah jejak dari harimau, babi, beruang dan sebagainya.
            Menurut Djuanda (1983), Jejak-jejak ataupun tanda lainnya yang ada dilapangan dapat dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar yang bersangkutan, antara lain tapak kaki. Bekas tapak kaki dipermukaan tanah penting untuk diketahui bentuk, ukuran dan umurnya.Tempat-tempat untuk menemukan jejak antara lain ditepi sungai, tempat berkubang, pantai, tempat-tempat istirahat dan lorong-lorong diantara tumbuhan bamboo dan semak belukar.
            Bentuk jejak yang ditinggalkan oleh suatu hewan sangat beragam, tegantung pada jenis hewannya. Ada yang ukurannya besar dan ada juga yang ukurannya kecil, ada yang dalam dan ada juga yang dangkal. Untuk lebih menambah pengetahuan dalam menganalisa berbagai macam jejak, maka diperlukanlah suatu praktikum yang dapat menjelaskan pengetahuan dasar tentang jejak tersebut. Sehingga dengan mengetahui tipe-tipe, bentuk dan membandingkan setiap parameternya, dapat dianalisa jejak tersebut. mulai dari jenis spesies, umur hingga ukuran tubuh jejak hewan tersebut.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membandingkan pola jejak yang berbeda berdasarkan substrat, ukuran berat tubuh, serta mengetahui perubahan atau lama perubahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada jejak tersebut.














II. TINJAUAN PUSTAKA
Semua hewan hidup dengan berbagai tanda yang diperlihatkannya, misalnya dalam bentuk jejak kaki, feses, serpihan kulit, bagian tubuh, tulang, gigi, sisa makanan, sarang dan sebagainya. Diantara semuanya itu salah satu hal yang paling mudah diamati adalah jejak atau cetakan kaki dari hewan tersebut. Cetakan kaki merupakan bekas kaki pada suatu substrat yang ditinggalkan oleh suatu hewan, sedangkan jejak merupakan kumpulan dari cetakan kaki dari satwa liar yang ditinggalkan oleh suatu jenis hewan liar di atas permukaan tanah. Cetakan kaki ataupun jejak ini merupakan tanda khusus yang dapat ditinggalkan oleh suatu jenis hewan liar  (Payne, 1985).
Melacak jejak merupakan salah satu metoda lapangan yang sangat berguna dalam menentukan jenis hewan yang terdapat pada suatu areal lokasi yang diamati. banyak hal yang dapat diambil sebagai data dari mengamati jejak yang kita temukan dilapangan. Data morfologi dan ekologi yang mungkin kita peroleh dilapangan antara lain karakter berupa spesies, jenis kelamin, ukuran tubuh dan berat, tipe jejak, kajian populasi yaitu bisa diketahui jumlah minimal individu serta range, tingkah laku berupa tingkah laku makan, pola lintasan dan sebagainya. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk jejak adalah substrat, waktu terbentuknya jejak, curah hujan, topografi daerah, kaki depan dan kaki belakang dan aktifitas yang sedang dilakukannya (Barnett, 1995).
Menurut Djuanda (1983), jejak merupakan cetakan kaki atau kuku dari hewan pada substrat tertentu sesuai dengan kebiasaan hidup atau perilaku dari hewan tersebut, misalnya aktivitas kehidupan, sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku dan lain-lain.
Adapun jejak menurut Nowark dan Pardiso (1983), adalah kumpulan dari cetakkan kaki satwa liar yang ditinggalkan diatas permukaan tanah. Identifikasi umumnya dilakukan untuk jejak kaki satwa liar dari golongan mamalia besar. Jejak kaki berbagai jenis satwa liar dapat diidentifikasi dilapangan berdasarkan hasil cetakkan jejak pada keadaan dan pengukuran yang normal. Dalam penelitian jejak kaki yang perlu dikenal adalah posisi kaki depan dan kaki belakang.
Diantara beberapa jenis satwa liar ada yang mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan atau melepaskan bagian-bagian seperti tanduk, tulang, bulu-bulu rambut, kulit dan duri .Dari bagian ini dapat diketahui wilayah penyebarannya. Cara lain adalah dengan suara dan bunyi-bunyianya, yang dimaksud dengan suara adalah sesuatu yang kita dengar sebagai akibat dari tingkah laku (Jasin,1992).
            Menurut  Borner (1978),  banyak tanda yang dapat diperlihatkan oleh semua hewan hidup, salah satunya adalah jejak. Jejak mamalia merupakan bekas  cetakan kaki atau kuku dari hewan mamalia pada suatu substrat tertentu sesuai dengan kebiasaan hewan tersebut. Contoh lain yang dapat ditinggalkan oleh hewan hidup sebagai tanda adalah feses,  serpihan kulit, bagian tubuh, tulang, gigi, sisa makanan, sarang dan sebagainya.
            Melacak jejak juga dapat dilakukan dengan menggunakan acuan bau. Tapi bau tersebut harus mencolok sehingga dapat dicium oleh manusia. Contoh hewan yang demikian adalah musang dan badak. Bau ini berasal dari suatu kelenjar yang dimiliki oleh hewan tersebut. Diantara beberapa jenis satwa liar ada yang mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan atau melepaskan bagian-bagian seperti tanduk, tulang, bulu-bulu rambut, kulit dan duri. Dari bagian ini dapat diketahui wilayah penyebarannya. Feses biasanya menunjukkan keadaan yang khas. Penemuan feses sangat penting apakah masih baru atau sudah lama. Untuk mengetahui sudah berapa hari atau berapa lama satwa liar tersebut berada dapat diketahui dari kondisi fesesnya   (Jasin, 1992).
            Ada beberapa kriteria tempat yang bagus untuk mendapatkan jejak yang baik, diantaranya tanah yang bersih, tanah di sekitar sungai, danau, muara, tanah liat dan sebagainya. Selain itu jejak juga dapat ditemukan dengan mudah di tempat yang sering dilalui oleh hewan untuk mendapatkan air atau untuk berkubang (Borner, 1978).
            Untuk meneliti suatu jejak kita perlu mengetahui posisi kakinya, mana posisi kaki depan dan mana posisi kaki belakang. Kita juga dapat menganalisa hewan tersebut dengan membuat gambarnya. Cetakan kaki yang ada juga dapat digambar diatas kertas milimeter setelah sebelumnya digambar dengan bantuan plastik transparan (Van,1983).
            Umumnya setelah turun hujan, pada jalur yang sering dilewati oleh hewan pada tanah liat atau tanah berpasir akan menghasilkan jejak yang lebih bagus. Berdasarkan struktur kaki dan ukuran tubuh hewan,  jejak dapat  dibagi menjadi dua kelompok yaitu: jejak yang dibuat oleh hewan yang memiliki cakar dan kuku dan jejak yang dibuat oleh ujung kuku. Bentuk jejak harus dikenali apakah masih baru atau sudah lama, keabsahan dari jejak tersebut dapat diperiksa dengan gambar yang menggunakan gips (Borner, 1978).
Selain kemampuan pengamat, beberapa faktor lain yang mempengaruhi mencari tanda dan tanda-tanda yang ditinggalkan oleh hewan. karakteristik tanah, vegetasi, dan lokal menentukan iklim dan kondisi tanda tanda. Tanah lempung berpasir dan melestarikan jejak kaki lebih baik daripada tanah lunak dengan bahan organik disuperposisikan lapisan tebal, dan daerah batu. Namun, daerah berbatu, ekosistem kering, dan ekosistem beku memberikan perlindungan terbaik bagi kotoran. Kotoran terdiri dari bahan yang dicerna sebagian dan bagian belum dicernakan hewan dan tanaman. Komponen tinja dapat mencakup bulu, tulang, gigi, kuku, sisik, kitin arthropoda, biji dan jaringan tanaman, serbuk sari, serta lendir, sel, dan jumlah yang signifikan bakteri hidup dan mati Di sisi lain, tidak mudah untuk mengidentifikasi tanda-tanda di daerah di mana hewan memiliki kepadatan demografis tinggi (Dahlstrom, 1974).
            Data morfologi dan ekologi yang mungkin didapatkan sewaktu pengamatan jejak adalah karakter, gaya/ tipe jejak dan kajian populasi. Karakter terdiri dari nama spesies, jenis, ukuran tubuh dan gerak. Gaya atau tipe jejak terdiri dari walking track (berjalan) dengan ciri jejak  yang simetris, trotting track ( berjalan cepat) dengan tipe jejak yang simetris, galloping track (berjalan cepat) dengan tipe jejak yang non simetris, dan jumping track dengan tipe jejak yang non simetris. Kajian populasi yaitu biasanya diketahui jumlah minimal individu serta range/ daerah jelajah (Barnett, 1995)
            Jejak-jejak ataupun tanda lainnya yang ada dilapangan dapat dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar yang bersangkutan, antara lain telapak kaki. Bekas telapak kaki dipermukaan tanah penting untuk diketahui bentuk, ukuran dan umurnya. Tempat-tempat untuk menemukan jejak antara lain ditepi sungai, tempat berkubang, pantai, tempat-tempat istirahat dan lorong-lorong diantara tumbuhan bambu dan semak belukar (Van,1983)
            Ada beberapa hal yang dapat kita ketahui dengan mengamati suatu jejak, yaitu  jenis hewan tersebut, ukuran tubuh dan jenis kelamin hewan tersebut. Selain itu kita juga bisa mengetahui tipe berjalan hewan tersebut, apakah hewan tersebut memiliki tipe berjalan cepat atau tipe berlari cepat. Kita juga dapat menganalisa hewan tersebut dengan membuat gambarnya. Cetakan kaki yang ada juga dapat digambar diatas kertas melimeter setelah sebelumnya digambar dengan bantuan plastik transparan (Barnett, 1995).  
            Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir, liat ataupun batu karang. Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak. Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air hujan yang besar (Van,1983).
            Tanda yang ditinggalkan oleh hewan mamalia merupakan salah satu pertanda dan pelajaran khusus bagi peneliti ataupun advanture yang berada dilapangan karena tanda itu merupakan jalan pencerahan bagi mereka yang ingin mengamati dan meneliti hewan-hewan mamalia yang berada dalam suatu kawasan (Payne, 1985).
Identifikasi terutama pada melacak jejak dilakukan untuk jejak kaki satwa liar untuk golongan mamalia besar. Identifikasi pengukuran yang normal. Dalam penelitian jejak perlu dikenal posisi kaki depan dan kaki belakang serta bentuk ujung jari kaki depan dan jari kaki belakang (Van, 1983).
          Ada kesulitan untuk menentukan identifikasi individu-individu suatu kumpulan jejak yang ditinggalkan. Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan

pergerakan, kurang erat hubunganya dengan ukuran populasi. Hal-hal yang disebutkan diatas juga merupakan kelemahan dalam melacak jejak (Djuanda,1983).




























III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum taksonomi hewan vertebrata dengan objek melacak jejak dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 5 April 2015 dengan pengamatan selama 2 minggu bertempat di area sekitar Arboretium Andaleh Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cangkul, sekop, plastik transparan, pancang, spidol permanen, mistar, dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan selama praktikum ini adalah area dengan ukuran 1x1,5 m dan beberapa tipe tanah yaitu tanah pasir, tanah lumpur, dan  tanah humus.
3.3 Cara Kerja
Awalnya, area tanah dengan ukuran 1 x 1,5 m dibersihkan dari vegetasi yang ada, batu-batu ataupun serasah. Setelah itu, tanah digemburkan secara merata dan dibagi menjadi 3 bagian area. Area pertama dicampur dengan tanah pasir dan diaduk kemudian diratakan. Area kedua dicampur dengan tanah humus dan diaduk juga. Sedangakan area ketiga, tanah lumpur tersebut hanya digemburkan. Seluruh area disiram dengan air agar dapat dibuat cetakan dan salah seorang praktikan berjalan diatas seluruh tanah tersebut hingga terbentuk jejak kaki. Setelah jejak tercetak , maka dilakukan pengukuran yaitu  panjang jejak, lebar jejak, kedalaman jejak, stride, straddle dan step. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan saat dilakukan pengamatan. Jejak yang diamati, dipindahkan atau disalin ke kertas transparan dan didokumentasikan. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dengan delapan kali pengukuran.





IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Jejak pada substrat ditempat yang ternaungi
No
Hari/ Tanggal
Parameter Pengukuran
(cm)
Pasir
Lempung
Tanah Humus
Cuaca
1
Minggu, 5 April 2015

Panjang jejak
25
25
26

Kedalaman
3
2,5
2,5

Lebar jejak
15
13
13

Step
28
30
31
Cerah
Stride
28,5
60
65,5

Straddle
26
26
36

2
Senin, 6 April 2015

Panjang jejak
25,5
27
25,5

Kedalaman
3
2
2

Lebar jejak
13
12
12,5

Step
22
27
29
Cerah
Stride
27,5
60
65

Straddle
23,5
16,5
32

3
Selasa, 7 April 2015
Panjang jejak
25
24
24

Kedalaman
2,5
2
2

Lebar jejak
13
11
12

Step
22
27
28
Gerimis
Stride
26
55
60

Straddle
23
15
30

4
Rabu, 8 April 2015
Panjang jejak
24
24
24

Kedalaman
2
1,5
1,7

Lebar jejak
11
9
10

Step
20
25
25
Gerimis
Stride
24
50
60

Straddle
20
14
28

5
Kamis, 9
Panjang jejak
20
20
20



Kedalaman
1,5
1
1,2


April 2015
Lebar jejak
5
5
4





Step
15
19
17
Cerah


Stride
20
48
60



Straddle
16
10
18

6
Senin, 13
Panjang jejak
-
-
-



Kedalaman
0,3
0,2
1


April 2015
Lebar jejak
-
-
-



Step
-
-
-
Cerah


Stride
-
-
-



Straddle
-
-










IMG_2940,IMG_3177



a
 



b
 

 







Gambar 1. Pengamatan jejak pada tempat ternaungi, a) hari ke-1, b) hari ke-9
4.2 Jejak pada substrat ditempat yang terbuka
No
Hari/ Tanggal
Parameter Pengukuran
(cm)
Pasir
Lempung
Tanah Humus
Cuaca
1
Minggu, 5 April 2015

Panjang jejak
25
25
25

Kedalaman
2,5
2,5
3

Lebar jejak
9,5
10
10

Step
32
30,5
30
Cerah
Stride
35
69,5
61

Straddle
33
39
36

2
Senin, 6 April 2015

Panjang jejak
28
28
25

Kedalaman
2,5
2,5
3

Lebar jejak
12
12
12,5

Step
28,5
30
29
Cerah
Stride
32
60
60

Straddle
30
15,5
30

3
Selasa, 7 April 2015
Panjang jejak
26
25
24

Kedalaman
2,5
2,3
2,5

Lebar jejak
10
11
12

Step
25
27
28
Gerimis
Stride
26
55
58

Straddle
27
15
30


4
Rabu, 8 April 2015
Panjang jejak
24
24
23

Kedalaman
2,3
2,3
2,5

Lebar jejak
8
9
10

Step
23
25
26
Gerimis
Stride
24
53
55

Straddle
20
14
28

5
Kamis, 9
Panjang jejak
20
20
20



Kedalaman
2,3
2
2,2


April 2015
Lebar jejak
5
5
4



Step
15
19
17
Cerah


Stride
19
43
45



Straddle
17
9
15

6
Senin, 13
Panjang jejak
-
-
-



Kedalaman
2,1
2
2


April 2015
Lebar jejak
-
-
-



Step
-
-
-
Cerah


Stride
-
-
-



Straddle
-
-



a
 
b
 
IMG_2938IMG_3174

Gambar 2. Pengamatan jejak pada tempat terbuka, a) hari ke-1, b) hari ke 9.
Dari data diatas terlihat bahwa pada ketiga substrat terdapat adanya perbedaan ukuran beberapa parameter seperti panjang jejak, lebar jejak, straddle, stride dan step, dan kedalaman jejak. Jika dibandingkan dengan hari pertama, panjang masing-masing jejak ada yang berkurang dan ada juga yang mengalami pertambahan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh jatuhan tanah yang berada pada bagian tepi menuju bagian tengah jejak. Jatuhan tanah ini bisa diakibatkan oleh hembusan angin beberapa waktu sebelum pengamatan dilakukan sehingga panjang jejak menjadi berkurang. Kemudian untuk lebar jejak berdasarkan data yang ada secara keseluruhan juga terjadi penurunan atau berkurangnya lebar jejak pada hari kedua pengamatan, namun hal ini  menjadi konstan pada pengamatan selanjutnya.
            Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa jejak pada substrat yang berbeda dengan lokasi yang sama memberikan hasil pengukuran parameter yang sangat berbeda. Dapat dilihat pada tabel bahwa tanah yang berpasir lebih cepat berubah jejaknya dari pada tanah humus ataupun tanah merah. Hal ini disebabkan oleh  sifat pasir yang mudah berubah posisinya jika terkena angin ataupun hujan.
Hal ini di dukung pernyataan  Payne (1985) yang menyatakan bahwa kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada jenis ataupun kondisi permukaan tanah. Pada umumnya, jejak yang didapatkan pada tanah pasir dapat diperjelas dengan menggunakan gips supaya jejak tersebut jelas dan tidak mudah berubah karena sifat dari tanah pasir itu sendiri yang mudah mengalami perubahan posisi yang disebabkan oleh angin ataupun hujan. Pada tanah humus dan tanah merah sangat mudah sekali untuk mendapatkan tanah karena tekstur dari tanah itu yang lembut
Menurut Masson (1988), bahwa data pengukuran dapat menggalami perubahan setiap hari selama pengamatan. Faktor yang dapat terlihat yang dapat dijadikan sebagai penyebabnya yaitu kondisi atau faktor lingkungan seperti cuaca, sinar matahari ataupun gangguan makhluk hidup lainnya. Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir, liat ataupun batu karang. Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak. Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air hujan yang besar.
Ada beberapa parameter yang mengalami perubahan pada suatu jejak, perubahan ini dapat berupa grafik turun dan naik. Dimana tidak selalu terjadi penambahan nilai karakter, tetapi juga terjadi pengurangan atau penyusutan nilai karakter. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh pengaruh – pengaruh  fisik dari dalam maupun lingkungan (Dalstroom, 1974). Sementara menurut Djuhanda, (1983), Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan pergerakan, kurang erat hubunganya dengan ukuran populasi. Ada kesulitan untuk menentukan identifikasi individu-individu suatu kumpulan jejak yang ditinggalkan. Hal-hal yang disebutkan diatas juga merupakan kelemahan dalam melacak jejak.
            Kelemahan dalam melacak jejak adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air hujan yang besar. Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir, liat ataupun batu karang. Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak ( Van, 1995).





















V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1  Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:       
1.      Hasil cetakan kaki berbeda untuk tiap substrat yang ada. Substrat yang baik digunakan untuk memcetak jejak adalah tanah humus.
2.      Perubahan karakter pada suatu jejak dapat berupa grafik turun dan naik tergantung pada faktor fisik dan lungkungan seperti hujan, angin, dan lain sebagainya.
3.      Jejak ditanah humus mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan jejak di tanah pasir
4.      Jejak yang berada ditanah lempung tidak terlalu mengalami perubahan karena substratnya agak keras dan sedikit dipengaruhi oleh factor lingkungan namun saat pencetakan jejak tidak terlalu jelas akibat struktur tanah yang agak keras.
5.      Jejak yang berada di tanah pasir mengalami perubahan baik pada posisi ataupun bentuk, karena sifat dari tanah pasir yang mudah berubah posisi jika terkena hujan ataupun angin.
5.2 Saran
Dalam  melakasanakan praktikum, pratikan harus mengukur setiap karakter dengan benar dan  hati-hati serta orang yang melakukan pengukuran adalah orang yang sama sehingga hasil pengukuran bersifat stabil, pencetakkan jejak dilakukan oleh satu orang saja bentuk dan posisi jejak tetap sama  serta harus dilakukan  pengulangan cetakan jejak apabila jejak tersebut rusak.


DAFTAR PUSTAKA
Barnett, A. 1995. Expedition Field Techniques: Primates. Expedition Advisory Center-Royal Geographical Society. London
Borner, A. 1978. Anatomy and Fisiology. New York : Harpen Colin.
Brotowidjoyo, D. M. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Dalstroom. 1974. Gurde To Mamals Track and Singnlekagi. The Johns Hopkins Univercity Press. London.
Djuanda,T. 1983. Anatomi Struktur Vertebrata Jilid I.  Bandung: Armico.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Masson, G. F. 1970. Animals Feet. New York: William Narrow.
Nowakdan Paradiso, 1983. Walker’s Mammals of the a word 4 th Edition Volume II. London: The Jhon Hopkins University Press.
Payne, J. 1985. Panduan lapangan mamalia dari kalimantan, Sabah, Serawak, dan Brunei Darussalam. Indonesia Program; Bogor.
Rahmat. 1995. Jejak Kaki Hewan Liar. Jakarta: Erlangga.
Van, S. 1983. Menghitung Populasi Berdasarkan Jejak. Bandung: Bina Cipta.
Yasuma, S, Alikodra, Hadi S,. 1994. Mammals of Bukit Soeharto Protection Forest. The Tropical Rain Forest Research Project. Medan